3 Mei, 2008 at 5:50 pm (SOURCE)

Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Abdullah Hasan Alhadar
PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1980
Jln. Tamblong No.48-50, Bandung
Telp. 50708, 57177, 58332

Permalink 26 Komentar

3 Mei, 2008 at 5:45 pm (7. BASHIRUDDIN M.A. VERSUS NAGA RAKSASA)

Keistimewaan Khalifah Ahmadiyah yang kedua  ini  bukan  saja
ahli  kashaf memperoleh info-info militer yang rinci dan top
secret dari peperangan Dunia yang kedua, melainkan  ia  juga
yang   empunya   ru'yah  (mimpi)  tentang  nasib  kehancuran
Komunisme. Entah bagaimana caranya  menghancurkan  komunisme
itu.  Yang  pasti, bahwa ia dan Ahmadiyahnya tidak melakukan
peperangan dengan senjata pedang atau lainnya  melainkan  ia
lakukan dengan senjata do'a yang konon sangat ampuh.
 
Mungkin ada proses-proses pendahuluan yang terjadi menjelang
masa hancurnya Komunisme  itu.  Mungkin  proses  itu  adalah
peperangan dengan senjata entah dengan siapa, mungkin dengan
Inggris,  Amerika  atau  dengan  negara-negara  lain.   Baru
setelah  kekalahan  menimpa  Komunisme  Russia,  sebagaimana
kekalahan  kaum  facist   melawan   sekutu,   maka   barulah
pasukan-pasukan  Ahmadiyah melancarkan serbuan besar-besaran
ke  negeri  taklukan  sekutu  itu.  Kalau  mereka  berbicara
lantang,   bahwa   di   samping  missi-missi  Kristen  aktif
menyiarkan  agamanya,  terdapat  pula  di  sana  missi-missi
Ahmadiyah  menyebarkan  Islam versi Ghulam Ahmad. Missi yang
terakhir ini meskipun berbeda dengan anutan kaum kolonialis,
akan  tetapi  mudah  menaruh  diri dan mudah memperoleh izin
kerja, terutama karena identitasnya telah dikenal lama.
 
Peristiwa kehancuran facist nazi  Jerman  Itali  dan  Nippon
dikabarkan oleh Tuhan  liwat rentetan kashaf dan wahyu, maka
juga peristiwa kehancuran Komunisme  dikabarkan  Tuhan  pada
Bashir  liwat  ru'yah.  Apakah  ada  proses  pendahuluannya,
seperti kehancuran facist mula-mula harus melalui peperangan
dunia,  Ahmadiyah dalam hal ini tidak berbicara apa-apa Yang
penting dan menarik untuk diketahui disini  ialah  cara-cara
Bashiruddin  mengalahkan Komunis itu. Hal ini ia tulis dalam
salahsatu kitabnya, dengan judul pasal: "Ru'yahku  berkenaan
dengan hancurnya Komunis."1 Ceritanya adalah berikut ini:
 
  "Duapuluh empat tahun yang lalu, aku pernah melihat
   dalam suatu mimpi, suatu padang luas. Pada waktu itu
   aku tengah berdiri di tengah-tengah dari padang luas
   itu. Tiba-tiba dari kejauhan aku melihat seekor naga
   raksasa bergerak mendekatiku. Naga itu kelihatannya
   sedang melata dari ujung bumi yang satu ke ujung bumi
   yang lain sambil menelan mengunyah apa saja yang ada di
   sekitarnya. Akhirnya,makhluk yang mengerikan itu tiba
   di tempat dimana aku sedang berdiri, dan beberapa orang
   berada di sekitarku. Makhluk itu menelan hidup-hidup
   setiap orang yang berada di dekatku Akhirnya tibalah
   saatnya giliran seorang Ahmadiyah menjadl korban. Aku
   lihat orang ini berusaha lari menyelamatkan dirinya.
   Kemudian dengan tongkat di tanganku kawan Ahmadiyah
   tadi aku tolong. Hanya sayang oleh cepatnya sang naga
   bergerak, aku tak dapat mengejarnya. Meskipun demikian
   aku tak putus asa dan tetap mengejarnya sambil berusaha
   menghalang-halangi naga itu memakan kawanku. Ketika
   dicapainya sebuah pohon, kawanku tadi langsung
   memanjatnya; tetapi belum sampai ia ke puncaknya,
   kepala naga itu telah berada di depannya. Dengan
   sekejap saja mulut naga itu telah melahap korbannya.
 
Sesudah itu, naga tadi tiba-tiba berbalik dan menuju  padaku
dengan  murka  karena  aku berusaha merintanginya. Ketika ia
akan  menerkam  diriku,  mendadak  sebuah  carpai   (semacam
balai-balai  tempat  tidur  dengan alas tali yang dianyamkan
pada bingkainya) berada tepat  di  dekatku.  Aku  loncat  ke
atasnya  kemudian  dengan  masing-masing kakiku, aku berdiri
siap pada bingkainya. Ketika itu  mahluk  jahat  tadi  makin
dekat padaku, dan beberapa orang bertanya padaku, apakah aku
sanggup mengalahkannya, padahal Nabi s.a.w.  telah  bersabda
bahwa tidak seorangpun sanggup mengalahkan mahluk itu.
 
Barulah  kemudian  aku  meyakini bahwa mahluk itu tidak lain
adalah GOG dan MAGOG pada siapa hadits Nabi  itu  ditujukan.
Maka   aku   angkat   tanganku  tinggi-tinggi  memohon  do'a
padaTuhan  bagi  pertolonganNya.   Kepada   orang-orang   di
sekitarku  yang  meragukan menyangsikan aku mengalahkan naga
itu,  aku  tegaskan  bahwa  aku  tidak   melawannya   dengan
kekuatanku melainkan dengan kekuatan do'a.
 
Ketika aku sedang asyik berdo'a, sesuatu kejadian yang ajaib
telah terlihat pada mahluk jahat itu. Ia tidak lagi bergerak
cepat,  malahan  bergerak  pelahan  dan  malas.  Kemudian ia
berhenti tampaknya  lelah  dan  lemas  dan  akhirnya  lumpuh
bersimpuh  di  bawah  aku  berdiri.  Tubuhnya  mulai mencair
sedikit demi sedikit dan akhirnya tubuh itu meleleh  menjadi
larutan  mengalir  ke  segala arah. Tammatlah riwayat mahluk
jahat itu, kemudian aku sampaikan pada orang-orang bagaimana
ampuhnya kekuatan do'a yang kuucapkan tadi."
 
Demikianlah konon kisah Bashiruddin Mahmud Ahmad mengalahkan
naga raksasa yang amat jahat itu. GOG dan MAGOG adalah  nama
lain  dari  mahluk  jahat itu, juga ia dinamakan: YA'JUJ dan
MA'JUJ.2 Siapakah mereka Gog Magog atau Ya'juj  Ma'juj  itu,
Ahmadiyah  menjawab  bahwa  mereka  adalah: Russia, Inggris,
Amerika dan kawan-kawannya.3
 
Mimpi duel antara  Bashir  dengan  Ular  naga  atau  Komunis
Russia  itu  terjadi  pada  tahun 1921, kemudian diceritakan
oleh Bashir dalam kuliahnya  di  Lahore  pada  tahun  1945.4
Apakah  gerangan  yang terjadi pada tahun 1921 an di daratan
luas negara Russia, dimana  ratusan  juta  ummat  diperintah
secara  despotisme  oleh  pengabdi-pengabdi  Leninisme  atau
Komunisme itu? Tiga tahun sebelumnya, nabi kaum komunis  itu
telah  memerintahkan  angkatan perang Russia untuk menyerang
negeri-negeri  Turkistan,  Idil  Ural,  Krimea,  Azerbaijan,
Ingush,  Kiva,  Alasha Urdu dan Bukhara. Semua negeri-negeri
itu adalah negeri-negeri Islam  yang  merdeka.  Bukan  hanya
penaklukan   wilayah   yang   dilakukan  pasukan  Lenin  itu
melainkan pemusnahan kaum  Muslimin  telah  mereka  kerjakan
secara  biadab.  Doktrin  yang  ditanamkan  dalam  hati  dan
pikiran mereka telah mereka cetuskan dalam  suatu  perbuatan
yang  paling  mengerikan.  Doktrin  itu  mereka peroleh dari
nabinya Lenin dan dari tokoh-tokoh lain  pembina  Komunisme,
yang antara lain berbunyi:
 
  "Untuk menghadapi agama dan pikiran-pikiran kerohanian,
   yang paling penting untuk dikerjakan ialah memusnahkan
   akar-akar dimana agama itu mulai tumbuh maupun
   berkembang."5
 
Kemudian  Lenin  melanjutkan  ultimatumnya  terhadap   agama
dengan kata-kata:
 
  "Partai Komunis akan memerangi lembaga-lembaga agama
   dengan senjata ideologi, dengan pers, dengan
   pidato-pidato dan lain-lain cara."6
 
Doktrin di atas itulah yang dititipkan pada angkatan  perang
Russia  ketika  mereka  menyerang  kaum muslimin di rumahnya
masing-masing. Angka-angka  yang  konkrit  tentang  kematian
muslimin  sulit  untuk  dihitung  lagi.  Baru saja di negeri
Kremia, penduduk muslimin sebanyak lima juta jiwa tertinggal
400.000  saja.  Komunis  telah  melakukan pemusnahan seluruh
segi-segi  hidup  kaum  muslimin  sampai  ke   akar-akarnya.
Kendati  demikian  parahnya  situasi,  namun  ummat Muhammad
s.a.w.  itu  masih  sanggup  untuk  bangkit  dan   menerjang
kekuatan  ular  naga  raksasa  itu  dengan jihad. Di Bukhara
ulama-ulama memimpin pasukan  mujahidin  menangkis  serangan
gila  kaum  Komunis itu. Mereka para mujahidin itu bertempur
mati-matian  sampai  syahid  hingga  tahun  1924.  Di  Khiva
pasukan  mujahidin  bertempur sampai titik darah yang akhir,
dimana pasukan-pasukan Junaid Khan sanggup  bertahan  sampai
tahun 1928.7
 
Pemusnahan   terhadap   tempat-tempat   ibadah,   di  Kremia
misalnya, terdapat 1.558 buah  mesjid  tertinggal  700  buah
saja.    Itupun    telah   dijadikan   rumah-rumah   hiburan
kedai-kedai,  club-club  pertemuan  memperdalam   komunisme,
gudang-gudang   senjata   dan  rumah-rumah  museum.8  Hampir
Sembilan puluh  ribu  mesjid  yang  terdapat  di  Turkistan,
Azerbaijan,  Kaukasus, Idil-ural, dan Siberia selatan, telah
diubah oleh hamba-hamba komunis  itu  menjadi  tempat-tempat
seperti di atas.
 
Pada   tahun  1921,  pasukan  Komunis  melakukan  pemusnahan
terhadap bahan makanan  rakyat  muslimin,  perampokan  harta
benda  yang tak terbilang banyaknya. Pada tahun 1922, harian
resmi negara "Isvetzia"  melaporkan  bahwa  kelaparan  telah
melanda   negeri  dimana  kaum  Muslimin  berdiam,  menyusul
jatuhnya   korban-korban   kematian   yang   tak   terhingga
jumlahnya.   Sampai   tahun   1944   masih  dapat  ditemukan
catatan-catatan kematian ummat Islam  di  Karachae,  Ingush,
Balkar, Chechen, Daghistan Kizlyar, dan Kaukasus Utara.9
 
Adalah  sulit  untuk  mengatakan dengan lisan maupun tulisan
betapa hebatnya malapetaka  yang  telah  menimpa  Islam  dan
ummatnya    di    negara-negara    Komunis    itu.   Lembaga
Marxist-Leninisme yang  berkedudukan  di  Moskow  menyatakan
hasil pemusnahan itu secara ringkas:
 
  "... di Soviet Russia kehidupan sosial serta keyakinan
   yang berlandaskan agama telah musnah untuk
   selama-lamanya."10
 
Demikianlah Ular naga Komunis Rusia telah menelan  mengunyah
mangsanya,  bahkan  terus-  menerus  berbuat demikian hingga
waktu-waktu yang tak tertentu.
 
Bagaimana  dengan  Bashiruddin  dan  Ahmadiyahnya?  Semenjak
tahun-tahun   dua-puluhan   hingga  45  tahun  kemudian,  ia
menjabat sebagai  khalifall  II  Ahmadiyah,  yang  dikatakan
sebagai  khalifah  ummat  Muslimin dengan jemaat Islami yang
disebut  Ahmadiyah  itu.  Lantas,   apakah   gerangan   yang
diperbuat Bashiruddin pada masa tahun 20-an itu?
 
Ia  tertidur,  dan  dalam  tidurnya  yang  nyenyak  itu,  ia
bermimpi  indah.  Ia  bermimpi  sedang  berhadapan  langsung
dengan  Komunis  Russia.  Hanya  saja  Komunis  Russia  yang
diimpikan Bashir berupa Ular naga raksasa yang  kekuatannya,
ternyata  seperti  seekor  Bekicot  saja.  Sebab kemudian ia
telah berhasil  mengalahkan  Ular  naga  itu,  hanya  dengan
sepotong do'a  yang  menyebabkan sang  Naga meleleh bagaikan
kena larutan garam belaka.
 
Tatkala  ia  bangun,   ia   merasa   bangga   karena   hasil
kemenangannya  itu;  Bahkan  ia  catat  dengan  rapi  dan ia
kuliahkan di  universitas  Lahore  tentunya  sebagai  kuliah
"sejarah  runtuhnya  Gog Magog menurut impiannya." Bukan itu
saja yang dikerjakan Tukang mimpi Bashiruddin ini. Bahkan ia
sebagai khalifah dengan gagahnya berkata:
 
  "Pada zaman sekarang ini tindakan yang gila untuk
   berpropaganda guna hancurnya suatu AGAMA melalui jalan
   kekerasan senjata telah lenyap. Karena itu Agama ISLAM
   tidak lagi memerlukan pertahanan dirinya dengan
   kekuatan senjata."11
 
Betapa pandainya Bashir  dengan  ucapannya  itu.  Apakah  ia
sudah  research  ataukah ia mensinyalir atau kira-kira saja.
Ataukah    ia    buta    pandangan    maupun    buta    akan
peristiwa-perisliwa yang terjadi selama ia hidup. Ataukah ia
masa bodoh dengan  peristiwa  pembunuhan  yang  kejam  itu?!
Padahal  selama  20  tahun, yaitu semenjak ia mendapat mimpi
istimewa sampai pada  saat  mimpinya  itu  ia  kuliahkan  di
Universitas Lahore tahun 1945, selama itu pula telah terjadi
di depan matanya tindakan-tindakan gila guna hancurnya agama
ISLAM  dan  penganut-penganutnya  oleh tangan besi Ular naga
Komunisme Soviet.
 
Bashiruddin dan Ahmadiyahnya, apakah  mereka  buta  terhadap
peristiwa  jatuhnya  korban-korban  kematian  ummat muslimin
Kremia, Turkistan, Bukhara, Azerbaijan dan di  tempat-tempat
lain, oleh tindakan biadab Leninisme komunisme?
 
Mereka   sebenarnya   tidak  buta  akan  peristiwa-peristiwa
pembunuhan itu, bahkan mereka mengetahui, namun mereka punya
pandangan  sendiri  dan  punya  alasan  untuk  tidak menaruh
perhatian  akan  peristiwa-peristiwa  itu.  Ucapannya   yang
senewen,  bahwa  tindakan  gila  guna  hancurnya suatu agama
dengan jalan kekerasan telah lenyap pada zaman sekarang ini,
merupakan cetusan "fatwa" yang didasari pada pendirian bahwa
Islam  bukan   ummat   Muslimin   Kremia   dan   sebagainya.
Bashiruddin dan Ahmadiyahnya dengan lantang berkata:
 
  "Islam bukan kaum muslimin tanah Arab; Islam bukan kaum
   Muslimin Afghanistan, Syria, Iran. Islam adalah
   mempunyai claim international. Islam harus dalam satu
   JEMAAT ISLAMI dengan seorang IMAM dan
   pengganti-penggantinya sebagai KHALIFAH."12
 
Itulah alasan mereka! Bahkan andaikan  ucapan-ucapan  Bashir
tersebut diperpanjang maka dapat dipastikan pula bahwa Islam
bukan  kaum  Muslimin  Kremia,  Islam  bukan  kaum  muslimin
Turkistan; Islam bukan kaum muslimin Palestina. Sebab Islam,
mempunyai claim internasional maka harus  ada  organisasinya
yang  internasional;  harus  ada  Jema'at  Islami  di  bawah
seorang IMAM  dan  diganti  dengan  KHALIFAH-KHALIFAH.  Jika
semua itu belum ada maka orang-orang Ahmadiyah akan menjawab
di hadapan ALLAH Ta'ala  bahwa  masih  belum  tiba  waktunya
untuk jihad di saat saat itu.13
 
Padahal  justru  semua  itu  telah  diadakan! Sebuah Jema'at
Islami telah terbentuk, AHMADIYAH namanya; seorang Imam atau
Nabi  atau  Al Mahdi atau Al Masih telah datang MIRZA GHULAM
AHMAD namanya, dan khalifah-khalifah telah  datang  bergilir
berganti  seperti  Nuruddin,  Basiruddin serta menyusul yang
lain .
 
Bagalmana dengan jihad? Claim internasional  telah  tercapai
dengan    terbentuknya    Ahmadiyah    plus    nabinya   dan
khalifah-khalifahnya. Apakah Ahmadiyah akan  menjawab  bahwa
jihad  sudah  dilancarkan, yaitu jihad "berdo'a dalam mimpi"
tatkala  tidur  mendengkur?  Sehingga  sang   NAGA   KOMUNIS
bagaikan  bekicot  kena larutan garam, meleleh hancur karena
do'a Basir yang manjur.
 
Jika demikian maka bravo buat  si  Basir  dan  Ahmadiyahnya.
Sungguh suatu kemenangan yang gemilang. Padahal kenyataannya
sejak kemenangan dalam mimpi sampai masa 20 tahun  kemudian,
sang  Naga  Komunis  ternyata  masih hidup utuh, masih ganas
masih biadab dan masih melahap korban jutaan ummat Muslimin.
Apakah  do'a  Basir  hanya khususiyah saja, apakah doa Basir
mirip do'a bapaknya Ghulam Ahmad tatkala wabah  pes  melanda
Punjab, tatkala tikus di rumah Mirza lebih dihargai tuhannya
dari pada jiwa  manusia  tetangganya  yang  mati  tergeletak
karena bukan Ahmadiyah?
 
Tentu  saja  do'a kemenangan dan keselamatan hanya bagi kaum
Ahmadiyah. Bagi kaum muslimin Turkistan, Kremia,  Azerbaijan
dan  lain-lain  tempat,  do'a  Basiruddin tidak naik ke atas
tapi jatuh ke GOT!
 
Lebih stress lagi  ialah  pendirian  Ahmadiyah  yang  angkuh
terhadap mereka yang bukan Ahmadiyah. Baik itu kaum Muslimin
Turkistan, Azerbaijan, Kremia,  Bukhara,  Palestina  dan  di
tempat-tempat   lain,  Ahmadiyah  telah  menjatuhkan  vonnis
"tidak  berampun"  terhadap  mereka.   Melalui   khalifahnya
Basiruddin Mahmud Ahmad putera sang nabi India itu berfatwa:
 
  "Barang siapa mengingkari seorang NABI menurut istilah
   Agama Islam disebut KAFIR! Demikian pula seorang yang
   tidak taat pada KHALIFAH zamannya menurut Islam disebut
   FASIK! Bahkan bila kita tinjau lebih dalam, orang yang
   tidak taat pada khalifah zamannya bukan saja berakibal
   fasik tapi membawa manusia ke arah ke-KAFIRAN!"14
   
  "Bahwa semua orang Islam harus percaya kepada NABI
   MIRZA GHULAM AHMAD. Kalau tidak berarli mereka tidak
   mengikuti ajaran Al-Qur'an. Dan siapa-siapa yang tidak
   mengikuti Al-Qur'an maka ia bukan MUSLIM. Dan
   barangsiapa mengingkari seorang Nabi menurut istilah
   agama Islam disebut KAFIR!"15
 
Kaum  Muslimin  yang  terkena   vonnis   itu   jelas   bukan
orang-orang   pengikut   Ahmadiyah.  Mereka  tidak  mengakui
Basiruddin menjadi Khalifah.  Mereka  tidak  mengakui  Mirza
Ghulam  Ahmad menjadi NABI atau IMAM ZAMANnya atau apa saja.
Dalam  pikiran  mereka  tidak  terlintas  sedikitpun   untuk
mengakui orang-orang OADIAN INDIA itu jadi apa saja.
 
Ahmadiyah   mencap   mereka  FASIKIN,  ummat  yang  fasik  !
Tikus-tikus yang nyengir di kolong rumah  Ghulam  Ahmad  dan
pengikut-pengikutnya lebih berharga dari jiwa mereka. Karena
penolakannya terhadap kenabian orang  India  itu,  Ahmadiyah
mencap kaum muslimin mati jahiliyah, KAFIR TANPA AMPUNAN!
 
Catatan kaki:
 1 Bashiruddin Mahmud Ahmad, The Economic Structure of
   Islamic Society, 1962, Rabwah Ahmadiyya Muslim Foreign
   Missions Office, hal. 149/150.
 2 Sinar Islam, no. 13 th. XV/1965, hal. 15/16.
 3 idem.
 4 Bashiruddin Mahmud Ahmad, The Economic Structure of
   Islamic Society, 1962, Rabwah Ahmadiyya Muslim Foreign
   Missions Office, prakata.
 5 M. Rafiq Khan, Islam in China, Delhi, National
   Academy, 1963, hal. 74: (to overcome religion and
   supertitious ideas, the most important thing to do is
   to destroy the roots from where religlon sprouts).
 6 idem, hal 75: (the party, would fight the religious
   fog with ideological weapons alone, our press, our
   words ...)
 7 idem, hal. 79.
 8 Prof Nur. Muh. Khan, di bawah lindungan palu arit,
   Jakarta manar, 1956, hal 70.
 9 idem
10 M. Rafiq Khan, Islam in China, hal. 72: (The
   institute claims that .... in the USSR the social and
   ideological roots of religion have been torn out for
   ever").
11 Bashiruddin M.A., Ahmadiyya Movement, hal. 13: (In
   the present age that particular form of insanity which
   sought to propogate or destroy a religion by the sword
   has almost disappeared; and Islam is no longer under
   the necessity of defending itself by the sword).
12 Bashiruddin M.A., Apakah Ahmadiyah itu? terjemah
   Abdulwahid H.A., Djakarta Djemaah Ahmadiyah Indonesia,
   1963, hal. 21-22.
13 idem, hal. 13.
14 Majallah Sinar Islam, No. 13, 1965, hal. 8 dan Imam
   Zaman, hal. 10.
15 Syafi R. Batuah, Ahmadiyah Apa dan Mengapa, hal. 19.

Permalink 25 Komentar

3 Mei, 2008 at 5:41 pm (6. BASHIRUDDIN M.A. INTEL SEKUTU)

Pada  masa  Bashir-lah  dan  atas  restunya  pula  Ahmadiyah
menjatuhkan  vonnis  yang  sangat  ngeri pada kaum muslimin,
yaitu apabila mereka tidak mengakui atau tidak taat pada  ke
Khalifahan   Ahmadiyah,   maka   mereka  adalah  orang-orang
FASIQIN; bahkan mereka kaum Muslimin itu adalah  orang-orang
KAFIR!1
 
Bashiruddin   Mahmud  Ahmad  dapat  mengembangkan  Ahmadiyah
dengan pesatnya. Dengan harta karun peninggalan ayahnya  dan
para  sesepuhnya hasil dari pengorbanan bakti setia dan taat
pada musrikin raja Sikh kemudian imperialis Inggris, maka ia
dapat  melicinkan  jalan  bagi  hasratnya  untuk  meneruskan
ajaran-ajaran ayahnya  ke  seantero  negeri.  Ditambah  lagi
dengan mendirikan nazarat Baitul Maal, para pengikutnya yang
kebanyakan kaum kaya raya,  dapat  menghimpun  uang  ratusan
juta rupiah. Pada tahun 1940 bagian dari badan penerima tamu
(nazarat dhiafat) di Qadian setiap  hari  menyediakan  makan
dan  tempat  untuk  400 tamu, setahun sekali untuk 2000 tamu
buat lima hari di sana dan juga untuk setahun sekali  60.000
tamu  buat  empat  hari berjalsah salanah (kongres tahunan).
Itu baru penerimaan tamu saja; belum lagi buat urusan jemaat
di  negeri  lain  (nazarat  umur kharjah), belum lagi urusan
umum jemaat (nazarat umur'amah), belum lagi urusan  mengirim
muballigh-muballigh   ke   seluruh  dunia  (nazarat  da'watu
tabligh) dan lain-lain urusan lagi.2
 
Itu baru tahun 40-an, bagaimana dengan tahun 50-an dan tahun
60-an?  Pada  tahun keuangan 1965/1966 pusatnya Ahmadiyah di
Rabwah saja menetapkan belanja sebesar 8,9 juta Rupee. Kalau
tiap  cabang  Ahmadiyah mengirim ke pusat seribu rupee, maka
cabang sendiri memerlukan paling kurang duaribu rupee.
 
Dcngan ukuran demikian maka belanja tahunan  Ahmadiyah  akan
mencapai:  Dua  Milyar empat Juta rupee.3 Itu baru kalkulasi
kasar-kasaran  saja.   Bagaimana   dengan   tahun   anggaran
1966/1967   dan   seterusnya.  Dan  yang  lebih  hebat  lagi
bagaimana anggaran belanja tahun 70-an sekarang ini?!
 
Dengan pembelanjaan yang  luar  biasa  itu  Ahmadiyah  tidak
mustahil  dapat  mengembangkan  ajaran-ajarannya ke berbagai
tempat di dunia. Jika Ahmadiyah masih mau  mengatakan  bahwa
hasil    keuangan   yang   milyaran   itu   diperoleh   dari
sumbangan-sumbangan para pengikutnya, maka hasil dengan cara
demikian itu adalah nonsens.
 
Belum  lagi  sikap  loyalitas kaum Hindu tatkala Bashiruddin
memegang tampuk  pimpinan  Ahmadiyah,  dan  sikap  lindungan
teduh  dari  imperialis  Inggris  sebelum  angkat  kaki dari
India,  maka  faktor  inipun  tidak  kurang  urgentnya  bagi
melicinkan jalan berkembangnya Ahmadiyah.
 
Bagaimana  effeknya  terhadap  Dajjal  dan Taghut dari hasil
kerja besar Ahmadiyah itu? Sebelum kita sampai pada  peranan
jago  sang  Rohulkudus  terhadap  Dajjal  dan  Taghut,  maka
baiklah kita melihat kembali pada mendiang sang Putera Bapak
yang  di  sorga,  Mirza  Ghulam  Ahmad.  Dialah  tokoh  yang
dibanggakan sang Rohulkudus dan pengikut-pengikutnya  karena
ialah  yang  membinasakan  Dajjal.  Siapakah  Dajjal itu dan
bagaimanakah Dajjal itu  dibinasakan?  Sebelum  sampai  pada
jawaban pertanyaan di atas, kita harus tahu kedudukan Dajjal
dalam pandangan Islam. Dalam hal ini  Nabi  Muhammad  s.a.w.
berkata tentang Dajjal:
 
  "Tidak ada malapetaka yang lebih jahat daripada
   kejahatannya Dajjal sejak Adam a.s. dilahirkan."
   (Shahih Muslim)4
 
Akan tetapi betapapun malapetaka itu telah  mengancam  Islam
dan  ummatnya, Nabi telah menyampaikan kabar gembira tentang
kemenangan  Islam  kelak  terhadap  malapetaka  itu.  Beliau
memberi  kabar  suka  pada  para  sahabat  tentang binasanya
Dajjal di tangan Hazrat Masih Mau'ud a.s. dan berkata:
 
  "Jika Dajjal sampai pada kejayaannya, Allah s.w.t. akan
   membangkitkan Al-Masih seperti Isa ibn Maryam, dan
   Masih Mauud a.s. mengejar Dajjal sampai pada pintu
   gerbang pembantaian dan menyembelihnya di sana."364
 
Dalam  hadits  di  atas,  kata  Ahmadiyah,   pintu   gerbang
pembantaian  mengandung  dua  isyarat  halus.  Pertama bahwa
pertempuran antara hazrat Masih Mauud dan Dajjal  itu  bukan
pertempuran  dengan senjata perang, tetapi pertukaran alasan
dan keterangan.
 
Kedua, bahwa hazrat Masih Mauud akan terus  mendesak  Dajjal
dalam  pertempuran  dan  memaksanya  mundur  sampai ke pintu
gerbang    dan    akan    menyembelihnya    disana    dengan
keterangan-keterangan  dengan akal dan tanda-tanda ghaib dan
senjata rohaniah dan bahwa sekaligus  kekuasaan  Dajjal  itu
akan meleleh mencair laksana garam kena air. 364
 
Kemudian hadits lain mengatakan:
 
  "Ketika Dajjal melihat bahwa Al-masih datang untuk
   memaksa bertempur dengan dia, maka ia mulai larut dan
   lenyap , seperti garam larut dalam air." 364
 
Lebih lanjut Ahmadiyah mengatakan bahwa Mirza  Ghulam  Ahmad
Al-Masih Mauud itu menyadari dan menilai tepat bahaya-bahaya
yang  ada  di  jalan   beliau   dan   tidak   menutup   mata
pengikut-pengikut beliau mengenai besarnya bahaya itu. Dalam
suatu syair beliau berkata:
 
Sekarang ada perang rohaniah antara  abdi  yang  rendah  ini
dengan  syaitan.  Hatiku  jadi  ciut.  Ya tuhan sangat berat
tugas  ini.  Perang  ini  lebih  berbahaya  daripada  perang
RUSIA-JEPANG.  Aku  tanpa alat-alat dan lawanku adalah lawan
yang termashur." 364
 
Akan  tetapi  dalam  perang  mengerikan  itu  beliau   tidak
kehilangan  keberanian  dan  semangat, pula tidak putus asa.
Sebaliknya dalam tantangannya beliau bersabda:
 
  "Janganlah anggap aku sebagai orang lemah. Sebab aku
   adalah SINGA ALLAH dan di belakangku ada tangan Dia,
   terhadap siapa tidak ada kekuatan dunia lebih besar
   dari kekuatan serigala."5
 
Demikianlah Mirza Ghulam  Ahmad  singa  Allah  yang  dikenal
sebagai  Al-Masih  Al-Mau'ud  memberikan janji-janjinya yang
menggembirakan  tentang  binasanya  Dajjal.  Maka   alangkah
gembiranya  dan  alangkah  hebat  makna  kedatangan  Isa ibn
Maryam yang tidak lain Mirza Ghulam  Ahmad  itu.  Sebaliknya
kini  soal  tentang  Dajjal itu sendiri, yah siapakah Dajjal
itu?!
 
  "Menurut pandangan pendiri AHMADIYAH, MIRZA GHULAM
   AHMAD, kaum INGGRIS itu adalah Dajjal yang dinubuwatkan
   oleh Nabi Muhammad s.a.w." Di sini dengan terang beliau
   katakan bahwa INGGRIS adalah DAJJAL."6
 
Inggris adalah  Dajjal!  Demikian  semburan  kata-kata  dari
mulut   Mirza   Ghulam   Ahmad.   Dan  saya,  katanya,  akan
membinasakan Dajjal itu sebab sayalah Isa  ibn  Maryam  itu.
Sekali  lagi  Bravo  untuk  Mirza!  Sejak kapan ia bermaksud
membinasakan Inggris?! Sejak kapan  ia  telah  menyelamatkan
kaum   Muslimin  dari  kehancurannya  yang  kedua  di  bawah
cengkraman Imperialisme Barat,  itu?!  Sudah  tigaperempat
abad  Ahmadiyah  berjalan,  apa  gerangan yang sudah dicapai
dalam  rangka  membinasakan  Dajjal  Inggris  itu?  Sudahkah
Kristennya    atau   salibnya   yang   dipecahkan,   ataukah
imperialisnya yang dapat  diantar  Mirza  ke  pintu  gerbang
penyembelihannya, ataukah babinya yang sudah disembelih?!!
 
Semua   pertanyaan  itu  telah  terjawab,  dan  yang  sangat
mengecewakan lagi menggelikan, justru Mirza Ghulam Ahmadiah,
para  sesepuhnya,  puteranya dan pengikut-pengikutnya adalah
rombongan manusia-manusia yang paling setia, paling disiplin
pada Dajjal Inggris.
 
Maka   marilah  kembali  lagi  pada  sang  Rohulkudus  Mirza
Bashiruddin Ahmad Emmanuel anak sang Putera itu. Keahliannya
yang  khas  yang ada padanya ialah ia banyak kali memperoleh
kashaf dari  tuhannya,  dan  kashaf  itu  menurut  Ahmadiyah
ternyata  benar.  Akan  tetapi  apa  dan  peristiwa apa yang
dikashafkan, itulah yang paling menarik. Sebagaimana ayahnya
dan    sesepuhnya,   Bashir   juga   seorang   yang   sangat
menguntungkan kaum imperialis. Bahkan liwat  ia  Tuhan  juga
memberi   kabar  bahagia  pada  imperialis.  Maka  inilah  &
beberapa kashaf dan wahyu  yang  ia  terima  dari  tuhannya,
berkenaan   dengan  perobahan-perobahan  dari  PERANG  DUNIA
KEDUA, antara lain:
 
Pada bulan Agustus 1939 sebelum perang itu  meletus,  kepada
beliau  diperlihatkan  dalam  kashaf,  korespondensi rahasia
Pemerintah Inggris. Dalam salah satu  surat  itu  Pemerintah
Inggris   mendesak   Pemerintah  Perancis  untuk  mengadakan
persekutuan dengan dia,  karena  Inggris  ada  dalam  bahaya
besar,  bahwa  Jerman  akan  mengadakan  serbuan dan berniat
menaklukkannya.  Ketika  beliau  baca  surat  itu  (tentunya
surat-surat  yang  lain ia baca juga - pen.), beliau menjadi
sangat takut dan gelisah (tentu  saja  sebab  tuannya  dalam
bahaya   -  pen.)  dan  dalam  keadaan  akan  bangun  beliau
tiba-tiba mendengar suatu suara berkata:
 
   "Hal itu adalah kejadian enam bulan yang lampau."
 
Ketika  saat  sempurnanya   kashaf   itu   mendekat,   Tuhan
memperlihatkan  tiga  hari  sebelum  kejadian,  raja Leopold
menyerah tanpa syarat  dan  diturunkan  tahta  tanpa  beliau
hadir,  dalam  keadaan  seorang raja yang sedang menyerahkan
kerajaan. Penyerahannya itulah sebab utama  dari  malapetaka
Duin kerken.
 
Inggris  kemudian  menjadi  begitu  lemah  sehingga mendesak
Perancis untuk mengadakan persekutuan. Maka  sempurnalah  di
bulan  Juni  1940  apa yang kepada beliau telah diperhatikan
dalam kashaf Agustus 1939. Beliau pada saat  itu  mengatakan
bahwa  suara  itu  menyebut  enam bulan sesudah tanggal usul
persekutuan itu, keadaan akan lebih baik untuk  Inggris  dan
bahwa  kesialan  akan  berkurang.  Tepat  enam bulan sesudah
pernyataan persekutuan, ketika  gerakan  maju  pertama  dari
tentara  Inggris  ke  Libya  mulai,  Perdana Menteri pada 19
Desember  1940  di  House  of  Commons  menerangkan,   bahwa
dibandingkan dengan keadaan bulan Mei dan Juni, mereka telah
bertambah kuat dan  telah  benar-benar  siap  sedia.  Beliau
menerangkan:  Baru  berlalu  enam bulan sejak kita berperang
yang nampaknya pada  sahabat-sahabat  terbaik  kita  sebagai
pertempuran kalap untuk pembelaan diri belaka."7
 
Demikian  tentang  kashaf dan wahyu Bashir perihal perobahan
perang  dunia  kedua  yang  ia  umumkan  dalam  The  Sunrise
(Lahore) dan dalam The Daily Alfaz (Qadian).
 
1. Pada awal 1940, beliau mengumumkan suatu kashaf,
   bahwa angkatan bersenjata AMERIKA akan mendarat di
   India (inteligenkah Bashir itu? - pen.) dan pula bahwa
   YUNANI akan terlibat dalam peperangan.
   
2. Pada pertengahan bulan Juni 1940 beliau menerima
   ilham, bahwa 2800 pesawat terbang akan dikirim dari
   U.S.A. ke INGGRIS (sungguh terperinci dan mendetail
   ilham tuhannya - pen.) untuk memperkuat pertahanan
   udaranya. Hal inipun sempurna setepat-tepataya tiga
   minggu kemudian.8
   
3. Pada bulan September 1940 beliau menerima kashaf
   perubahan-perubahan dalam gerakan Afrika Utara dan
   kemenangan pada akhirnya menampakkan, bahwa dalam
   gerakan itu maju dan mundur akan silih berganti dan
   gerakan maju ketiga dari angkatan perang Inggris (bukan
   main tuhan Bashir menaruh perhatian pada Inggris -
   pen.) akan merupakan yang terakhir dan membawa
   keunggulan.9
   
4. Pada bulan September tahun itu juga (1940) beliau
   menerima kashaf diberitahu tentang pendaratan tentara
   SEKUTU di SICILIA dan daratan ITALI dengan begitu
   hebat, sehingga mereka menyangka bahwa gerakan itu akan
   segera selesai tapi hal itu sebenarnya akan terus
   berlarut-larut. Hal itu sempurna benar-benar seperti
   telah diberitahukan pada beliau. Tuhan memperlihatkan
   kepada beliau suatu rentetan kashaf mengenai keunggulan
   SEKUTU demikian sehingga sempurnanya dapat menjadi
   tanda kebenaran AHMADIYAH untuk segala bangsa-bangsa
   (bangsa-bangsa sekutu tentunya - pen)10
 
Demikianlah kashaf-kashaf dan wahyu yang diperoleh  Emmanuel
Bashiruddin M.A. dari tuhannya, perihal gerakan sekutu dalam
perang dunia II. Tentunya hal  itu  merupakan  TOP  MILITARY
SECRET  yang  pertama  kalinya  turun  dan langit yang belum
pernah terjadi sebelumnya.  Satu  mu'jizat  sang  Rohulkudus
Ahmadiyah  yang  unik dan surprise. Agaknya dapat dipastikan
bahwa  tuhan  Ahmadiyah  telah  berpihak  pada  Inggris  dan
sekutu-sekutunya.  Kalau teringat kita pada ucapanTuhan pada
Mirza Ghulam Ahmad bahwa Inggris dengan  segala  kebaikannya
akan  berada  di samping Mirza dan membantunya, sebagairnana
Tuhan telah berada di sampingnya,11 maka sikap memihak Tuhan
pada sekutu itu sangat beralasan.
 
Hanya  yang perlu disampaikan ialah bahwa tuhan Bashir telah
bersikap gegabah dalam  menyampaikan  berita-berita  militer
yang  top  secret itu pada waktu mana kejadiannya masih akan
terjadi 4 tahun kemudian.  Peristiwa  pendaratan  Sekutu  di
Sicilia  kira-kira  akhir  April  1944 terjadinya. Sedangkan
Bashir memperoleh kashaf tentang pendaratan  tersebut  tahun
1940;  jadi masih 4 tahun kemudian. Yang jadi problem disini
ialah, bagaimana  kiranya  kalau  top  military  secret  itu
dibocorkan  oleh  agen  NAZI yang berada di Qadian misalnya,
atau di Gurdaspur  atau  di  Punjab?!  Atau  Bashir  sendiri
terlanjur omong pada bawahannya yang ternyata intel AS?!
 
Ah,  mujur  sekali semua itu tidak terjadi! Gubenur Jenderal
Inggris di India harus  berterima  kasih  atas  andil  besar
Bashiruddin  dan  tuhannya  itu.  Dan  yang penting, Inggris
harus beri pigura penghargaan lagi pada  clan  Mirza  Ghulam
Ahmad,  ditaruh  di  dinding  mesjid  AQSHA  Qadian  bersama
pigura-pigura lainnya yang pernah diperoleh para  sesepuhnya
itu.
 
Catatan kaki:
 1 Sinar Islam, nomer: 10/1965, hal. 12-13.
 2 Bashiruddin M.A., Djasa Imam Mahdi a.s., hal. 143
   dan Saleh Nahdi, Ahmadiyah dimata Orang Lain, Rapen
   Makassar, 1971, hal. 12 dan 44.
 3 idem, hal. 12-13.
 4 Mirza Bashir Ahmad, Hari Depan Ahmadiyah, terjemah,
   Sukri Barmawi, Wisma Damai, Bandung, 1965, hal. 11-13.
 5 idem, hal. 14.
 6 Abu Bakar Ayyub h.a., bantahan lengkap terhadap
   tuduhan Majallah Gema Islam, Jakarta, 1962, Djemaat
   Ahmadiyah Indonesia, hal. 4 dan hal. 35.
 7 Sinar Islam, nomer Fazle Umar I, Wisma Damai Bandung,
   1966, hal. 30-31.
 8 Sinar Islam nomer Fazli Umar I, Wisma Damai Bandung,
   1966, hal. 30-31.
 9 Sinar Islam nomer Fazli Umar I, 1966/8, hal. 31 dan
   J.D. Shams, Islam, hal 72.
10 idem
11 idem

Permalink 17 Komentar

3 Mei, 2008 at 5:37 pm (5. PAULUS INGGRIS DAN AMERIKA)

Trinitas yang  hakiki  versi  Ahmadiyah  mendekati  Trinitas
ajaran   Nasrani.   Dimulai  dengan  peristiwa  mi'raj  nabi
gadungan Mirza Ghulam Ahmad ke langit  dan  berjumpa  dengan
tuhannya.  Tuhan  yang  ia jumpai itu adalah "seseorang yang
berkepribadian hebat duduk di atas sofa  dalam  gedung  yang
anggun  lagi  indah."  Setelah berjumpa, sang nabi diajakNYA
duduk di atas sofa dengan rasa kasih  sayang  yang  mendalam
seperti seorang AYAH."1
 
Kemudian  dengan  kedudukannya  sebagai  "kodrat  TUHAN yang
berjasad"2 dan  dengan  lisannya  yang  "MAHA-KUASA"  karena
apabila  ia  berkehendak,  apa  saja  kehendaknya,  cukup ia
berkata: "KUN FA  YAKUN"  maka  jadilah  segala  kehendaknya
itu.3
 
Ditambah  lagi dengan firman tuhannya yang berbunyi: "Engkau
wahai Mirza bagiku adalah ANAK-KU"4 dan  firman  berikutnya:
"Engkau  wahai  Mirza  bagiku  adalah  seperti  TAUHIDKU dan
KE-TUNGGALAN-KU"5 dan akhirnya jeritannya yang memilukan  di
atas  Golgotta  Qadian  dengan  bahasa Ibrani: "ELI-ELI LAMA
SABACHTANI" maka jelaslah sudah bahwa kedudukan Mirza Ghulam
Ahmad dan tuhan-nya adalah antara ANAK dengan BAPAK.
 
Itulah  sebab ia memakai gelar YESUS Muhammadi duplikat dari
YESUS-ISRAELI, gagal dalam segala hal,  gagal  dalam  missi,
gagal  dalam  asmara,  gagal  dalam akhlak dan gagal menjaga
stamina  tubuhnya.  Kegagalan  itu  harus   dipulas   secara
sempurna  sehingga  menjadi  success.  Kepalsuan  itu  harus
ditutup dengan  rapi  sehingga  menjadi  satu  gerakan  yang
berhasil  baik.  Kebatilan  itu  harus diorganisir yang rapi
sehingga menjadi satu  fakta  yang  nyata-nyata  tumbuh  dan
berkembang  biak. Pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-NYA
dan terhadap ummat Muslimin harus disulap dengan  semaraknya
dakwah Islam ke seluruh negeri, bangunan-bangunan mesjid dan
sekolah madrasah, sehingga tampak sebagai satu gerakan Islam
yang  sejati. Usaha-usaha itu memerlukan waktu yang baik dan
suasana yang baik.
 
Dr.  Suruddin,  penggantinya,  yang   berkedudukan   sebagai
khalifah  pertama,  tidak  sanggup berbuat apa-apa. Ia tidak
lain  hanyalah  sahabat  yang  siddiq  dan   pengabdi   pada
sahibzada-sahibzada Ghulam Ahmad dan putera-puteranya, Hanya
itu saja peranannya. Akan tetapi penggantinya, khalifah yang
kedua,  Bashiruddin Mahmud Ahmad, adalah tokoh yang berhasil
merealisir pulasan indah pada segala kemunafikan yang dibuat
oleh sesepuhnya, ayahnya, dan alirannya itu.
 
Ia  lahir  tahun  1889  dan  diberi  nama:  "EMMANUEL"  oleh
bapaknya  ataukah  oleh  orang   lain,   Inggris   misalnya?
Ahmadiyah   tidak  memberi  komentar  apa-apa  perihal  nama
Emmanuel itu.6 Akan tetapi Emmanuel bin Mirza  Ghulam  Ahmad
itu  masih  mempunyai nama lain yaitu Bashir. Inilah namanya
yang dikenal luas. Adapun nama-nama lain,  ia  peroleh  dari
tuhan liwat wahyu, baik padanya maupun liwat ayahnya. Antara
lain  ia  dinamakan:  Fazl  Umar,  Alam  Kabab,  Kalamullah,
Mahmud,  Nashiruddin,  Muslih  Mau'ud dan Fakhri Rasul yakni
kebanggaan para Nabi. Yang penting tentang  Emmanuel  Bashir
ini  ialah  bahwa  ia  itulah  tokoh ketiga dari tokoh-tokoh
trinitas.
 
Mirza Ghulam Ahmad adalah sang "PUTERA" itu. Tuhannya adalah
sang  "BAPAK" dan Emmanuel Bashir adalah sang "ROHUL KUDUS."
Tatkala Mirza Ghulam  merasa  bahwa  ia  telah  gagal  dalam
segala-galanya,  maka  Ahmadiyah  membuka  jalan  buntu  itu
dengan janji yang indah yaitu tentang datangnya putera  yang
dijanjikan. Ahmadiyah berkata:
 
  "Kesempurnaan ayat "Liyuzhirahu Alad Dini Kullihi"
   yaitu Islam akan menaklukkan semua agama, yang khusus
   akan dilaksanakan oleh Imam Mahdi atau Isa Al-Masih
   insya Allah akan tercapai di tangan khalifah Masih ke
   II Bashiruddin Mahmud Ahmad."7
 
Dan Mirza Ghulam Ahmad sendiri ketika ia  menjerit  Eli  Eli
lama  Sabakhtani,  karena  ia  ditinggal tuhannya, merupakan
klimax dari  kegagalannya.  Itulah  sebabnya  ia  sebelumnya
berkata:
 
  "Aku adalah kudrat tuhan yang berjasad. Kemudian aku
   ada lagi beberapa wujud yang jadi mazhar - cermin,
   tempat zhahir QUDRAT KEDUA. Sebab itu senantiasalah
   kamu berhimpun sambil mendo'a menanti Qudrat Tuhan yang
   kedua itu."8
 
Kemudian Mirza Ghulam Ahmad mengatakan bahwa hendaknya  tiap
jemaat  para  salihin  di  tiap  negara senantiasa berhimpun
berdo'a supaya Qudrat kedua itu turun dari  langit.9  Itulah
sebabnya  Ahmadiyah mengatakan bahwa zaman Masih Mauud Mirza
Ghulam  Ahmad  tidak  terhenti  sampai  matinya,   melainkan
memanjang  sampai  zaman  Muslih  Mauud Emmanuel Bashiruddin
Mahmud Ahmad.10 Dan rencana  Allah,  kata  Ahmadiyah,  harus
diperpanjang  hingga  zaman  ini ketika mana kekuatan Dajjal
dan  Taghut   sedang   berada   dalam   puncaknya.11   Zaman
memuncaknya  Dajjal  dan  Taghut  berada tatkala Bashiruddin
memegang tampuk pimpinan Ahmadiyah. Apa yang akan  dilakukan
oleh  Rohulkudus  Emmanuel  Bashiruddin terhadap Dajjal akan
digaris-bawahi oleh sejarah Islam,  sebagaimana  tugas  yang
sama  yang  telah dibebankan pada ayahnya Mirza Ghulam Ahmad
sang  putera,  yaitu  menggiring  Dajjal  sampai  ke  tempat
pembantaiannya.
 
Itulah  sebabnya  peranan  yang  begitu  urgent  yang  bakal
dipikul oleh Rohulkudus itu telah lebih  dahulu  ditandaskan
oleh ayahnya Mirza Ghulam Ahmad dengan perintah untuk selalu
berdo'a bagi kedatangannya sang kudrat kedua itu. Ia berkata
tentang sang putera penggantinya itu, antara lain:
 
  "Allah Ta'ala menjanjikan padaku, bahwa guna
   menzhahirkan kedua kalinya berkat engkau, akan
   dibangkitkan dari diri engkau dan dari keturunan engkau
   seorang yang AKU hembuskan kepadanya ROHULKUDUS. Dia
   akan berjiwa suci dan akan mempunyai hubungan yang amat
   kudus dengan tuhan dan merupakanpenjelmaan Kebenaran
   dan Keluhuran. Seakan-akan Tuhan laksana turun dari
   langit."12
 
Suatu keistimewaan lain yang dimiliki Rohulkudus Bashiruddin
ini  walaupun  kondisi  tubuhnya  selalu  sakit-sakit  sejak
kecil, namun pada usia 13 tahun  ia  sudah  kawin.13  Sedang
penyakitnya  lebih ganas ketika ia mencapai usia tua; bahkan
mulai tahun 1959 sampai tahun 1965 (selama enam  tahun)  itu
ia   tetap   tergeletak   di  tempat  tidur,14  sampai  masa
kematiannya.  Bagaimanakah  caranya  ia  melawanDajjal   dan
Taghut?  inilah satu pertanyaan yang penting untuk diketahui
jawabnya.
 
Padahal  pada  masa  Bashirlah  kaum  Hindu  India   memberi
pujian-pujian  muluk pada Ahmadiyah dengan harapan agar kaum
Muslimin yang mereka benci  itu  dapat  beralih  haluan  dan
menukar   kepercayaan  mereka  dengan  keyakinan  Ahmadiyah,
gerakan nabi Islam palsu dari india itu.
 
Pada masa Bashirlah munculnya fatwa-fatwa  dari  ia  sendiri
yang  sangat  menusuk  serta melukai hati kaum muslimin, dan
sebaliknya menggembirakan kaum imperialis.
 
Pada masa Bashirlah kitab  suci  kaum  Muslimin  Al-Qur'anul
Karim  diartikan  dan  ditafsirkan  semau-maunya,  diperkosa
menuruti  selera  Ahmadiyah.  Bayangkanlah  sebagai   contoh
bagaimana  surah  Al-Qari'ah  (101:  2-6)  telah ditafsirkan
dengan peristiwa perang dunia kesatu dan perang dunia  kedua
dan  tahukah  kamu  penggegar yang ketiga nanti yaitu perang
dunia! Demikian tanya Ahmadiyah dalam tafsirnya. Belum  lagi
ayat-ayat  suci  lain  yang  mereka  putar-putar sebagaimana
tertulis dalam bab III.
 
Catatan kaki:
 1 Sinar Islam, no. 4/5/6. th. XIV-1964, April/Mei/Juni,
   hal. 45-48.
 2 Mirza Ghulam Ahmad, Al-Wasiyat, hal. 12.
 3 Mirza Ghulam Ahmad, Istiftha', hal. 88.
 4 idem, hal. 82.
 5 idem, hal. 82.
 6 The Review of Religions, Ikha 1349-Oktober 1970,
   vol. LXIV-no. 10, Rabwah, hal. 322.
 7 Sinar Islam, no. 10/1965, Djemaat Ahmadiyah Indonesia
   Djakarta, hal. 13.
 8 Mirza Ghulam Ahmad, Al-Wasiyat, hal. 12.
 9 idem
10 Sinar Islam, nomer Fazli Umar II, April/1967, hal. 40/41.
11 idem
12 Sinar Islam, nomer Fazli Umar, April/1967, hal. 40.
13 The Review of Religions, Oktober 1970, no. 10,
   vol. LXIV, hal 332.
14 Sinar Islam, nomer Fazli Umar, April/1967, hal. 34/35.

Permalink 20 Komentar

3 Mei, 2008 at 5:33 pm (4. INSTRUMENT BRITTANIA)

Kepercayaan kaum Muslimin akan kedatangan  kembali  Al-Masih
Al-Mauud  berikut  Imam  Mahdi  mempunyai  effek-effek  yang
menguntungkan bagi ummat di  luar  Islam.  Kaum  Orientalis,
Kaum   Kristen   juga   kaum   Hindu  menaruh  simpati  pada
orang-orang yang mengangkat  dirinya  sebagai  Al-Masih  dan
Imam  Mahdi.  Bahkan  mereka  bersedia menaruh namanya dalam
sejarah dunia. Keuntungan yang  utama  bagi  Inggris  karena
munculnya  Al-Masih  dan  Imam  Mahdi  itu  ialah  timbulnya
perpecahan di kalangan ummat Islam yang tidak bisa dielakkan
lagi.  Salah  seorang  yang  terkenal  dari banyak imam-imam
Mahdi yang muncul dalam jajahan Inggris  itu  adalah:  Mirza
Ghulam  Ahmad,  yang sudah kita ketahui sepak terjangnya. Ia
dan alirannya sangat dininabobokkan oleh musuh-musuh Islam.
 
Akan  tetapi  apakah  yang  terjadi  kemudian?!  Pengalaman-
pengalaman   pahit   yang   baru   dialami   Inggris   dalam
pemberontakan Imam Mahdi  sultan  Muhammad  Ahmad  Donggola,
sehingga tewasnya Jenderal Gordon, akan merupakan peringatan
keras bagi diri Inggris sendiri. Bukan  saja  ratu  Victoria
dan   seluruh  istana  Buckingham  yang  terkejut  mendengar
kematian Gordon yang dicintai itu, bahkan seluruh  Brittania
merasa  terkejut.  Maka  hari-hari sesudah itu, bagi Inggris
merupakan  saat-saat  yang  harus  berhati-hati  dan  selalu
menaruh  curiga  pada  setiap  orang yang mengangkat dirinya
imam Mahdi.
 
Betapapun  Maharani   Victoria   mengenal   dan   mengetahui
kesetiaan  serta  pengabdian  Mirza  Ghulam  Ahmad  dan para
sesepuhnya pada Inggris, namun sikap  yang  diambil  Inggris
setelah  terjadi  pemberontakan imam Mahdi Sudan itu, maupun
pemberontakan Urabhi Pasha di  Mesir  dan  kegiatan-kegiatan
militant   sayid   Jamaluddin   Al-Afghani,   telah  berobah
bertolak-belakang  dari  sikap   yang   sebelumnya.   Tabiat
penjajah  dan  tabiat Kristennya mulai menonjol, curiga, dan
sangat berhati-hati terhadap setiap imam Mahdi  bahkan  pada
setiap  ulama-ulama  Islam.  Sang  Ratu mulai berpikir-pikir
jangan-jangan Imam Mahdi India Mirza Ghulam Ahmad  itu  akan
mentauladani  Mahdi-mahdi  yang  lain, yakni terkandung niat
menentang tuannya juga.
 
Itulah sebabnya ratu Victoria melemparkan  umpan  pancingan,
menyodorkan syarat kelangsungan hidup bagi setiap imam Mahdi
yang baru. Syarat-syarat sang Ratu antara lain berbunyi:
 
  "Bila itu datangnya dari Tuhan, ia akan tetap tegak,
   akan tapi dengan syarat bahwa ia tidak punya maksud
   kekerasan dalam tujuan hidupnya."1
 
Mirza  Ghulam   Ahmad   merasa   terdorong   hatinya   untuk
menyampaikan  perasaannya pada sang Ratu, yang mungkin masih
ragu-ragu akan kesetiaan dari Mirza  Ghulam  dan  alirannya.
Dengan demikian tidak ada jalan lain bagi Mirza Ghulam Ahmad
kecuali mengutarakan isihatinya sebagai bukti  setia  tunduk
dan  taat pada Inggris. Dengan bahasa yang halus serta penuh
ta'zim Mirza Ghulam mengirim sepucuk surat kepada sang Ratu,
sebagai  apa  yang  dikatakan Ahmadiyah kemudian bahwa surat
itu tidak lain adalah "A Present to The Empress" hadiah yang
paling  berharga  bagi sang Ratu dan sekaligus bagi Inggris.
Mirza berkata dalam suratnya:
 
  "Jika Baginda Yang mulya mau membuktikan tanda-tanda
   kebenaran patik, maka patik janjikan dalam masa satu
   tahun akan terbukti. Selanjutnya patik sanggup berjanji
   serta berdo'a bahwa pada masa kini dan masa
   selanjutnya, daerah ini akan selalu aman dan sentosa.
   Dan sekiranya patik ini palsu, maka patik bersedia
   menjalani hukuman yang seberat-beratnya seperti
   digantung, dimana Baginda yang mulya berkuasa
   melakukannya."2
 
Itulah hadiah Mirza pada ratunya  dan  tuannya  Inggris.  Ia
kelihatan  bukan  lagi  sebagai  manusia  melainkan  sebagai
boneka yang bersedia menerima hukuman dari tuannya. Ia telah
mengabdi,  setia,  taat dan hormat serta menjamin wilayahnya
aman; dan ia pada  akhirnya,  inilah  yang  terpenting  bagi
Inggris,   telah   melarang  pengikut-pengikutnya  dan  kaum
Muslimin melakukan jihad terhadap  Inggris.  Kesemuanya  itu
adalah  hadiah-hadiah  istimewa  yang  membuat ratu Yictoria
gembira dan terharu.
 
Apa saja yang hendak kau perbuat hai Mirza, lakukanlah!  Dan
Mirzapun  berbuat  apa  saja menurut kehendak hatinya. Pihak
Inggris tidak ambil pusing  dengan  tingkah-laku  Mirza  dan
pengikut-pengikutnya.   Bahkan  menurut  Ahmadiyah  sendiri,
Mirza Ghulam pernah menulisi sang Ratu Inggris  yang  isinya
antara lain:
 
  "Hai ratu bumi Islamlah Engkau, supaya engkau selamat,
   Islamlah!"
 
Menurut  Ahmadiyah  siapakah  yang  berani  pada  saat   itu
menyampaikan  amanat  Islam  kepada  penguasa yang ada, atau
pada bangsa yang menjajah, kalau tidak Mirza Ghulam  Ahmad?!
Kemudian Mirza dengan suara lantang berkata:
 
  "Biar mati tuhan orang Kristen itu! Dan saya ini diutus
   untuk memecah salib dan membunuh babi."
 
Bravo Mirza, siapa orangnya yang berani berkata sekeras itu,
menghina  tuhan  menghina  salib  dan  menghina lauk-pauknya
sekaligus. Siapa pula kalau tidak Mirza Ghulam  Ahmad,  kata
Ahmadiyah  bangga.  Sejarah  akan  bertanya  pada  Ahmadiyah
apakah reaksi dari ratu Victoria Inggris maupun kaum Kristen
karena  hinaan  yang  dilancarkan  nabi India itu? Reaksinya
sepi saja, tidak ada apa-apa bahkan tidak ada niat bagi Ratu
Inggris  maupun  kaum  Kristen  untuk  menutup  mulut  Mirza
ataupun  menangkapnya.  Katakanlah  bahwa  surat  itu  tidak
dibuang ke bak sampah atau ke dapur istana, melainkan sempat
dibacakan sang wazir di hadapan sang Ratu.  Reaksinya  tetap
masa  bodoh saja dengan gonggongan Mirza. Bahkan yang dibuat
Inggris adalah sebaliknya. Mereka menanggapi surat Mirza itu
penuh  kepuasan,  sebab  dengan surat itu Mirza Ghulam Ahmad
telah meyakinkan pengikut-pengikutnya maupun  kaum  Muslimin
di  luar  jemaatnya,  bagaimana  sikap jantan dan keberanian
yang ia miliki menghadapi musuh Islam yang paling kuat  itu.
Sehingga  Ahmadiyah  sendiri mengomentari kejantanan nabinya
dengan pujian,  bahwasanya  dialah  yang  berjihad  terhadap
Inggris.
 
Sebaliknya dari pihak Inggris maupun Kristen yakin dan pasti
akan tumbuhnya kepercayaan baru  dalam  hati  kaum  Muslimin
India  tentang  kebulatan  tekad dan kebenaran misinya Mirza
Ghulam, bahwa ia memang Al-Masih, Al-Mahdi  dan  nabi  akhir
zaman sesudah kenabian Muhammad. Kalau itu sudah bersemi dan
tumbuh dalam hati kaum Muslimin, maka tidak  mustahil  bahwa
mayoritas Muslimin India akan berkurang baik kwalitas maupun
jumlahnya, akan mulai  luntur  iman  semula  yang  ada  pada
mereka,  akan terganggu alam pikiran dan jiwa mereka, bahkan
mereka akan dilanda  kebingungan.  Ulama-ulama  mereka  akan
berbeda   pendapat,   konflict   aqidah   dan   fatwa   yang
bersimpang-siur dan akhirnya perpecahan yang ditunggu-tunggu
musuh Islam tidak dapat dielakkan lagi.
 
Semua  itu  sudah  terjadi  dan  memang benar perpecahan itu
tidak  dapat  dielakkan  lagi.   Itulah   sebabnya   Inggris
mengambil  sikap yang tidak kepalang-tanggung terhadap Mirza
dan alirannya, ia mendapat jaminan jalan terus, bahkan  kaum
Hindupun akan menyilahkan Mirza dan Ahmadiyahnya jalan terus
dan rintangan ataupun  gangguan  terhadapnya  dan  alirannya
akan  diberantas demi pelebaran sayap imperialisnya dan demi
kesatuan India yahg kokoh, seperti  yang  dicanangkan  tokoh
Hindu Dr. Shanker Dase Mehra.
 
Maka  marilah  kita  melihat  bagaimana  Mirza  Ghulam Ahmad
menfatwakan cinta kasihnya  pada  Inggris,  yang  luar-biasa
itu. Dalam Tiryacal-Qulub halaman 15 blirza menulis:
 
  "Sebagian besar perjalanan hidupku ialah mendukung dan
   membela pemerintah Inggris ... Saya selalu menganjurkan
   agar setiap Muslim haruslah menjadi pengabdi pada
   pemerintah ini, dan sanubari mereka janganlah ada
   sedikitpun niat meniru-niru perbuatan menumpah-
   numpahkan darah oleh Imam Mahdi atau Messiah yang
   begitu fanatik memberi ajaran-ajaran bodoh dan sempit."
 
Kemudian Mirza melanjutkan  fatwanya  tentang  syarat  utama
sebagai   hiasan   iman  setiap  muslim;  ia  berkata  dalam
At-Tabligh halaman 41:
 
  "Sesungguhnya tidak menyempurnakan hak atau tidak
   berterima kasih kamu pada Inggris berarti tidak
   menyempurnakan hak atau tidak berterima-kasih kamu
   kepada ALLAH."
 
Dalam Tabligh-i-risalat vol. VII,  halaman  10  Mirza  telah
menjawab pada Gubernur Punjab pada tanggal 24 Februari 1898,
antara lain:
 
  "Bahwa dalam perjalanan hidupku sejak awal hingga aku
   berusia 60 tahun ini, aku telah berusaha baik dengan
   lidahku maupun dengan tulisan-tulisanku dalam kemampuan
   diriku untuk mengalihkan perasaan kaum Muslimin menjadi
   sayang dan simpati serta menaruh goodwill terhadap
   Inggris, dan menghapuskan hasrat maupun idee-idee untuk
   berjihad. Dan aku banyak melihat bahwa apa yang telah
   kuusahakan berhasil meresap kedalam hati banyak
   Muslim."
 
Kemudian dalam Tabligh-i-risalat, vol. VII halaman 17, Mirza
menulis    tentang    keyakinannya    bahwa   usaha-usahanya
mempengaruhi Muslimin, tidak sia-sia. Ia berkata:
 
  "Saya yakin bahwa setelah pengikut-pengikutku
   bertambah, maka mereka yang percaya pada doktrin jihad
   akan makin berkurang. Oleh karena menerima aku sebagai
   Messiah dan Mahdi maka sekaligus berarti taat pada
   perintahku, yaitu dilarang berjihad terhadap Inggris.
   Bahkan wajib atas mereka berterima-kasih dan berbakti
   pada kerajaan itu."
 
Dalam Hammatul Busyra halaman 50 Mirza Ghulam Ahmad berkata:
 
  "Sesungguhnya kerajaan Inggris telah berbuat baik pada
   kaum Muslimin India. Karena itu tidak boleh rakyat
   India yang beragama Islam melakukan pekerjaan durhaka
   dan mengangkat pedang atas kerajaan yang baik budi itu;
   Juga mereka tidak boleh membantu seseorang yang berbuat
   durhaka baik dengan perkataan maupun dengan isyarat
   atau harta untuk menentang Inggris. Dan sekalian
   perkara ini telah diharamkan. Barangsiapa masih mau
   berbuat demikian, maka ia telah durhaka kepada Allah
   dan Rasul-Nya."
 
Maka akan berkata  pula  orang-orang  Jahat,  demikian  kata
Mirza   Ghulam,   bahwa   kerajaan  Inggris  telah  membantu
pendeta-pendeta   Kristen   dan   menolong   mereka   dengan
ikhtiarnya  untuk mengKristenkan Muslimin. Maka apakah dosa,
sehingga kamu sekalian hendak  berbuat  jahat  pada  Inggris
yang telah berbuat baik pada kamu? Maka ketahuilah bahwa aku
siap membela pemerintahan ini.  Dalam  salahsatu  jawabannya
pada  missionaris Kristen yang berusaha memisahkan perpaduan
antara Mirza Ghulam Ahmad dengan Inggris, Mirza menulis:
 
  "Saya menjamin bahwa bagi pemerintahan Inggris di sini,
   sayalah bentengnya dan tempat berlindungnya daripada
   segala bencana dan nasib sial. Dan tuhan menyampaikan
   kabar baik padaku bahwa Dia tidak akan menyusahkan
   INGGRIS selama aku di tengah-tengah mereka."3
 
Hal  ini  dikarenakan,  kata  Ahmadiyah  selanjutnya,   sama
kejadiannya  ketika  Tuhan  tidak  mendatangkan  siksa  pada
musyrikin  Mekkah  sebab  wujud  Rasulullah  saw.   ada   di
tengah-tengah  mereka.  Tersebut  dalam surah Al-Anfal ayat.
33.  Kemudian  Ahmadiyah  bertanya  jika  Rasulullah   dapat
dijadikan  azimat  dan  benteng  oleh Tuhan bagi orang-orang
Mekkah padahal mereka mengadakan perlawanan  keras  terhadap
Islam, apakah Mirza Ghulam Ahmad tidak boleh dijadikan jimat
dan benteng INGGRIS oleh  Allah  swt.  yang  sekalipun  anti
Islam,   tetapi  setidak-tidaknya  memberi  kebebasan  untuk
mempertahankan dan  menyiarkan  Islam.4  Akhirnya  Ahmadiyah
bertanya:
 
  "Apa TUHAN juga salah, yang memberitahukan kepada
   hazrat Ahmad bahwa wujud hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s.
   menjadi jimat dan benteng INGGRIS?!"343
 
Tentu saja tuhan Mirza Ghulam Ahmad tidak  salah,  dan  juga
hazrat  Mirza Ghulam boleh sekali menjadi azimat dan benteng
bagi  Inggris.  Sebab  keinginan  Inggris   keinginan   ratu
Victoria  ialah  adanya  suara  suci dari seorang nabi India
yang mengaku sebagai nabi Muslim  pula,  dimana  suara  sang
nabi  itu  dapat  menyusup  ke  hati Muslimin India sebagai:
"fatwa, hadits ala Qadian, larangan,  tabu  berjihad,  haram
dan dosa, kwalat dan terkutuk bila menentang Inggris."
 
Setelah  wujud Mirza Ghulam Ahmad menjadi azimat dan benteng
bagi Inggris maka ia  kemudian  dengan  tandas  mencanangkan
tugas sucinya, dengan kata-kata:
 
  "Kata 'PEPERANGAN' jangan diartikan dalam hal ini,
   berperang dengan pedang atau senjata lain, oleh karena
   TUHAN sendiri telah melarang jihad semacam itu. Adalah
   perlu ditandaskan bahwa pada masa AL-MASIH perang
   dengan pedang maupun senjata apa saja telah dilarang!"5
 
Demikian bunyi hadits qudsi nabi India  yang  baru  diterima
dari  tuhannya. Maka akan selalu terdengar dari getaran tali
senar Mirza Ghulam Ahmad, suara-suara  paduan  dari  sympony
Brittania.  Politik  inilah  yang  dijalankan  Inggris yakni
melaksanakan   cita-cita    imperialisnya    dengan    jalan
menunggangi  kelemahan-kelemahan  yang  tampak  pada  bangsa
India  dengan  mengadu-dombakan  sesama  mereka.  Dan  dalam
kalangan  ummat  Islam,  Inggris mendapatkan bantuannya dari
pionnya Mirza Ghulam  Ahmad.  Syahdan  tidak  lama  kemudian
segala   janji   keamanan   yang   diberikan  Inggris  untuk
melindungi  Mirza  dan  alirannya  telah  bersatu-padu   dan
terbalaslah  azimat  dengan  azimat, benteng dengan benteng,
cintakasih yang tidak  bertepuk  sebelah  tangan.  Jelasnya,
Inggris  mengumumkan  sikapnya  yang pasti menjadi pelindung
rindang  atas  diri  Mirza  dan  Ahmadiyahnya.  Yang  sangat
menarik   untuk  disampaikan  disini  ialah,  bahwa  jaminan
perlindungan dari Inggris atas Mirza itu  disampaikan  liwat
Tuhan  baru  kemudian  Tuhan  mewahyukan pada Mirza. Kiranya
Inggris menjadikan tuhan Mirza sebagai  satelit  penghubung.
Karena   fungsinya   hanya   sebagai  penghubung  maka  cara
menyampaikannya tuhan Mirza berbahasa Inggris pula.  Sungguh
berbahagia  Mirza Ghulam Ahmad tatkala pada tahun 1900 turun
wahyu padanya:
 
  "Inggris dengan segala kebaikannya akan berada
   disampingmu dan membantu engkau ya Mirza, sebagaimana
   AKU Allah telah berada selalu di sampingmu. Mereka yang
   selalu mencari kebenaran tidak akan pernah merasa
   takut."6
 
Dan akhirnya, meskipun Mirza  Ghulam  Ahmad  tidak  memahami
bahasa Inggris, namun tuhannya mengirim wahyu padanya dengan
bahasa Inggris sebagai berikut:
 
  "AKU cinta padamu wahai Mirza, dan Aku akan menjadikan
   jemaatmu besar."7
 
Demikianlah  hubungan  kasih  sayang   timbal-balik   antara
TriTunggal: Mirza Ghulam Ahmad, TUHAN-nya dan INGGRIS.
 
Catatan kaki:
 1 (if this of GOD, it will stand, if there is no harm done).
 2 J.D. Shams, H.A., Islam That Prophet, 1943, Rabwah
   Ahmadiya M.F.M.O., hal. 30: (" .... if Your Imperial
   Mayesty wishes to see any sign in support of my truth,
   I am sure that within a year it will be done; further,
   I can pray that this era shall pass in peace and
   prosperity. And if I am false, I would be ready to bear
   the severest punishment, such as hanging, which Your
   Mayesty can inflict.")
 3 J.D. Shams, H.A., Islam That Prophet, hal. 72: (I
   can say that this Government I am as a fortress and
   refuge from calamities and misfortunes. And GOD has
   given me the good news that He will not inffict upon
   them affliction while I am among them).
 4 M. Abdul Hayee H.P. Ahmadiyah dan Inggris, 1969, D.A.I.
   cab. Bandung, hal. 28.
 5 Mirza Ghulam Ahmad, Fountain of Christianity, 1961,
   Ahmadiyya. M.F.M.O. Rabwah, hal. 1 (the word "battle"
   must not be taken to mean that the same would be fought
   wth this sword or gun for GOD has forbidden jihad of
   this kind. It being necessary that in the Promised
   Messiah's time fighting of this kind should be
   prohibited as the Holy Qur'an already directs).
 6 J.D. Shams, H.A., Islam That Prophet, hal. 72; (in
   November 1900 God revealed to him the following: "the
   English were well disposed towards you, verily God on
   the same side as you. Those who look towards heaven
   shall not fear").
 7 idem, hal. 66: (Tough he had no knowledge of English
   God revealed to him in English the following: "I love
   you, I shall give you a large party of Islam).

Permalink 20 Komentar

3 Mei, 2008 at 5:31 pm (3. THE BLESSED MIRZA)

Jelas ia dan alirannya memisahkan diri dari  mayoritas  kaum
Muslimin;  pemisahan  mana sangat menggembirakan musuh-musuh
Islam termasuk kaum Hindu.  Mereka  membenci  kaum  Muslimin
terutama  karena  Aqidahnya  Dr.  Shanker  Das Mehra seorang
tokoh Hindu berkata:
 
  "Muslimin India adalah ummat yang terpisah dari
   mayoritas Hindu. Orang-orang nasionalis Hindu membenci
   Muslimin India karena perpisahan itu. Lebih-lebih lagi
   karena mereka selalu menghadapkan wajah mereka siang
   malam ke Jazirah Arabia. Bahkan mereka sujud ke sana.
   Orang-orang Hindu dan orang-orang asing tidak menyukai
   tingkah laku kaum Muslimin itu."1
 
Maka golongan Mirza inilah yang memperoleh simpati dari kaum
Hindu.  Mereka  menyadari  bahwa dengan kerja nabi India ini
maka wajah Islam akan berubah dan akan  membelakangi  Kiblat
kaum  muslimin.  Betapa  tidak,  dengan cara penerangan yang
rapi dan langkah  step  by  step  yang  dilakukan  Ahmadiyah
ditambah  keuangan  yang  padat,  banyak kaum Muslimin India
terpikat pada jeratan perangsang aliran. Mirza  Ghulam  itu.
Lebih banyak kaum Muslimin yang berpindah pada ajaran-ajaran
nabi  baru  itu,  maka  lebih  baiklah  yang  demikian  bagi
Inggris, Hindu dan Kristen.
 
Dalam  bab yang sebelumnya kita banyak mengetahui kitab suci
Mirza   Ghulam   Ahmad   yang   mirip   dengan    Al-Qur'an.
Kadang-kadang  ayat-ayat  yang  ada dalam Al-Qur'an dicampur
baur dengan wahyu-wahyu yang ia terima dari tuhannya. Bahkan
ia berkata tentang Al-Qur'an:
 
  "Al-Qur'an itu adalah Kitab Allah dan Kalimah-kalimah
   yang keluar dari mulutku."2
 
Dan Kalimah-kalimah yang keluar dari  mulut  Mirza  haruslah
diimani  sebagaimana  mengimani  kitab  yang diturunkan pada
Nabi Muhammad s.a.w.3 Sebab Mirza juga  kedatangan  malaikat
Jibril  (Ayl)  yang  menyampaikan  wahyu-wahyu padanya.4 Dan
kehebatan kalimah-kalimah yang keluar dari mulut Mirza  sama
dengan kehebatan ayat-ayat Al-Qur'an. Bashiruddin berkata:
 
  "Keajaiban bahasa Arab Mirza menyamai keajaiban bahasa
   Al-Qur'an. Itulah salah satu tanda kebenaran missi
   Al-Masihnya."5
 
Demikian  obrolan  Ahmadiyah  yang  disampaikan  oleh  Mirza
Ghulam   Ahmad   sendiri   dan   puteranya   akan  melegakan
golongan-golongan di  luar  Islam.  Setidak-tidaknya  mereka
puas  dengan  adanya  Qur'an tandingan bikinan India, keluar
dari mulut seorang nabi India pula.
 
Disamping  itu   Ahmadiyah   menciptakan   nama-nama   bulan
disamping  nama-nama  bulan  Islam yang telah ada. Nama-nama
bulan itu ialah: "Sulh,  Tabligh,  Aman,  Syahadat,  Hijrat,
Ihsan,  Wafa,  Zuhur,  Tabuk, Ikha, Nubuwat, dan Fath." Bagi
kaum Muslimin India nama-nama bulan  dalam  setahun  bikinan
Ahmadiyah itu, akan lebih meresap kelak jika mereka terjerat
oleh aliran Mirza Ghulam  Ahmad.  Satu  kelegaan  lagi  buat
kaum-kaum di luar Islam.
 
Adapun  tentang  mesjid  Mirza Ghulam Ahmad yang terdapat di
Qadian menurut nabi India adalah mesjid yang mubarak.  Lebih
jelas  lagi  Mirza  berkata;  bahwa yang disebut Al-Qur'anul
Karim dalam surah Bani Israil ayat 1 tentang mesjid Al-Aqsha
adalah  mesjid  Mirza  yang  di Qadian itu.6 Itulah sebabnya
rnesjid itu telah diberkahi Tuhan. Selain itu  Mirza  Ghulam
sempat  menceritakan  bagaimana  saat-saat  kematiannya akan
terjadi. Tuhan bersabda padaku, kata Mirza:
 
  "Hari tinggal sedikit lagi, sesudah memperlihatkan
   semua kejadian dan keajaiban qudrat, barulah datang
   kejadian tentang engkau. Ini sebagai isyarah bahwa
   sebelum wafatku dunia mestilah mengalami beberapa
   kejadian, dan beberapa keajaiban qudrat akan zahir,
   supaya dunia bersedia untuk satu perubahan, sesudah
   perubahan itu barulah aku wafat."7
 
Kemudian tentang  tanah  di  mana  Mirza  akan  dikubur,  ia
berkata:
 
  "Kepadaku diperlihatkan sebuah tempat, inilah tempat
   kuburan engkau. Aku lihat seorang malaikat yang sedang
   mengukur tanah. Sesudah sampai ke sebuah makam ia
   berkata padaku: inilah tempat pekuburan engkau.
   Kemudian di sebuah tempat diperlihatkan padaku yang
   lebih berkilat dan perak dan semua tanahnya dari perak.
   Dikatakan padaku: inilah kuburan engkau! Dan
   diperlihatkan pula padaku sebuah tempat dinamai
   pekuburan ahli sorga, dan dinyatakan bahwa ini adalah
   pekuburan orang-orang jemaat yang terpilih yang ahli
   sorga."8
 
Kemudian  Mirza  Ghulam  Ahmad  melanjutkan  perihal   tanah
pekuburan yang ditunjuk malaikat dan berkata:
 
  "Karena aku telah terima banyak sekali kabar-kabar suka
   untuk pekuburan ini, dan bukan saja Tuhan bersabda
   bahwa ini adalah pekuburan sorga, bahkan Dia bersabda:
   Segala macam rahmat telah diturunkan dalam pekuburan
   ini (unzila fiiha kullu rahmatin), dan tidak satu
   rahmatpun yang tidak diterima oleh orang-orang yang
   berkubur di sini."9
 
Dengan rahmat yang melimpah-limpah atas pekuburan Qadian itu
bagaimana   pula   orang-orang   yang   menziarahinya,  akan
ketumpahan berkahnya bukan?! Dalam Payghami Suhl, vol.  XXI,
no.  22  dikatakan  bahwa  ziarah  ke Qadian sama mubaraknya
dengan ziarah ke Mekkah. Nah, apa lagi yang tidak dibuatnya?
Ia  sudah  rasul  dan nabi Islam dari India, missi Ahmadiyah
adalah missi Islam sejati10  dan  Jama'at  Ahmadiyah  adalah
jemaat Bahi. Dan Ahmadiyah menandaskan:
 
  "Tangan Allah adalah bersama jemaat dan barangsiapa
   yang berusaha berpecah dari jamaat berarti mereka itu
   menyediakan diri untuk dibakar di dalam api."11
 
Demikian pendirian Ahmadiyah  bahwa  pengikut-pengikut  Imam
Mahdilah (Mirza Ghulam Ahmad) adalah golongan yang dinamakan
"jemaah" itu. Itulah  jemaah  yang  dikatakan  sebagai  satu
golongan  yang  selamat dari jumlah tujuh-lima golongan yang
disabdakan Nabi Muhammad dalam salah satu Hadits.12
 
Akhirnya untuk orang yang tidak percaya  pada  Mirza  Ghulam
Ahmad  sebagai nabinya kaum Muslimin, Ahmadiyah menandaskan:
"Bahwa semua orang Islam harus percaya pada  kenabian  Mirza
Ghulam  Ahmad;  kalau  tidak  berarti mereka tidak mengikuti
ajaran-ajaran Al-Qur'an. Dan  siapa-siapa  yang  mengingkari
Qur'an  maka  ia  bukan  Muslim. Dan barangsiapa mengingkari
seorang Nabi menurut agama Islam ia adalah kafir!"13
 
Horas Mirza Ghulam Ahmad dan Ahmadiyahnya! Alangkah  gembira
masyarakat  Hindu mendengar obrolan-obrolannya. Betapa tidak
gembira yang demikian itu, kalau ada orang-orang Islam  yang
datang  mengganti  keyakinannya  dengan  ajaran-ajaran Mirza
Ghulam Ahmad, pasti ia telah berpendirian seperti  pendirian
Ahmadiyahnya,   mengkafirkan   Muslimin   kemudian  berusaha
memindahkan kekafiran  mereka  menjadi  ke-Islaman  Ahmadiah
made  in  Mirza  Ghulam  Ahmad.  Bahkan orang-orang pengikut
Mirza yang berada di jazirah Arabia,  tidak  mustahil  kelak
akan menghadapkan wajah mereka ke India. Peristiwa perobahan
yang bertolak-belakang itu bukan suatu dongengan  atau  satu
obrolan  belaka,  melainkan  suatu  gambaran nyata dan suatu
kenyataan yang meyakinkan.
 
Oleh tingkah-laku Mirza  Ghulam  Ahmad,  maka  harapan  kaum
Hindu telah terkabul. Ia adalah suatu blessing (berkah) yang
tidak terduga-duga bagi semua  ummat  di  luar  Islam.  Bagi
masarakat Hindu sendiri, kehidupan para sesepuh Mirza Ghulam
Ahmad sudah cukup meyakinkan. Mereka  pernah  mengabdi  pada
raja Sikh Ranjit Singh dan mereka pernah bahu membahu dengan
kaum  Hindu  dalam  perang  1857  sebagai  pion-pion  sewaan
Inggris yang setia. Lebih dari itu semua, Mirza Ghulam Ahmad
bukankah ia sebagai Brahman Avatar, sebagai Kreshna juga?
 
Maka atas segala tingkah-laku Mirza  dan  Ahmadiyahnya  yang
menggembirakan  masyarakat  non Muslim itu, datanglah pujian
baginya dan bagi Ahmadiyahnya dari seorang tokoh Hindu  yang
kenamaan,  Dr.  Shanker  Das  Mehra. Ahmadiyah dengan bangga
mengulangi kembali  pujian  tokoh  Hindu  itu,  yang  isinya
antara lain:
 
  "Tidak banyak orang-orang India yang menyadari bahwa
   dengan mengikuti aliran Ahmadiyah, mereka sebenarnya
   akan merupakan satu kekuatan politik Muslim yang
   bahu-membahu dengan kekuatan Hindu; dan India pastilah
   menjadi negara kesatuan dan satu bangsa yang kokoh.
   Bahkan akan merupakan kekuatan politik yang mengokohkan
   persatuan dengan Timur Tengah dan Afrika. Dengan
   demikian akan tercapailah perdamaian dunia."14
 
Betapa bagusnya pujian Das Mehra pada aliran Alhmadiyah.  Ia
dengan  penuh  simpati  ikut menganjurkan agar kaum Muslimin
pindah keyakinan pada aliran Ahmadiyah.  Antara  lain  tokoh
Hindu tersebut menambah:
 
  "Tersebarnya aliran Ahmadiyah di kalangan kaum Muslimin
   India akan menambah tegaknya kekuatan persatuan India.
   Aku seringkali menjumpai tokoh-tokoh Ahmadiyah yang
   berpandangan luas dan berjiwa besar, yang jarang aku
   lihat pada golongan-golongan lain."15
 
Apakah kaum Hindu  menaruh  perhatian  pada  obrolan-obrolan
Mirza  Ghulam,  bahwa  ia adalah Brahmana Avatar dan Kresna?
Biarlah anjing menggonggong terus!
 
Catatan kaki:
 1 S. Abul Hasan Ali Nadwi, Qadianism a critical study.
   1965, Lucknow National Horald Press, hal. 117.
 2 Mirza Ghulam Ahmad, Istiftha', hal. 81 (lih. bab.
   IV-judul: Qur'an made in Qadian).
 3 idem, hal. 87.
 4 idem, hal. 87.
 5 Bashiruddin Mahmud Ahmad, Invitation, hal. 97.
 6 Mirza Ghulam Ahmad, Khutbatul Ilhamiyah, hal. 7 & 8
   (huruf 'Ain).
 7 Mirza Ghulam Ahmad, al-Wasiyat, hal 32.
 8 idem, hal. 32, 33.
 9 Mirza Ghulam Ahmad, Al-Wasiyat, hal. 36.
10 Saleh A. Nahdi, Ahmadiyah Membantah Tuduhan Wahid
   Bakry, hal. 14.
11 Majallah Ahmadiyah Sinar Islam, no. 10/1965, hal. 14.
12 idem, no. 13/1965, hal. 34.
13 Syafi R. Batuah, Ahmadiyah Apa dan Mengapa, hal. 19.
14 Naseem Saifi, Our movement, 1957, Lagos The islamic
   Literature, hal. 33: (Das Mehra say! little have the
   Indians realised that by owning the Ahmadiyya movement,
   they would be politically comenting two mayor
   communities, the Hindus and the Muslims of India and
   would be fostering a strong united nation, with
   political reunification in the middle east and Africa.
   That would have resulted in stablishing factor in the
   world peace).
15 Naseem Saifi, our movement, hal. 34; (the spread of
   Ahmadiyya movement amongs the muslims would add to the
   strenght ot Indian union. I have invariably found the
   Ahmadis noble souls with contructive outlook-a feature
   that is only peculiar to them).

Permalink 19 Komentar

3 Mei, 2008 at 5:28 pm (2. REKOMENDASI DAN PIGURA)

Dalam perang kemerdekaan  tahun  1857,  Mirza  Ghulam  Ahmad
sudah menjadi seorang pemuda yang tampan; usianya sekitar 22
tahun. Dengan demikian ia sudah  dapat  menjadi  saksi  yang
baik  atas  karier para sesepuh-sesepuhnya, dalam pergolakan
tahun 1857 dan tahun-tahun sesudahnya.
 
Sejarah  Islam  telah  menggarisbawahi   peristiwa-peristiwa
kekejaman  Inggris  dan  pasukan-pasukan  sewaannya terhadap
kaum  Muslimin  dalam  perang  kemerdekaan  itu.   Kehadiran
Inggris  bagi  Muslimin  India  merupakan musibah besar yang
kedua, sesudah musibah besar yang pertama yang  dibuat  kaum
Sikh  masih  berlangsung terus. Mengulangi kembali peristiwa
kebiadaban Inggris dan pion-pionnya terhadap  kaum  Muslimin
akan  memudahkan  pendekatan  yang akrab pada keluarga Mirza
Ghulam Ahmad.
 
Adapun  peristiwa-peristiwa  yang  tersebut  di  bawah   ini
hanyalah  gambaran  kecil dari penderitaan yang dialami kaum
muslimin India; Penyair Urdu  yang  mashur,  Asadullah  Khan
Ghalib yang menjadi saksi atas kebuasan Inggris menulis:
 
  "Delhi, aku saksikan menjadi lautan darah, hanya
   Tuhanlah yang mengetahui apa yang masih ada padaku. Aku
   kehilangan saudaraku, kehilangan sahabat-sahabatku
   terdekat, kehilangan saudara-saudara seagama. Ribuan
   ummat Muhammad telah binasa di atas tiang gantungan,
   maupun berserakan di segala penjuru Delhi. Siapa lagi
   yang akan kuingat, aku tidak punya apa-apa.
   Segala-galanya telah sirna, siapa pula yang akan
   menangisi kematianku. Orang-orang kulit putih itu masuk
   dan menembak mati siapa saja yang mereka jumpai. Tidak
   memilih anak-anak maupun wanita-wanita."
 
Zahir Dehlvi menulis dalam Dastani Gadar:
 
  "Tentara Inggris menembak siapa saja yang mereka
   jumpai.Seorang penulis kenamaan, Mian Muhammad Amin
   Panjakush, seorang Ulama, Moulvi Imam Buksh Sabhin
   bersama-sama dua puteranya dan Miar Niaz Ali bersama
   1400 orang penduduk Kucha Cholan telah ditembak mati
   semua. Mayat-mayat mereka dilemparkan ke dalam sungai
   Jamuna."
 
Griffiths, seorang peninjau  Inggris  ketika  melihat  Delhi
binasa, menulis:
 
  "Suatu bencana yang mengerikan telah terjadi; sungguh
   sulit untuk dibayangkan, sungguh sulit untuk dilupakan
   kota yang semula penuh sesak oleh manusia, kini hening
   sunyi-sepi. Tidak terdengar suara kecuali suara riuh
   burung di angkasa berputar kemudian turun di atas
   tumpukan mayat-mayat itu. Setiap orang yang lewat, akan
   terasa sesak dada nafas tersumbat"
 
Beatrice Pitney Lamb menulis  peristiwa  berdarah  1857  itu
sebagai berikut:
 
  "Tentara Inggris berbuat apa saja demi kepuasan
   nafsu,iblisnya. Ribuan kaum Muslimin mati digantung
   tanpa diadili, tanpa alasan apapun. Yang paling
   mengerikan ialah ketika mulut-mulut meriam didekatkan
   pada tubuh-tubuh mereka kemudian meledakkannya."
 
Thompson dan Garrat  menceritakan  ketika  tentara  jenderal
Wilson  dan tentara berkuda jenderal Hudson menguasai Delhi,
pasukan Inggris ini telah:
 
  "Melakukan penghinaan yang keji dan pembunuhan yang
   ngeri. Mereka telah menyemir tubuh kaum muslimin dengan
   lemak babi, kemudian menutupi tubuh mereka dengan kulit
   babi. Kaum Hindu yang ikut menyaksikan atraksi-atraksi
   tersebut mendapat kesempatan leluasa untuk mencemarkan
   tubuh kaum muslimin dengan kotoran-kotoran najis.
   Akhirnya tubuh-tubuh yang tidak berdaya itu dibakar
   hidup-hidup sampai mati."
 
Demikian contoh kehancuran  Delhi,  kehancuran  Muslimin  di
kota  itu,  merupakan  gambaran  dari  kehancuran di seluruh
negeri. Sisa dari kaum muslimin berada dalam  penjara  hidup
yang    menyedihkan.    Inggris   telah   memutuskan   untuk
menghancurkan  seluruh  struktur  kehidupan  kaum   Muslimin
sampai  ke akar-akarnya. Bangsa Inggris itu mendapat bantuan
dari pasukan-pasukan sewaannya. Kaum  Sikh  yang  dikalahkan
Inggris  pada  tahun 1848 itu, pada perang kemerdekaan tahun
1857, telah berjasa besar  pada  tuannya.  Mereka  bertempur
mati-matian di sisi Inggris menghancurkan kaum Muslimin.
 
Bagaimana  dengan  keluarga  Mirza  Ghulam  Ahmad, dimanakah
mereka  berada  tatkala  jihad   Akbar   1857   itu   sedang
berkecamuk? Sejarah Islam tidak sulit untuk menemukan mereka
di arena perjuangan yang dahsyat itu. Mereka, keluarga Mirza
Ghulam  Ahmad  ini  diketemukan  di tengah-tengah perjuangan
yang hebat itu sebagai anggauta pasukan sewaan Inggris  yang
berani  mati.  Dengan perasaan bangga Ahmadiyah menceritakan
keberanian  mereka   itu.   Putera   Mirza   Ghulam   Ahmad,
Bashiruddin Mahmud Ahmad berkata:
 
  "Pada waktu pengepungan Delhi, Imanuddin, salah seorang
   dari keluarga Mirza Ghulam Ahmad, menjadi kepala
   pasukan dalam tentara berkuda jenderal Hudson,1 dan
   bapaknya yang bernama Ghulam Muhyiddin menjabat
   Wedana."
 
Demikian tubuh yang mengalir darah, didalamnya terdapat noda
yang  kekal.  Keluarga Mirza Ghulam Ahmad memiliki noda yang
kekal itu. Mereka telah berbakti pada kaum  musyrikin  Sikh,
dan  kini  mereka  pindah  berbakti  pada  musyrikinInggris,
bahu-membahu  dengan  sesama  bangsa  dari   golongan   Sikh
membinasakan   kaun  Muslimin  yang  diakui  sebagai  sesama
saudaranya.
 
Bashiruddin   Mahmud   Ahmad   menceritakan   bahwa    dalam
pemberontakan  tahun  1857  itu,  keluarga  ini  menjalankan
pekerjaan yang patut dipuji pula. Ghulam Murtaza  memasukkan
banyak  orang dalam tentara, dan anaknya yang bernama Ghulam
Kadir ikut dalam  tentara  General  Nicholson  di  Trimughat
waktu  melawan  pemberontakan  dari  46 Native infantry yang
melarikan diri dari Sialkot.2
 
Jenderal Nicholson telah memberikan satu surat kepada Ghulam
Kadir yang menyatakan bahwa dalam tahun 1857, keluarganya di
Qadian distrik  Gurdaspur  betul-betul  telah  membantu  dan
setia  kepada  pemerintah  lebih dari keluarga-keluarga lain
dalam daerah itu.3
 
Selanjutnya Bashiruddin bercerita, bahwa Ghulam Kadir  putra
dari  Ghulam  Murtaza, saudara Mirza Ghulam Ahmad, mempunyai
banyak  surat-surat   pujian   dari   pemerintah.4   Sesudah
memperoleh  surat-surat  dan  pigura-pigura penghargaan dari
majikannya,   keluarga    Mirza    Ghulam    ini    mendapat
perangsang-perangsang   yang   lumayan.  Gulam  Murtaza  dan
saudara-saudaranya memperoleh hak pensiun sebesar 700  rupe,
dan  hak  milik  atas  Qadian  dan  beberapa kampung sekitar
Qadian kemudian memperoleh hak menarik pajak sebesar 5% atas
daerah-daerah itu.5
 
Demikian  kisah  pengabdian  yang  mengharukan dari keluarga
Mirza  Ghulam  Ahmad,  diceritakan  sendiri  oleh  puteranya
Bashiruddin  Mahmud  Ahmad.  Satu  kali  lagi  pengkhianatan
terhadap  saudara-saudaranya  kaum  Muslimin,  pengkhianatan
terhadap  Islam, pengkhianatan terhadap ALLAH dan RASUL-NYA.
Mungkinkah dari keluarga yang berkhianat itu, muncul seorang
Al-Mahdi, Al-Masih yang dijanjikan seorang Nabi atau Rasuli!
 
Catatan kaki:
1 Bashiruddin Mahmud Ahmad, Riwayat Hazrat Ahmad a.s.,
  hal. 10.
2 idem, hal. 9.
3 idem, hal. 9.
4 idem, hal. 10
5 idem, hal. 12.

Permalink 17 Komentar

SESEPUH MIRZA GHULAM AHMAD TERJUN KE GELANGGANG

3 Mei, 2008 at 5:24 pm (1. SESEPUH MIRZA GHULAM)

Beralih kembali pada pembahasan yang  semula  yakni  perihal
Mirza Ghulam Ahmad dan Ahmadiyahnya, sejarah Islam bertanya,
sampai sejauh mana Mirza Ghulam  Ahmad  terjun  dalam  medan
perjuangan  ummat  Islam,  baik  pada tahun 1831 maupun pada
tahun 1857 itu?
 
Jika dilihat pada  tahun  kelahirannya  (1835)  maka  ketika
terjadi  perang  sabil  pimpinan  syed Ahmad Berelvi melawan
kekuasaan Sikh, Mirza  Ghulam  Ahmad  ternyata  masih  belum
lahir  ke  dunia  ini.  Akan  tetapi  kakeknya,  ayahnya dan
pamannya  sebagai  orang-orang   sesepuhnya,   sudah   dapat
berbicara  tentang  perang  sabil  itu.  Bahkan  situasi dan
pengalaman pahit yang dialami  kaum  Muslimin  berada  dalam
kesaksian mereka.
 
Satu  hal  yang  jelas  ialah bahwasanya sejarah Islam tidak
pernah berbicara tentang  kegiatan  yang  dilakukan  sesepuh
Mirza  Ghulam Ahmad pada tahun-tahun dominasi kaum Sikh atas
kaum Muslimin di Punjab maupun tahun-tahun terjadinya perang
sabil  1831  itu.  Namun  satu hal yang menggembirakan ialah
justru  Ahmadiyah  sendiri  yang  banyak  berbicara  tentang
pengalaman-pengalaman  sesepuh  Mirza  Ghularn.  Bahkan yang
banyak mengungkap pengalaman-pengalaman mereka adalah  Mirza
Ghulam  Ahmad  dan  puteranya Bashiruddin Mahmud Ahmad, yang
kebenarannya pasti dijamin oleh Ahmadiyah. Dari  bahan-bahan
Ahmadiyahlah maka pengalaman-pengalaman sesepuh Mirza Ghulam
ini diungkap kembali, sebagai  suatu  jalan  termudah  untuk
mengenal mereka.
 
Sebagaimana  telah  disinggung  dalam  bab III, Mirza Ghulam
Ahmad adalah keturunan Haji Barlas, raja  daerah  Kesh  yang
jadi   paman   Amir  Tughlak  Taimur.  Tatkala  Amir  Taimur
menyerang  Kesh,  lalu  haji  Barlas   sekeluarga   terpaksa
melarikan diri ke Khurasan dan Samarkhand. Dan mulai tinggal
di sana. Tetapi dalam abad ke sepuluh hijrah  atau  abad  ke
enam  belas  masehi,  seorang  dari  keturunan  haji  Barlas
bernama  Hadi  Beg  beserta  200  pengikutnya  hijrah   dari
Khurasan  ke  Hindustan karena beberapa-beberapa hal. Mereka
tinggal di  daerah  sungai  Bias  dengan  mendirikan  sebuah
kampung  bernama  Islampur,  9  km  jauhnya dari sungai itu.
Mirza Hadi Beg adalah seorang cerdik pandai, sebab itu  oleh
pemerintahan  pusat  Delhi diangkat sebagai Qadi (hakim atau
jaksa) untuk daerah sekelilingnya...1  Demikianlah  keluarga
Barlas   itu   pindah   dari   Khurasan   ke   Qadian  untuk
selama-lamanya.  Selama  kerajaan   Moghol,   keluarga   ini
senantiasa  memperoleh  kedudukan  yang mulia dan terpandang
dalam pemerintahan negara. Setelah jatuhnya kerajaan  Moghol
keluarga  ini  tetap  menguasai  daerah  60  pal  sekeliling
Qadian, sebagai suatu kerajaan merdeka. Tetapi  lambat  laun
bangsa  Sikh mulai berkuasa dan kuat, dan dalam pemerintahan
Sikh inilah keluarga Mirza Ghulam menderita kesusahan.
 
Betapa tidak, bukan saja keluarga Mirza  Ghulam  Ahmad  yang
menderita kesusahan di bawah pemerintahan Sikh, bahkan semua
ummat Islam mengalami penderitaan juga. Namun satu hal  yang
perlu  diulang  kembali  dari pengalaman-pengalaman keluarga
Mirza Ghulam Ahmad yaitu bahwa kerajaannya yang merdeka  itu
ditengah-tengah kekuasaan Sikh, mulai mendapat cobaan-cobaan
yang beruntun. Diceriterakan oleh Ahmadiyah  bahwa  beberapa
suku  bangsa  Sikh dari Ramgarh setelah mereka bersatu mulai
berperang dengan keluarga ini, yakni keluarga Mirza  Ghulam.
Selama   itu   buyut   dari   Mirza   Ghulam   Ahmad   tetap
mempertahankan diri dari  serangan  musuh.2  Ahmadiyah  juga
mengutip dari bukunya Sir Lepel Griffin "Punjab-Chiefs" yang
menceriterakan tentang keluarga  Hazrat  Ahmad  itu  sebagai
berikut,
 
  "Gul Muhammad dan puteranya Ata Muhammad (buyut-buyut
   Mirza Ghulam Ahmad) terus menerus berperang dengan
   suku-suku Sikh dari Ramgarh dan Kanhis yang menguasai
   daerah-daerah sekitar Qadian." Akhirnya suku-suku Sikh
   itu dapat juga menguasai Qadian dengan jalan mengadakan
   perhubungan rahasia dengan beberapa penduduk Qadian.
   Dan semua anggota keluarga ini ditawan oleh Sikh."3
 
Maka  tammatlah  riwayat  kerajaan  merdeka  keluarga  Mirza
Ghulam  Ahmad. Bersama kaum Muslimin yang lain, keluarga ini
tentu akan  mengalami  penderitaan-penderitaan  yang  hebat.
Sejarah   Islam   sudah   mencatat   bagaimana   kaum   sikh
memperlakukan kaum Muslimin dengan kejamnya. Juga  Ahmadiyah
menceriterakan  cara-cara  mereka bertindak dan Mirza Ghulam
Ahmad  lah  yang   secara   mendetail   mengungkap   kembali
kebuasan-kebuasan  mereka.  Cucu  dari  buyut dan kakek yang
dikalahkan kaum Sikh ini mulai menceriterakan tentang  musuh
besarnya kaum Sikh sebagai berikuti
 
  "Pemerintahan Sikh mencerminkan kegalakan serta
   kebuasan. Adat Istiadatnya ialah merampok dan merampas.
   Mereka sangat benci pada orang-orang Islam. Orang Islam
   tidak dibolehkan menyerukan adzan dengan suara keras.
   Mesjid-mesjid dikuasainya dan mereka gunakan untuk
   membacakan kitab suci mereka yaitu Granth ..." Rasa
   kebencian di kalangan orang-orang Sikh terhadap
   orang-orang Islam tak ada hingganya. Orang-orang Islam
   baik lelaki maupun perempuan bahkan anak-anak mereka
   bunuh dengan sangat kejamnya. Kampung-kampung orang
   Islam mereka musnahkan, perempuan-perempuannya
   diperkosa dan ribuan mesjid telah dimusnahkan."
 
Dan akhirnya mengenai keadaan  yang  mengerikan  itu,  Mirza
Ghulam Ahmad menulis:
 
  "Sampai saat ini kaum Muslimin tak dapat melupakan masa
   yang ngeri itu, ketika orang-orang Islam sangat
   menderita dalam tungku yang dinyalakan oleh
   tangan-tangan kaum Sikh. Oleh karena kebuasan mereka
   bukan saja keduniaan orang Islam yang rusak binasa,
   bahkan keadaan keagamaan mereka telah lebih jelek dari
   itu. Jangankan akan melakukan kewajiban-kewaJiban
   keagamaan, setengah orang telah dibunuh mati
   semata-mata karena menyerukan adzan." (surat siaran
   tgl. 10/7/1900)4
 
Lebih  jauh  Hadrat  Mirza  Ghulam  Ahmad   a.s.,   demikian
Ahmadiyah,   menulis  tentang  kebuasan  kaum  Sikh  sebagai
berikut:
 
  "Barangsiapa yang telah berusia 60 atau 70 tahun tahu
   benar bahwa kita telah mengalami kekuasaan orang Sikh.
   Betapa hebatnya melapetaka yang menimpa kaum Muslimin
   ketika itu bukanlah satu hal yang tersembunyi lagi;
   dengan mengingatnya saja seramlah bulu roma kita dan
   gemetarlah jantung kita. Orang Islam dihalangi
   melakukan amal-ibadat dan kewajiban-kewajiban
   keagamaan, yaitu satu tugas yang mereka anggap lebih
   mulia dari jiwa mereka sendiri. Adzan yang menjadi
   pendahuluan bagi sembahyang itu, tidak mereka bolehkan
   melakukannya dengan suara keras. Kalau kedengaran
   seorang muadzdzin mengucapkan "Allahu Akbar" dengan
   keras walaupun tidak disengaja mereka membunuh
   muadzdzin itu. Begitu pula mereka berlaku
   sewenang-wenang dalam soal-soal yang dihalalkan oleh
   Islam. dalam suatu peristiwa penyembelihan seekor sapi
   telah dibunuh 5000 (lima ribu) orang Islam yang tak
   berdaya itu. Seorang sayid yang karena menggores
   sedikit kulit sapi dengan ujung pedangnya, akan
   dibunuh, tapi tak jadi, hanya tangan sayid itu
   dipotong. Mesjid-mesjid mereka jadikan tempat minum
   ganja, dan tempat kuda mereka." (perselah pertemuan
   untuk mendoa Desember th. 1900)5
 
Demikian kejahatan-kejahatan kaum  Sikh  yang  diceriterakan
kembali  oleh  Mirza  Ghulam Ahmad dan Ahmadiyahnya. Sungguh
suatu malapetaka yang tiada  taranya,  suatu  musibah  besar
kaum Muslimin India abad 19 masehi.
 
Akan  tetapi di dalam bencana, malapetaka, dan musibah besar
yang  menghantam  kaum  Muslimin  itu,   terdapatlah   suatu
kejadian  vang  ajaib,  unik dan menarik. Dimanakah letaknya
keajaiban itu? Jika kita menyusuri kembali  jalan  kehidupan
keluarga  Mirza Ghulam Ahmad baik pada masa berperang dengan
kaum Sikh  maupun  sesudahnya,  maka  disitulah  letak  dari
keajaiban  itu  terjadi.  Sebagaimana diketahui para sesepuh
Mirza Ghulam adalah orang Islam  yang  taat  pada  agamanya.
Kedua,  mereka  memiliki  satu  kerajaan  merdeka yang cukup
lumayan daerah  kekuasaannya.  Dan  ketiga,  keluarga  Mirza
Ghulam  ini bertempur melawan kaum Sikh dengan gigih. Dengan
sendirinya, baik keluarga Mirza  Ghulam  Ahmad  maupun  kaum
Sikh,    kedua-duanya    memandang   masing-masing   sebagai
musuh-besarnya. Maka ketika peperangan antara  keduanya  itu
berakhir   dan   kemenangan  berada  di  pihak  Sikh  dengan
menguasai Qadian dan menawan seluruh keluarga  Mirza  Ghulam
Ahmad  maka  apakah  gerangan  kiranya  yang  akan dilakukan
bangsa Sikh yang biadab itu terhadap keluarga  Mirza  Ghulam
Ahmad?
 
Pasti dan tidak ayal lagi tungku yang dinyalakan oleh bangsa
Sikh untuk menggoreng keluarga Mirza ini  akan  lebih  hebat
nyala  apinya.  Bayangkanlah,  jika hanya karena adzan keras
seorang Muslim dibunuh. Karena  menyembelih  sapi,  limaribu
Muslimin  dibunuh,  maka  apakah  yang terjadi jika Muslimin
keluarga Mirza Ghulam Ahmad  ini  bermusuhan  dan  berperang
dengan  kaum Sikh? Jelas sekali dan tidak ada rasa ragu-ragu
lagi untuk menyatakan, bahwa tidak seorangpun dari  keluarga
Mirza Ghulam Ahmad akan luput dari kematian yang mengerikan.
 
Akan tetapi apa yang terjadi, sungguh diluar logika manusia,
diluar dugaan  dan  diluar  kepastian  yang  mesti  terjadi.
Itulah  sebabnya  ada  keajaiban telah terjadi pada keluarga
Mirza  yang  tertawan  itu.  Dan   inilah   keajaiban   itu.
Bashiruddin  Mahmud  Ahmad  putera Mirza Ghulam menceritakan
sejarah keluarganya sesaat sesudah mereka  jatuh  ke  tangan
bangsa Sikh, sebagai berikut:
 
  "Setelah semua keluarga ditawan oleh Sikh, maka selang
   beberapa hari kemudian, keluarga ini diizinkan untuk
   meninggakan daerah Qadian, dan mereka lalu pergi ke
   kesultanan Kapurtalah dan tinggal 16 tahun lamanya
   disana."6
 
Bayangkanlah  sekali  lagi,  bagaimana  bisa  terjadi   itu?
Keluarga  Mirza  Ghulam  Ahmad musuh besarnya kaum Sikh yang
kalah perang dan tertawan diizinkan untuk pergi begitu saja.
Bagaimana  itu  bisa  terjadi,  apa  karena  kaum Sikh sudah
berhasil memiliki  kerajaan  keluarga  Mirza,  yang  60  pal
sekeliling  Qadian itu? Ataukah suatu mu'jizat telah terjadi
pada keluarga Mirza karena dari keluarga ini akan lahir sang
Brahman avatar atau sang Kreshna Mirza Ghulam Ahmad?
 
Pertanyaan-pertanyaan   tersebut   tidak   perlu   dicarikan
jawaban-jawabannya, sebab jika masih akan dijawab jua,  maka
jawab  dari  soal-soal  itu adalah: "nonsense" belaka. Namun
jika  hendak  dicari  jawaban  atas  soal-soal   itu,   maka
Ahmadiyahlah   yang   akan   menjawabnya.   Dalam   hal  ini
Bashiruddin Mahmud  Ahmad  yang  menjawab:  Apa  yang  telah
disampaikan  oleh  Bashiruddin  bukan  soal keajaiban, bukan
karena kaum Sikh memiliki 60 pal kerajaanya bukan karena ada
mu'jizat,  dan  juga  bukan  karena  akan lahir Sang Kreshna
Mirza Ghulam Ahmad, melainkan suatu jawaban yang wajar saja.
 
Sebelum  sampai  pada  jawabannya,  sejarah   bisa   menarik
kesimpulan  yang konkrit dari pengalaman-pengalaman keluarga
Mirza Ghulam  Ahmad  ini.  Jika  kaum  Sikh  telah  membunuh
anak-anak,   kaum   wanita  dan  muslimin  begitu  kejamnya,
sedangkan  keluarga  Mirza  Ghulam  Ahmad   yang   berperang
diizinkan   pergi  begitu  saja,  maka  sejarah  tidak  akan
ragu-ragu untuk menyatakan bahwa sebenarnya  keluarga  Mirza
Ghulam  Ahmad  tidak pernah mengangkat senjata dan berperang
melawan Sikh. Jika mereka pernah  mengangkat  senjata,  maka
mereka  hanya  mengangkat  senjata di dalam bentengnya saja,
seolah-olah menunggu kaum Sikh. Dan  jika  kaum  sikh  telah
sampai   di   Qadian,   maka  keluarga  Mirza  ini  langsung
menyarungkan pedangnya kemudian  menyambut  kedatangan  Sikh
dan menyilahkan masuk dan memiliki kerajaannya. Hanya dengan
sikap inilah mungkin kaum  Sikh  bisa  lunak  pada  keluarga
Mirza  Ghulam  Ahmad.  Andaikata  sikap itu belum memastikan
lunaknya kaum  Sikh,  maka  sejarah  akan  menyatakan  bahwa
sebenarnya keluarga Mirza Ghulam Ahmad adalah sekongkol kaum
Sikh yang membantu dan bahu membahu ketika berhadapan dengan
pasukan  sabillillah  pimpinan  syed  Ahmad  Berelvi. Apakah
tidak mungkin dari golongan-golongan  Muslim  yang  membalik
membantu  Sikh  dalam  peristiwa  pertempuran  Balakot  itu,
terdapat golongan keluarga Mirza Ghulam?
 
Akan tetapi demi  kepentingan  argumentasi  Ahmadiyah,  maka
pernyataan-pernyataan  sejarah  itu lebih baik ditinggalkan,
sebagai sangkaan-sangkaan belaka.  Dengan  demikian  sejarah
belum  mempunyai  suatu kepastian tentang apa sebab-sebabnya
kaum Sikh tidak mengganggu sama-sekali keluarga Mirza Ghulam
Ahmad.
 
Masih  merupakan  satu  soal dalam sejarah, dimana Ahmadiyah
juga tidak mau  menjawabnya.  Namun  demikian  hal-hal  yang
tersembunyi,  pada  suatu saat akan dibuka dengan jelas oleh
waktu  dan  keadaan.  Pengalaman-pengalaman  keluarga  Mirza
Ghulam Ahmad setelah diizinkan pergi ke Kapurtalah selama 16
tahun disana, merupakan kunci pembuka dari tertutupnya  soal
yang hampir-hampir tidak bisa diketemukan oleh sejarah Islam
itu.
 
Diceritakan oleh Bashiruddin  Mahmud  Ahmad,  bahwa  setelah
datang zaman kekuasaan dari maharaja RANJIT SINGH yang dapat
menguasai semua raja-raja kecil, maka maharaja Ranjit  Singh
mengembalikan  sebahagian  dari  harta-benda pada ayah Mirza
Ghulam Ahmad, yakni  Ghulam  Murtaza  yang  berjasa  bersama
saudara-saudaranya bekerja dalam tentara maharaja tersebut.7
Pada halaman berikutnya,  Bashir  mengatakan  bahwa  sesudah
Ranjit Singh berkuasa, maka ia lalu memanggil kembali Ghulam
Murtaza ke Qadian, dan mengembalikan sebahagian dari warisan
kekayaan  kepadanya.  Oleh  karena itu Ghulam Murtaza dengan
saudara-saudaranya masuklah dalam  tentara  kerajaan  Ranjit
Singh,  dan menjalankan kewajiban-kewajiban yang berharga di
tapal batas kasmir dan tempat-tempat lain.8
 
Dari dua cerita yang agak berbeda  itu,  yang  lebih  tampak
kebenarannya   adalah  cerita  yang  pertama.  Yaitu  karena
keluarga Mirza Ghulam  Ahmad  telah  berjasa  dalam  tentara
maharaja  Ranjit  Singh, maka mereka peroleh kembali sebagai
hadiah mengabdi, sebagian  dari  kekayaannya.  Ranjit  Singh
adalah  orang  Sikh  yang  jelas-jelas  memusuhi  Islam  dan
ummatnya. Suatu pengabdian keluarga Muslimin pada kaum  Sikh
adalah   perbuatan-perbuatan   yang  hina.  Ahmadiyah  telah
memberi predikat baik pada raja Ranjit Singh ini.  Dikatakan
oleh  Ahmadiyah  bahwa  pemerintah  Ranjit  Singh  di  zaman
kejayaannya dianggap satu  kerajaan  yang  agak  baik;  akan
tetapi  pemerintahan Sikh yang sebelum dan sesudah itu boleh
dikatakan   betul-betul   pemerintahan   yang   mencerminkan
kegalakan dan kebuasan bangsa Sikh.9
 
Ulasan Ahmadiyah itu hanya suatu tipuan kata-kata saja. Agak
baiknya raja Ranjit Singh oleh karena keluarga Mirza  Ghulam
Ahmad  termasuk  dari  tentara  sewaannya.  Dan agak baiknya
lagi, oleh karena kekayaan keluarganya dikembalikan.  Diluar
keluarga  Ahmadiyah sesepuh Mirza Ghulam itu, pasukan Ranjit
Singh akan selalu berhadapan dengan kaum Muslimin  yang  tak
berdaya  itu,  dan seenaknya melakukan pembunuhan-pembunuhan
yang kejam.
 
Lebih lanjut peranan apakah yang  dilakukan  keluarga  Mirza
Ghulam  Ahmad  sesudah  pemerintahan  Ranjit  Singh Berakhir
(1839)? Menurut Ahmadiyah pemerintahan Sikh  sesudah  Ranjit
Singh  merupakan  pemerintahan  yang galak dan buas terhadap
kaum Muslimin.10 Maka sudah sewajarnya bila  keluarga  Mirza
akan   menarik   diri  dari  ketentaraan  Sikh.  Namun  pada
kenyataannya keluarga Mirza  tetap  berdinas  dalam  pasukan
Sikh  itu.  Satu  keluarga yang sudah terlanjur berbuat hina
dengan jalan mengabdi pada bangsa  musyrik  yang  anti  pada
Islam,  seperti  yang  dilakukan  oleh keluarga Mirza Ghulam
Ahmad ini, maka darah yang mengalir dalam tubuh mereka  akan
meninggalkan  noda-noda  yang kekal. Dari darah yang bernoda
itu akan menonjolkan watak-watak: menggunting dalam lipatan,
menohok   kawan   seiring   bahkan   memamah   daging-daging
saudaranya.
 
Keluarga Mirza Ghulam Ahmad adalah contoh  yang  jelas  dari
watak-watak itu. Pada waktu pemerintahan Sikh sesudah Ranjit
Singh,  yakni  pada  zaman  Nao  Nihal  Singh,  waktu  pusat
kerajaan berada di Lahore, Ghulam Murtaza, ayah Mirza Ghulam
Ahmad, selamanya memegang jabatan dalam tentara  raja  Nihal
Singh  tersebut.11  Dalam  tahun  1841, ia dikirim ke daerah
Mandi dan Kulu beserta jendral Ventura. Pada tahun  1842  ia
memimpin   tentara   yang  dikirim  ke  Peshwar,  dan  dalam
kerusuhan di Hezarah ia berjasa besar.  Dalam  pemberontakan
tahun  1848;  ia  tetap  setia  pada  pemerintah dan beserta
saudaranya  Ghulam  Muhyiddin  ikut  membantu  pemerintah.12
Perlu  diketahui  bahwa  jenderal  Ventura  adalah  jenderal
berkebangsaan Perancis yang bersama pasukannya  disewa  oleh
Ranjit  Singh  maupun raja Sikh sesudahnya, untuk menghantam
kaum  Muslimin.  Mereka,  pasukan   gabungan   Sikh   dengan
pasukan-pasukan sewaannya yang dipimpin jenderal Ventura itu
memukul hebat pasukan Mujahidin Muslimin pada pertempuran di
Panjtar.13  Dalam pasukan Ventura itulah Ghulam Murtaza ayah
Mirza dan saudaranya  mengabdi.  Pengabdian  pada  musyrikin
yang anti Islam dengan jalan membunuh sesama saudaranya yang
dilakukan keluarga Mirza itu adalah merupakan  pengkhianatan
pada Islam, pengkhianatan pada ALLAH dan RASUL-NYA.
 
Jika   demikian   keadaan   keluarga   Mirza  Ghulam  Ahmad,
mungkinkah dari keluarga  yang  berkhianat  pada  Allah  dan
Rasul-Nya,  lahir  seorang Mujaddid Islam, seorang Reformer,
seorang Imam zaman?
 
Catatan kaki:
 1 Bashiruddin Mahmud Ahmad, Riwayat Hidup Hz. Ahmad a.s.,
   hal. 3.
 2 Bashiruddin Mahmud Ahmad, riwayat Hazrat Ahmad a.s.,
   hal. 3/4.
 3 idem
 4 Abu Bakar Ayub, Bantahan Lengkap Terhadap Tuduhan
   majallah Gema Islam, I Juli 1962 atas Jemaat Ahmadiyah
   dan pendirinya, Jakarta, Jemaat Ahmadiyah Indonesia,
   1962, hal 28/29.
 5 idem
 6 Bashiruddin Mahmud Ahmad, Riwayat Hazrat Ahmad a.s.,
   hal. 5.
 7 Bashiruddin, Riwayat Hazrat Ahmad, hal. 5.
 8 idem, hal. 7.
 9 M. Abdul Hayee H.P., Ahmadiyah dan Inggris, 1969, Djemaat
   Ahmadiyah Indonesia, Bandung, hal. 8.
10 idem
11 Bashiruddin Mahmud Ahmad, riwayat Hazrat Ahmad, hal. 7/8.
12 idem
13 Jamiluddin Ahmad, Early Phase of Muslim Political
   Movement, 1967, Publishers United Ltd, Lahore, hal. 22:
   (The Sikh led by the French General Ventura, who was in
   the service of Ranjit Singh; launched an offencive
   against the Mujahidin at Panjtar).

Permalink 16 Komentar

PERISTIWA PERISTIWA DRAMATIS YANG TAK TERLUPAKAN

3 Mei, 2008 at 4:45 pm (4. PERISTIWA DRAMATIS)

Kebanyakan penulis-penulis  Inggris  menyatakan  bahwa  kaum
Musliminlah yang mencetuskan revolusi tahun 1857 itu.286 Dan
Pemerintah  Inggris  sendiri  telah   memperingatkan   bahwa
pemberontakan  1857  diorganisir oleh ummat Islam.1 Kemudian
Sir William Hunter menulis:
 
  "Dalam-perang besar tahun 1857 itu, hanya ummat
   Islamlah yang berhadapan dengan Inggris. Oleh karenanya
   hanya - merekalah yang mengalami malapetaka."2
 
Tidak salah lagi jika korban terbesar akan  dibebankan  pada
ummat  ini.  Bayangan  kematian  tampak  di  mana-mana, maut
begitu mudahnya menyambar sehingga jalan-jalan  besar  penuh
dengan  mayat-mayat,  termasuk  kaum  wanita  dan anak-anak.
Inggris telah melakukan pembantaian secara besar-besaran.
 
Diantara mereka yang  menjadi  saksi  mata  dalam  peristiwa
berdarah  itu, terdapat dua orang Pujangga besar Islam yaitu
Sayid Ahmad Khan dan Mirza  Asadullah  Khan  Ghalib.  Mereka
berdua  tidak  mungkin  melupakan  malapetaka  yang  menimpa
saudara-saudaranya.   Ghalib   sendiri   telah    kehilangan
saudaranya  serta  sahabat-sahabatnya  yang  terdekat, tewas
diatas tiang gantungan yang  disediakan  oleh  Inggris  buat
ummat Islam. Beliau menulis:
 
  "Delhi, aku saksikan menjadi lautan darah, hanya
   Tuhanlah yang mengetahui apa yang masih ada padaku.
   Ribuan sahabatku telah meninggal, siapa lagi yang akan
   kuingat, dan pada siapa aku harus mengadu?
   Segala-galanya telah lenyap dan tidak seorangpun akan
   menangisi kematianku.
 
Di kota Dastambu, hanya Tuhanlah yang menjadi  saksi  berapa
jumlah manusia yang mati digantung. Mereka orang-orang kulit
putih itu memasuki kota dengan membinasakan siapa saja  yang
mereka temui."
 
  "Dalam Dastani Gadar, Zahir Dehvi menulis: Tentara
   Inggris menembak siapa saja yang mereka jumpai. Mian
   Muhammad Amin Panjakush seorang penulis kenamaan,
   Meulvi Buksh Sabhin seorang Ulama bersama dua orang
   puteranya, Miar Niaz Ali dan sejumlah 1400 orang
   penduduk Kucha Chelan telah ditangkap oleh Inggris
   kemudian digiring ke pintu gerbang Raj Ghat. Disitulah
   mereka ditembak mati dan mayat-mayat mereka dilemparkan
   kesungai Jamuna."3
 
Tatkala Jenderal Wilson memasuki kota  Delhi,  anak  buahnya
menembak  secara  membabi  buta. Bersama-sama dengan pasukan
India yang menjadi tentara sewaan Inggris  mereka  melakukan
pembalasan dendam di luar batas kemanusiaan. Pada tanggal 21
September seorang peninjau bangsa Inggris bernama  Griffiths
menyaksikan  suasana  kota  sunyi  sepi.  Suatu bencana yang
mengerikan telah  terjadi.  Sungguh  sulit  untuk  dilupakan
bahwa  tempat-lempat  itu pada mulanya merupakan lalu-lintas
orang-orang  ramai.  Tetapi  kini  ditinggalkan  dan   tidak
terdengar  suara apapun, hanya suara-suara burung di angkasa
berputar-putar  di   atas   tumpukan-tumpukan   mayat   yang
bergelimpangan di segala penjuru. Setiap orang yang liwat di
situ akan sesak dada, nafas terasa tersumbat.4
 
Tentara Inggris melakukan  apa  saja  untuk  memuaskan  hawa
nafsunya.  Banyak  kaum Muslimin digantung mati tanpa alasan
apapun.  Bahkan  perbuatan  mereka   yang   tiada   taranya,
mendekatkan   mulut-mulut   kanon  pada  kaum  Muslimin  dan
meledakkan tubuh-tubuh yang tiada berdaya itu.5
 
Pada waktu itu juga, yakni pada tanggal 21  September  1857,
raja  Delhi Bahadur Shah menyerah kalah pada jenderal Hudson
kepala pasukan gabungan Inggris India. Raja Bahadur kemudian
diperlakukan  bagai  seorang  kriminil.  Orang-orang Inggris
baik  laki-laki  maupun  wanita  dapat  saja  mengejek   dan
menghina  sesuka  hati  mereka.  Griffiths  seorang peninjau
Inggris, pada tanggal 22 September itu melihat raja  Bahadur
sedang  duduk  di  atas sehelai cerpai tanpa sepatah katapun
keluar dari mulutnya. Dalam keadaan membisu itu beliau duduk
di  sana  siang  dan  malam, pandangannya jatuh ke bawah. Di
kanan-kiri beliau berdiri tegak dua  orang  tentara  Inggris
dertgan  bayonet  terhunus.  Kedua  orang  tentara itu telah
mendapat perintah untuk menembak dari  tempat  apabila  sang
raja bermaksud melarikan diri.6
 
Demikian  nasib  yang  menimpa  kota Delhi, raja, dan rakyat
Muslimin.  Pasukan  Jendral  Wilson   bersama-sama   pasukan
gabungan  Inggris  India  di  bawah  jenderal  Hudson  telah
melakukan pembantaian di seluruh kota tanpa ampun.
 
Selang beberapa  bulan  kemudian  revolusi  kemerdekaan  itu
dapat   dilumpuhkan,  dipatahkan  dan  sekaligus  dipadamkan
dengan tangan besi tyran Inggris. Namun demikian  situasinya
tidak  berhenti  sampai  disitu:  penderitaan  kaum muslimin
masih berlangsung terus.  Pengejaran  yang  teratur  seperti
terjadi  di  Bengal,  Trimughat dan di daerah-daerah lainnya
diulangi  setelah  lama  pembrontakan  itu  dipadamkan.   Di
seluruh  negeri  terdapat penggantungan kaum muslimin secara
besar-besaran.  Harta  mereka  disita,  rumah-rumah   mereka
dibongkar  dan  hak  milik  mereka  dijual  pada orang-orang
Hindu.
 
Kesengsaraan  dan  rasa  putus-harapan  merayap  hampir   ke
seluruh  tubuh  Islam.  Tusukan tombak lnggris dan sekaligus
cengkeraman orang-orang  India  yang  disewa  telah  melukai
tubuh  Islam begitu dalam, padahal luka-luka yang sebelumnya
yang dibuat kaum Sikh masih menguak bernanah.  Thompson  dan
Garrat menulis:
 
  "Tentara Inggris telah melakukan penghinaan yang keji
   dan pembunuhan yang paling kejam. Mereka telah menyemir
   tubuh kaum Muslimin dengan lemak babi, kemudian
   menutupi tubuh mereka itu dengan kulit babi. Dan
   memberi kesempatan leluasa pada kaum Hindu untuk ikut
   mencemarkan tubuh Muslimin itu dengan kotoran-kotoran
   najis kemudian akhirnya tubuh-tubuh yang tidak berdaya
   itu dibakar hidup-hidup."7
 
Inggris telah mengumumkan keputusannya  untuk  menghancurkan
segala   unsur-unsur   kehidupan  kaum  Muslimin  sampai  ke
akar-akarnya. Dari situasi yang drastis  ini  kaum  Muslimin
yang  tersisa,  tidak ada jalan lain kecuali taat patuh pada
pemerintahan Inggris  demi  kelangsungan  hidup  mereka  dan
generasi-generasi sesudah mereka.8
 
Catatan kaki:
 1 idem - no. 5: hal. 25: (The british were repeatedly
   reminded that it was the Muslims who organised the
   great rebellion).
 2 I.H. Qureishi, A Short History of Pakistan, 1967,
   University of Karachi, hal. 131 (The British rulers
   also attributed the war of 1857 to the Muslim alone.
   That is why the muslims were visited with a terrible
   revenge).
 3 DR. Surendra Nath Sen's 1857, The Great Raising of
   1857, Delhi The Publication Division, 1958, hal. 32.
   (Ghalib, the famous Urdu poet who was in Delhi at the
   time mounfully writes: here there is a vast ocean of
   blood before me, GOD alone knows what more I have still
   to behold. Thousands of my friends died. Whom should I
   remember and to whom should I complain? Perhaps none is
   left even toshed tears on my death. And again in
   Dastambu: GOD alone know the number of persons who were
   hanged. The white men on their entry started killing
   helpless and innocent persons. Zahir Dehivi in his
   Dastan-i-Ghadar. The English soldiers shot down
   whosover they met on the way. Mian Muhammad Amin
   Panjakush an excellent writer, Moulvi Imam Buksh Sabhin
   along with two sons, Miar Niaz Ali and the persons of
   Kucha Chelan 1400 in number were arrested and taken to
   Raj Ghat Gate. They were shot dead and their dead
   bodies were thrown into the Jamuna).
 4 idem no. 8, hal. 31: (General Wilson had strictly
   forbidden violence against women and children. But
   where is soldiers who obeys the dictates of mercy at
   the moment of victory? The city was sacked and people
   were indiscriminately butchered by British soldiers who
   thirsted for vengeance as well as by Indian
   mercenaries. On September 21, Griffiths, an English
   Observer who has recorded the scene, found the street
   deserted and silent. Dead bodies of sepoys and city
   inhabitants lay scattered in every direction, poisoning
   the air for many days and raising astench which was
   unbearable).
 5 Beatrice Pitney Lamb, India a world in transition,
   hal. 66 (the british suppression of the revolt was
   fully barbaric many Indians were hanged for no reason
   other than the fact; some Indians were even shot from
   the mouths of cannons.)
 6 Syed Sharifuddin Pirzada, Evolution of Pakistan,
   Lahore The All Pakistan Legal Decision, hal. 17, 1963:
   (On the 21st. September 1857, Bahadur Shah surrendered
   to Hudson. The Emperor was treated like a vile
   criminal. He was miserably lodged and every Englishmen
   or women who passed through Delhi could at his or
   pleasure in trude on his privacy without the least
   pretence of leave to cast scornful glance at him.
   Griffiths who saw him on the 22nd. September writes,"
   Sitting cross-legged on a cushion placed on a common
   native charpon or bed ... not a word came from his
   lips, in silence he sat day and night, with his eyes
   cast on the ground, .. while two stalwart European
   sentries, with fixed bayonets stood on either sides.
   They orders given were that on any attempt at a rescue
   the officeer was immediately to shoot the King with his
   own hand.")
 7 I.H. Qureishi, A Short History of Pakistan, hal. 131:
   (The English soldiers smeared the bodies of the muslims
   with pig fat and sewed them in pig's skins. Then they
   burnt them and had their bodies polluted by Hindus. The
   policy of distrust and vindictive repression towards
   the muslims continued long after the rebellion had been
   put down).
 8 M.Mujeeb, The Indian Muslims, George Allen & Unwin
   Ltd. Londoll, 1967, hal. 432: (the British had openly
   declared their determination to destro- ail those
   elements in the muslim population which could serve as
   the nucleus of opposition, there was no other way of
   recovery except by accepting British rule).

Permalink 7 Komentar

3 Mei, 2008 at 4:42 pm (3. JIHAD AKBAR 1857)

Sesudah peristiwa Balakot, masa yang  ditempuh  dan  situasi
yang  dialami  kaum  Muslimin  merupakan  tragedi hidup yang
sangat menyedihkan. Waktu terasa  sangat  lama  dan  bencana
yang  terjadi terasa sangat berat. Jumlah kaum Muslimin yang
sudah terpecah-pecah akibat adanya pengkhianatan dari  dalam
tubuh  sendiri meminta korban lebih banyak lagi. Bangsa Sikh
yang menang perang lebih leluasa melakukan tindakan-tindakan
keji,  hina  dan kejam. Tikaman tombak mereka terhadap tubuh
Islam menancap begitu dalamnya sehingga  setiap  gerak  dari
sendi-sendi tubuh itu dirasakan sangat sakit.
 
Di  lain  pihak,  bangsa Inggris yang telah lama bermukim di
India secara  lambat-lambat  akan  tetapi  meyakinkan  mulai
menancapkan  akar-akar  kolonialnya.  Pada  akhirnya  bangsa
pendatang dari Eropah itu menjadi satu kekuatan  yang  kokoh
yang  ditakdirkan  untuk  mendominir  anak  benua  itu untuk
selama 100 tahun.
 
Salahsatu unsur yang  meratakan  jalan  bagi  Inggris  untuk
menjadi  yang  dipertuan  di  daratan sungai Indus itu ialah
karena bantuan anak-anak negeri yang effektif  dan  konkrit.
Badut-badut  ulama  yang  menfatwakan  dengan  nyaring bahwa
jihad terhadap Inggrls  adalah  terlarang  bahkan  merupakan
perbuatan  terkutuk, serta yang menfatwakan bahwa kedatangan
Inggris di India merupakan "Juruselamat" kaum Muslimin  dari
siksaan  kaum  Sikh,  adalah  virus-virus yang telah merusak
kesatuan  dan  memperbesar  prasangka  buruk  antara  sesama
Mushm. Maka dengan mudahnya basil-basil beracun itu menjalar
hampir ke seluruh tubuh Islam India. Yang lebih  menyedihkan
lagi  ialah adanya manusia-manusia yang mengaku Muslim, akan
tetapi berbakti pada Inggris dan ikut berperang di  sisinya,
membunuh  sesama saudara dalam seagama. Tidak ada yang lebih
menyakitkan hati daripada perbuatan-perbuatan  hina  seperti
itu .
 
Dalam  dua kali peperangan yang hebat antara Inggris melawan
Sikh, yaitu antara tahun 1845 dan 1848, akhirnya bangsa dari
Eropah  itu  berhasil  menghancurkan  seluruh kekuatan Sikh.
Mulailah babakan baru dalam  sejarah  India  dimana  Inggris
memegang kendali kehidupan ratusan juta manusia.1
 
Berkat  keahlian  administrateur-administrateur  mereka maka
bangsa Sikh mulai melupakan  pahit  getirnya  kalah  perang.
Mereka   bersimpati   pada  Inggris  begitu  dalam  sehingga
beberapa  tahun  kemudian  suatu  keanehan  telah   terjadi.
Orang-orang  Sikh  itu  ikut  dalam pasukan Inggris berjuang
mati-matian  bersama  tuannya  menghancurkan  kaum  Muslimin
dalam perang besar tahun 1857.2
 
Apa  sebab  bangsa  Sikh begitu cepat membalik dan merangkul
bekas musuhnya bahkan sekaligus  mengabdi  kepadanya  secara
mengharukan?  Untuk menjawab soal di atas tidak cukup dengan
memberikan      jawab,      bahwa      berkat       keahlian
administrateur-administrateur  Inggrislah maka mereka bangsa
Sikh itu berobah sikap dan perbuatan.  Melainkan  masih  ada
cara-cara  lain  yang digunakan Inggris meyakinkan dan lebih
berdasar pada kenyataan sehingga membuat kaum Sikh rela mati
Inggris.
 
Meskipun    pecahan-pecahan   yang   tidak   berarti   sudah
melumpuhkan tubuh Islam, namun bagi  Inggris  kaum  Muslimin
yang  berantakan  itu  masih  diawasi  dan  dicurigai. Sebab
mereka masih memiliki gairah Agama yang  kuat,  dimana  pada
suatu saat gairah itu berobah menjadi suatu ledakan "jihad."
Maka hanya dengan tekanan-tekanan berat secara continue kaum
Muslimin  akan  terbelenggu,  bahkan mungkin bisa mati dalam
belenggu itu. Jelas kiranya, kedatangan  Inggris  bagi  kaum
Muslimin  merupakan  phase kedua dari awal pengebirian hidup
sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Sikh.
 
Adanya perbedaan keyakinan  mendasar  yang  menyolok  antara
muslim  di  satu  pihak  dengan Inggris Hindu di lain pihak;
adanya  tradisi-tradisi  agama  yang  bertolakbelakang  yang
seringkali  menimbulkan  korban  berdarah,  segi-segi inipun
dipakai oleh Inggris untuk mengajak kaum Hindu pada  sisinya
dan   menghantam   bersama-sama  setiap  Muslim.  Kaum  Sikh
bernafas lega bahwa ada bangsa Eropah  yang  meskipun  telah
mengalahkannya  dalam  peperangan  yang  hebat,  akan tetapi
memiliki akidah yang senasib dan sepengalaman dengan mereka.
Justru perasaan inilah yang ditanamkan Inggris pada mereka.
 
Disamping itu Inggris sangat memperhatikan segi-segi sosial,
ekonomi, kebudayaan dan kesehatan mereka.  Kesempatan  untuk
bekerja  di  kantor-kantor  pemerintahan  diberikan padanya,
pengambilalihan hak milik Muslim, fasilitas-fasilitas  untuk
perdagangan  industri;  kesehatan  keluarga-keluarga mereka,
dan  pendidikan  buat  mereka  diadakan.   Sebaliknya   kaum
Muslimin  tidak  pernah memperolehnya semua itu. Sir William
Hunter pegawai sipil  bangsa  Inggris  telah  memperingatkan
bangsanya  untuk  tindakan-tindakan yang blunder itu. Hunter
berkata:
 
  "Tidaklah ada gunanya untuk menutup telinga kita
   terhadap kenyataan, bahwa kaum Muslimin mempersiapkan
   beberapa tuduhan terhadap kita yang pernah dengan
   sungguh-sungguh dituduhkan terhadap suatu pemerintahan.
   Mereka menyalahkan kita menutup kebebasan bergerak bagi
   ulama-ulamanya. Mereka menyalahkan kita telah
   memasukkan suatu sistim pendidikan yang menghancurkan
   seluruh masyarakatnya yang berakhir dengan penghinaan
   dan pengemisan. Mereka menyalahkan kita membawa
   kesengsaraan bagi beribu-ribu rumah tangga dengan
   menghapuskan pembesar-pembesar kehakimannya yang telah
   memberikan pengestu agama pada
   perkawinan-perkawinannya. Mereka menyalahkan kita
   membahayakan jiwanya dengan mencegah melakukan ibadat
   keagamaan mereka. Lebih-lebih lagi mereka menuduh kita
   dengan sengaja menghilangkan pokokpokok keagamaannya;
   menggelapkan sejumlah besar dana pendidikannya."3
 
Diskriminasi hebat  yang  dilakukan  Inggris  itu  menggilas
seluruh  gerak  hidup  kaum  Muslimin.  Agaknya dengan jalan
itulah Inggris lebih  menstabilkan  keamanan  negeri  Punjab
maupun  seluruh  anak  benua  itu.  Nyaris sirna seluruh hak
milik kaum Muslimin India.  Peristiwa-peristiwa  yang  tidak
mereka  duga telah terjadi. Harapan harapan yang akan datang
yang pada  mulanya  cerah,  menjadi  gelap  gulita.  Tikaman
tombak  untuk  kedua  kalinya pada tubuh Islam membuat tubuh
itu hampir sekarat. Pada saat-saat itulah air bah  bercampur
air  busa  lautan,  membalik ke lautan lepas kemudian secara
drastis dan menggelombang balik kembali memukul  keras  batu
karang  pantai  dengan  pukulan  yang paling dahsyat. Gairah
kuat  terhadap  agama  yang  masih  dimiliki  kaum  Muslimin
tiba-tiba  berobah  menjadi  ledakan  jihad.  Pada hari Ahad
bulan Mei tahun 1857, mereka takbir mengangkat senjata untuk
suatu perang kemerdekaan melawan tyran raksasa Inggris.
 
Catatan kaki:
 1 Beatrice Pitney Lamb, India a World of Transition,
   1963, Frederick A. Praeger Washington, hal. 130. (The
   British finally conquered the Sikhs in two hard fought
   war between 1845 and 1848).
 2 Beatrice Pitncy Lamb, India a World of Transition,
   hal. 130: (Under skilfull British administrators they
   quickly became reconciled to British rule, and fought
   valiantly on the British side in rebellion of 1857).
 3 K.K. Aziz, Britain and Muslim India, 1963. London
   Heinemann Ltd, hal. 24: (Most-British writers believed
   that the mutiny was the result of a Muslim conspiracy)

Permalink 8 Komentar

Next page »