Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Abdullah Hasan Alhadar
PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1980
Jln. Tamblong No.48-50, Bandung
Telp. 50708, 57177, 58332
Permalink
26 Komentar
Keistimewaan Khalifah Ahmadiyah yang kedua ini bukan saja
ahli kashaf memperoleh info-info militer yang rinci dan top
secret dari peperangan Dunia yang kedua, melainkan ia juga
yang empunya ru'yah (mimpi) tentang nasib kehancuran
Komunisme. Entah bagaimana caranya menghancurkan komunisme
itu. Yang pasti, bahwa ia dan Ahmadiyahnya tidak melakukan
peperangan dengan senjata pedang atau lainnya melainkan ia
lakukan dengan senjata do'a yang konon sangat ampuh.
Mungkin ada proses-proses pendahuluan yang terjadi menjelang
masa hancurnya Komunisme itu. Mungkin proses itu adalah
peperangan dengan senjata entah dengan siapa, mungkin dengan
Inggris, Amerika atau dengan negara-negara lain. Baru
setelah kekalahan menimpa Komunisme Russia, sebagaimana
kekalahan kaum facist melawan sekutu, maka barulah
pasukan-pasukan Ahmadiyah melancarkan serbuan besar-besaran
ke negeri taklukan sekutu itu. Kalau mereka berbicara
lantang, bahwa di samping missi-missi Kristen aktif
menyiarkan agamanya, terdapat pula di sana missi-missi
Ahmadiyah menyebarkan Islam versi Ghulam Ahmad. Missi yang
terakhir ini meskipun berbeda dengan anutan kaum kolonialis,
akan tetapi mudah menaruh diri dan mudah memperoleh izin
kerja, terutama karena identitasnya telah dikenal lama.
Peristiwa kehancuran facist nazi Jerman Itali dan Nippon
dikabarkan oleh Tuhan liwat rentetan kashaf dan wahyu, maka
juga peristiwa kehancuran Komunisme dikabarkan Tuhan pada
Bashir liwat ru'yah. Apakah ada proses pendahuluannya,
seperti kehancuran facist mula-mula harus melalui peperangan
dunia, Ahmadiyah dalam hal ini tidak berbicara apa-apa Yang
penting dan menarik untuk diketahui disini ialah cara-cara
Bashiruddin mengalahkan Komunis itu. Hal ini ia tulis dalam
salahsatu kitabnya, dengan judul pasal: "Ru'yahku berkenaan
dengan hancurnya Komunis."1 Ceritanya adalah berikut ini:
"Duapuluh empat tahun yang lalu, aku pernah melihat
dalam suatu mimpi, suatu padang luas. Pada waktu itu
aku tengah berdiri di tengah-tengah dari padang luas
itu. Tiba-tiba dari kejauhan aku melihat seekor naga
raksasa bergerak mendekatiku. Naga itu kelihatannya
sedang melata dari ujung bumi yang satu ke ujung bumi
yang lain sambil menelan mengunyah apa saja yang ada di
sekitarnya. Akhirnya,makhluk yang mengerikan itu tiba
di tempat dimana aku sedang berdiri, dan beberapa orang
berada di sekitarku. Makhluk itu menelan hidup-hidup
setiap orang yang berada di dekatku Akhirnya tibalah
saatnya giliran seorang Ahmadiyah menjadl korban. Aku
lihat orang ini berusaha lari menyelamatkan dirinya.
Kemudian dengan tongkat di tanganku kawan Ahmadiyah
tadi aku tolong. Hanya sayang oleh cepatnya sang naga
bergerak, aku tak dapat mengejarnya. Meskipun demikian
aku tak putus asa dan tetap mengejarnya sambil berusaha
menghalang-halangi naga itu memakan kawanku. Ketika
dicapainya sebuah pohon, kawanku tadi langsung
memanjatnya; tetapi belum sampai ia ke puncaknya,
kepala naga itu telah berada di depannya. Dengan
sekejap saja mulut naga itu telah melahap korbannya.
Sesudah itu, naga tadi tiba-tiba berbalik dan menuju padaku
dengan murka karena aku berusaha merintanginya. Ketika ia
akan menerkam diriku, mendadak sebuah carpai (semacam
balai-balai tempat tidur dengan alas tali yang dianyamkan
pada bingkainya) berada tepat di dekatku. Aku loncat ke
atasnya kemudian dengan masing-masing kakiku, aku berdiri
siap pada bingkainya. Ketika itu mahluk jahat tadi makin
dekat padaku, dan beberapa orang bertanya padaku, apakah aku
sanggup mengalahkannya, padahal Nabi s.a.w. telah bersabda
bahwa tidak seorangpun sanggup mengalahkan mahluk itu.
Barulah kemudian aku meyakini bahwa mahluk itu tidak lain
adalah GOG dan MAGOG pada siapa hadits Nabi itu ditujukan.
Maka aku angkat tanganku tinggi-tinggi memohon do'a
padaTuhan bagi pertolonganNya. Kepada orang-orang di
sekitarku yang meragukan menyangsikan aku mengalahkan naga
itu, aku tegaskan bahwa aku tidak melawannya dengan
kekuatanku melainkan dengan kekuatan do'a.
Ketika aku sedang asyik berdo'a, sesuatu kejadian yang ajaib
telah terlihat pada mahluk jahat itu. Ia tidak lagi bergerak
cepat, malahan bergerak pelahan dan malas. Kemudian ia
berhenti tampaknya lelah dan lemas dan akhirnya lumpuh
bersimpuh di bawah aku berdiri. Tubuhnya mulai mencair
sedikit demi sedikit dan akhirnya tubuh itu meleleh menjadi
larutan mengalir ke segala arah. Tammatlah riwayat mahluk
jahat itu, kemudian aku sampaikan pada orang-orang bagaimana
ampuhnya kekuatan do'a yang kuucapkan tadi."
Demikianlah konon kisah Bashiruddin Mahmud Ahmad mengalahkan
naga raksasa yang amat jahat itu. GOG dan MAGOG adalah nama
lain dari mahluk jahat itu, juga ia dinamakan: YA'JUJ dan
MA'JUJ.2 Siapakah mereka Gog Magog atau Ya'juj Ma'juj itu,
Ahmadiyah menjawab bahwa mereka adalah: Russia, Inggris,
Amerika dan kawan-kawannya.3
Mimpi duel antara Bashir dengan Ular naga atau Komunis
Russia itu terjadi pada tahun 1921, kemudian diceritakan
oleh Bashir dalam kuliahnya di Lahore pada tahun 1945.4
Apakah gerangan yang terjadi pada tahun 1921 an di daratan
luas negara Russia, dimana ratusan juta ummat diperintah
secara despotisme oleh pengabdi-pengabdi Leninisme atau
Komunisme itu? Tiga tahun sebelumnya, nabi kaum komunis itu
telah memerintahkan angkatan perang Russia untuk menyerang
negeri-negeri Turkistan, Idil Ural, Krimea, Azerbaijan,
Ingush, Kiva, Alasha Urdu dan Bukhara. Semua negeri-negeri
itu adalah negeri-negeri Islam yang merdeka. Bukan hanya
penaklukan wilayah yang dilakukan pasukan Lenin itu
melainkan pemusnahan kaum Muslimin telah mereka kerjakan
secara biadab. Doktrin yang ditanamkan dalam hati dan
pikiran mereka telah mereka cetuskan dalam suatu perbuatan
yang paling mengerikan. Doktrin itu mereka peroleh dari
nabinya Lenin dan dari tokoh-tokoh lain pembina Komunisme,
yang antara lain berbunyi:
"Untuk menghadapi agama dan pikiran-pikiran kerohanian,
yang paling penting untuk dikerjakan ialah memusnahkan
akar-akar dimana agama itu mulai tumbuh maupun
berkembang."5
Kemudian Lenin melanjutkan ultimatumnya terhadap agama
dengan kata-kata:
"Partai Komunis akan memerangi lembaga-lembaga agama
dengan senjata ideologi, dengan pers, dengan
pidato-pidato dan lain-lain cara."6
Doktrin di atas itulah yang dititipkan pada angkatan perang
Russia ketika mereka menyerang kaum muslimin di rumahnya
masing-masing. Angka-angka yang konkrit tentang kematian
muslimin sulit untuk dihitung lagi. Baru saja di negeri
Kremia, penduduk muslimin sebanyak lima juta jiwa tertinggal
400.000 saja. Komunis telah melakukan pemusnahan seluruh
segi-segi hidup kaum muslimin sampai ke akar-akarnya.
Kendati demikian parahnya situasi, namun ummat Muhammad
s.a.w. itu masih sanggup untuk bangkit dan menerjang
kekuatan ular naga raksasa itu dengan jihad. Di Bukhara
ulama-ulama memimpin pasukan mujahidin menangkis serangan
gila kaum Komunis itu. Mereka para mujahidin itu bertempur
mati-matian sampai syahid hingga tahun 1924. Di Khiva
pasukan mujahidin bertempur sampai titik darah yang akhir,
dimana pasukan-pasukan Junaid Khan sanggup bertahan sampai
tahun 1928.7
Pemusnahan terhadap tempat-tempat ibadah, di Kremia
misalnya, terdapat 1.558 buah mesjid tertinggal 700 buah
saja. Itupun telah dijadikan rumah-rumah hiburan
kedai-kedai, club-club pertemuan memperdalam komunisme,
gudang-gudang senjata dan rumah-rumah museum.8 Hampir
Sembilan puluh ribu mesjid yang terdapat di Turkistan,
Azerbaijan, Kaukasus, Idil-ural, dan Siberia selatan, telah
diubah oleh hamba-hamba komunis itu menjadi tempat-tempat
seperti di atas.
Pada tahun 1921, pasukan Komunis melakukan pemusnahan
terhadap bahan makanan rakyat muslimin, perampokan harta
benda yang tak terbilang banyaknya. Pada tahun 1922, harian
resmi negara "Isvetzia" melaporkan bahwa kelaparan telah
melanda negeri dimana kaum Muslimin berdiam, menyusul
jatuhnya korban-korban kematian yang tak terhingga
jumlahnya. Sampai tahun 1944 masih dapat ditemukan
catatan-catatan kematian ummat Islam di Karachae, Ingush,
Balkar, Chechen, Daghistan Kizlyar, dan Kaukasus Utara.9
Adalah sulit untuk mengatakan dengan lisan maupun tulisan
betapa hebatnya malapetaka yang telah menimpa Islam dan
ummatnya di negara-negara Komunis itu. Lembaga
Marxist-Leninisme yang berkedudukan di Moskow menyatakan
hasil pemusnahan itu secara ringkas:
"... di Soviet Russia kehidupan sosial serta keyakinan
yang berlandaskan agama telah musnah untuk
selama-lamanya."10
Demikianlah Ular naga Komunis Rusia telah menelan mengunyah
mangsanya, bahkan terus- menerus berbuat demikian hingga
waktu-waktu yang tak tertentu.
Bagaimana dengan Bashiruddin dan Ahmadiyahnya? Semenjak
tahun-tahun dua-puluhan hingga 45 tahun kemudian, ia
menjabat sebagai khalifall II Ahmadiyah, yang dikatakan
sebagai khalifah ummat Muslimin dengan jemaat Islami yang
disebut Ahmadiyah itu. Lantas, apakah gerangan yang
diperbuat Bashiruddin pada masa tahun 20-an itu?
Ia tertidur, dan dalam tidurnya yang nyenyak itu, ia
bermimpi indah. Ia bermimpi sedang berhadapan langsung
dengan Komunis Russia. Hanya saja Komunis Russia yang
diimpikan Bashir berupa Ular naga raksasa yang kekuatannya,
ternyata seperti seekor Bekicot saja. Sebab kemudian ia
telah berhasil mengalahkan Ular naga itu, hanya dengan
sepotong do'a yang menyebabkan sang Naga meleleh bagaikan
kena larutan garam belaka.
Tatkala ia bangun, ia merasa bangga karena hasil
kemenangannya itu; Bahkan ia catat dengan rapi dan ia
kuliahkan di universitas Lahore tentunya sebagai kuliah
"sejarah runtuhnya Gog Magog menurut impiannya." Bukan itu
saja yang dikerjakan Tukang mimpi Bashiruddin ini. Bahkan ia
sebagai khalifah dengan gagahnya berkata:
"Pada zaman sekarang ini tindakan yang gila untuk
berpropaganda guna hancurnya suatu AGAMA melalui jalan
kekerasan senjata telah lenyap. Karena itu Agama ISLAM
tidak lagi memerlukan pertahanan dirinya dengan
kekuatan senjata."11
Betapa pandainya Bashir dengan ucapannya itu. Apakah ia
sudah research ataukah ia mensinyalir atau kira-kira saja.
Ataukah ia buta pandangan maupun buta akan
peristiwa-perisliwa yang terjadi selama ia hidup. Ataukah ia
masa bodoh dengan peristiwa pembunuhan yang kejam itu?!
Padahal selama 20 tahun, yaitu semenjak ia mendapat mimpi
istimewa sampai pada saat mimpinya itu ia kuliahkan di
Universitas Lahore tahun 1945, selama itu pula telah terjadi
di depan matanya tindakan-tindakan gila guna hancurnya agama
ISLAM dan penganut-penganutnya oleh tangan besi Ular naga
Komunisme Soviet.
Bashiruddin dan Ahmadiyahnya, apakah mereka buta terhadap
peristiwa jatuhnya korban-korban kematian ummat muslimin
Kremia, Turkistan, Bukhara, Azerbaijan dan di tempat-tempat
lain, oleh tindakan biadab Leninisme komunisme?
Mereka sebenarnya tidak buta akan peristiwa-peristiwa
pembunuhan itu, bahkan mereka mengetahui, namun mereka punya
pandangan sendiri dan punya alasan untuk tidak menaruh
perhatian akan peristiwa-peristiwa itu. Ucapannya yang
senewen, bahwa tindakan gila guna hancurnya suatu agama
dengan jalan kekerasan telah lenyap pada zaman sekarang ini,
merupakan cetusan "fatwa" yang didasari pada pendirian bahwa
Islam bukan ummat Muslimin Kremia dan sebagainya.
Bashiruddin dan Ahmadiyahnya dengan lantang berkata:
"Islam bukan kaum muslimin tanah Arab; Islam bukan kaum
Muslimin Afghanistan, Syria, Iran. Islam adalah
mempunyai claim international. Islam harus dalam satu
JEMAAT ISLAMI dengan seorang IMAM dan
pengganti-penggantinya sebagai KHALIFAH."12
Itulah alasan mereka! Bahkan andaikan ucapan-ucapan Bashir
tersebut diperpanjang maka dapat dipastikan pula bahwa Islam
bukan kaum Muslimin Kremia, Islam bukan kaum muslimin
Turkistan; Islam bukan kaum muslimin Palestina. Sebab Islam,
mempunyai claim internasional maka harus ada organisasinya
yang internasional; harus ada Jema'at Islami di bawah
seorang IMAM dan diganti dengan KHALIFAH-KHALIFAH. Jika
semua itu belum ada maka orang-orang Ahmadiyah akan menjawab
di hadapan ALLAH Ta'ala bahwa masih belum tiba waktunya
untuk jihad di saat saat itu.13
Padahal justru semua itu telah diadakan! Sebuah Jema'at
Islami telah terbentuk, AHMADIYAH namanya; seorang Imam atau
Nabi atau Al Mahdi atau Al Masih telah datang MIRZA GHULAM
AHMAD namanya, dan khalifah-khalifah telah datang bergilir
berganti seperti Nuruddin, Basiruddin serta menyusul yang
lain .
Bagalmana dengan jihad? Claim internasional telah tercapai
dengan terbentuknya Ahmadiyah plus nabinya dan
khalifah-khalifahnya. Apakah Ahmadiyah akan menjawab bahwa
jihad sudah dilancarkan, yaitu jihad "berdo'a dalam mimpi"
tatkala tidur mendengkur? Sehingga sang NAGA KOMUNIS
bagaikan bekicot kena larutan garam, meleleh hancur karena
do'a Basir yang manjur.
Jika demikian maka bravo buat si Basir dan Ahmadiyahnya.
Sungguh suatu kemenangan yang gemilang. Padahal kenyataannya
sejak kemenangan dalam mimpi sampai masa 20 tahun kemudian,
sang Naga Komunis ternyata masih hidup utuh, masih ganas
masih biadab dan masih melahap korban jutaan ummat Muslimin.
Apakah do'a Basir hanya khususiyah saja, apakah doa Basir
mirip do'a bapaknya Ghulam Ahmad tatkala wabah pes melanda
Punjab, tatkala tikus di rumah Mirza lebih dihargai tuhannya
dari pada jiwa manusia tetangganya yang mati tergeletak
karena bukan Ahmadiyah?
Tentu saja do'a kemenangan dan keselamatan hanya bagi kaum
Ahmadiyah. Bagi kaum muslimin Turkistan, Kremia, Azerbaijan
dan lain-lain tempat, do'a Basiruddin tidak naik ke atas
tapi jatuh ke GOT!
Lebih stress lagi ialah pendirian Ahmadiyah yang angkuh
terhadap mereka yang bukan Ahmadiyah. Baik itu kaum Muslimin
Turkistan, Azerbaijan, Kremia, Bukhara, Palestina dan di
tempat-tempat lain, Ahmadiyah telah menjatuhkan vonnis
"tidak berampun" terhadap mereka. Melalui khalifahnya
Basiruddin Mahmud Ahmad putera sang nabi India itu berfatwa:
"Barang siapa mengingkari seorang NABI menurut istilah
Agama Islam disebut KAFIR! Demikian pula seorang yang
tidak taat pada KHALIFAH zamannya menurut Islam disebut
FASIK! Bahkan bila kita tinjau lebih dalam, orang yang
tidak taat pada khalifah zamannya bukan saja berakibal
fasik tapi membawa manusia ke arah ke-KAFIRAN!"14
"Bahwa semua orang Islam harus percaya kepada NABI
MIRZA GHULAM AHMAD. Kalau tidak berarli mereka tidak
mengikuti ajaran Al-Qur'an. Dan siapa-siapa yang tidak
mengikuti Al-Qur'an maka ia bukan MUSLIM. Dan
barangsiapa mengingkari seorang Nabi menurut istilah
agama Islam disebut KAFIR!"15
Kaum Muslimin yang terkena vonnis itu jelas bukan
orang-orang pengikut Ahmadiyah. Mereka tidak mengakui
Basiruddin menjadi Khalifah. Mereka tidak mengakui Mirza
Ghulam Ahmad menjadi NABI atau IMAM ZAMANnya atau apa saja.
Dalam pikiran mereka tidak terlintas sedikitpun untuk
mengakui orang-orang OADIAN INDIA itu jadi apa saja.
Ahmadiyah mencap mereka FASIKIN, ummat yang fasik !
Tikus-tikus yang nyengir di kolong rumah Ghulam Ahmad dan
pengikut-pengikutnya lebih berharga dari jiwa mereka. Karena
penolakannya terhadap kenabian orang India itu, Ahmadiyah
mencap kaum muslimin mati jahiliyah, KAFIR TANPA AMPUNAN!
Catatan kaki:
1 Bashiruddin Mahmud Ahmad, The Economic Structure of
Islamic Society, 1962, Rabwah Ahmadiyya Muslim Foreign
Missions Office, hal. 149/150.
2 Sinar Islam, no. 13 th. XV/1965, hal. 15/16.
3 idem.
4 Bashiruddin Mahmud Ahmad, The Economic Structure of
Islamic Society, 1962, Rabwah Ahmadiyya Muslim Foreign
Missions Office, prakata.
5 M. Rafiq Khan, Islam in China, Delhi, National
Academy, 1963, hal. 74: (to overcome religion and
supertitious ideas, the most important thing to do is
to destroy the roots from where religlon sprouts).
6 idem, hal 75: (the party, would fight the religious
fog with ideological weapons alone, our press, our
words ...)
7 idem, hal. 79.
8 Prof Nur. Muh. Khan, di bawah lindungan palu arit,
Jakarta manar, 1956, hal 70.
9 idem
10 M. Rafiq Khan, Islam in China, hal. 72: (The
institute claims that .... in the USSR the social and
ideological roots of religion have been torn out for
ever").
11 Bashiruddin M.A., Ahmadiyya Movement, hal. 13: (In
the present age that particular form of insanity which
sought to propogate or destroy a religion by the sword
has almost disappeared; and Islam is no longer under
the necessity of defending itself by the sword).
12 Bashiruddin M.A., Apakah Ahmadiyah itu? terjemah
Abdulwahid H.A., Djakarta Djemaah Ahmadiyah Indonesia,
1963, hal. 21-22.
13 idem, hal. 13.
14 Majallah Sinar Islam, No. 13, 1965, hal. 8 dan Imam
Zaman, hal. 10.
15 Syafi R. Batuah, Ahmadiyah Apa dan Mengapa, hal. 19.
Permalink
25 Komentar
Pada masa Bashir-lah dan atas restunya pula Ahmadiyah
menjatuhkan vonnis yang sangat ngeri pada kaum muslimin,
yaitu apabila mereka tidak mengakui atau tidak taat pada ke
Khalifahan Ahmadiyah, maka mereka adalah orang-orang
FASIQIN; bahkan mereka kaum Muslimin itu adalah orang-orang
KAFIR!1
Bashiruddin Mahmud Ahmad dapat mengembangkan Ahmadiyah
dengan pesatnya. Dengan harta karun peninggalan ayahnya dan
para sesepuhnya hasil dari pengorbanan bakti setia dan taat
pada musrikin raja Sikh kemudian imperialis Inggris, maka ia
dapat melicinkan jalan bagi hasratnya untuk meneruskan
ajaran-ajaran ayahnya ke seantero negeri. Ditambah lagi
dengan mendirikan nazarat Baitul Maal, para pengikutnya yang
kebanyakan kaum kaya raya, dapat menghimpun uang ratusan
juta rupiah. Pada tahun 1940 bagian dari badan penerima tamu
(nazarat dhiafat) di Qadian setiap hari menyediakan makan
dan tempat untuk 400 tamu, setahun sekali untuk 2000 tamu
buat lima hari di sana dan juga untuk setahun sekali 60.000
tamu buat empat hari berjalsah salanah (kongres tahunan).
Itu baru penerimaan tamu saja; belum lagi buat urusan jemaat
di negeri lain (nazarat umur kharjah), belum lagi urusan
umum jemaat (nazarat umur'amah), belum lagi urusan mengirim
muballigh-muballigh ke seluruh dunia (nazarat da'watu
tabligh) dan lain-lain urusan lagi.2
Itu baru tahun 40-an, bagaimana dengan tahun 50-an dan tahun
60-an? Pada tahun keuangan 1965/1966 pusatnya Ahmadiyah di
Rabwah saja menetapkan belanja sebesar 8,9 juta Rupee. Kalau
tiap cabang Ahmadiyah mengirim ke pusat seribu rupee, maka
cabang sendiri memerlukan paling kurang duaribu rupee.
Dcngan ukuran demikian maka belanja tahunan Ahmadiyah akan
mencapai: Dua Milyar empat Juta rupee.3 Itu baru kalkulasi
kasar-kasaran saja. Bagaimana dengan tahun anggaran
1966/1967 dan seterusnya. Dan yang lebih hebat lagi
bagaimana anggaran belanja tahun 70-an sekarang ini?!
Dengan pembelanjaan yang luar biasa itu Ahmadiyah tidak
mustahil dapat mengembangkan ajaran-ajarannya ke berbagai
tempat di dunia. Jika Ahmadiyah masih mau mengatakan bahwa
hasil keuangan yang milyaran itu diperoleh dari
sumbangan-sumbangan para pengikutnya, maka hasil dengan cara
demikian itu adalah nonsens.
Belum lagi sikap loyalitas kaum Hindu tatkala Bashiruddin
memegang tampuk pimpinan Ahmadiyah, dan sikap lindungan
teduh dari imperialis Inggris sebelum angkat kaki dari
India, maka faktor inipun tidak kurang urgentnya bagi
melicinkan jalan berkembangnya Ahmadiyah.
Bagaimana effeknya terhadap Dajjal dan Taghut dari hasil
kerja besar Ahmadiyah itu? Sebelum kita sampai pada peranan
jago sang Rohulkudus terhadap Dajjal dan Taghut, maka
baiklah kita melihat kembali pada mendiang sang Putera Bapak
yang di sorga, Mirza Ghulam Ahmad. Dialah tokoh yang
dibanggakan sang Rohulkudus dan pengikut-pengikutnya karena
ialah yang membinasakan Dajjal. Siapakah Dajjal itu dan
bagaimanakah Dajjal itu dibinasakan? Sebelum sampai pada
jawaban pertanyaan di atas, kita harus tahu kedudukan Dajjal
dalam pandangan Islam. Dalam hal ini Nabi Muhammad s.a.w.
berkata tentang Dajjal:
"Tidak ada malapetaka yang lebih jahat daripada
kejahatannya Dajjal sejak Adam a.s. dilahirkan."
(Shahih Muslim)4
Akan tetapi betapapun malapetaka itu telah mengancam Islam
dan ummatnya, Nabi telah menyampaikan kabar gembira tentang
kemenangan Islam kelak terhadap malapetaka itu. Beliau
memberi kabar suka pada para sahabat tentang binasanya
Dajjal di tangan Hazrat Masih Mau'ud a.s. dan berkata:
"Jika Dajjal sampai pada kejayaannya, Allah s.w.t. akan
membangkitkan Al-Masih seperti Isa ibn Maryam, dan
Masih Mauud a.s. mengejar Dajjal sampai pada pintu
gerbang pembantaian dan menyembelihnya di sana."364
Dalam hadits di atas, kata Ahmadiyah, pintu gerbang
pembantaian mengandung dua isyarat halus. Pertama bahwa
pertempuran antara hazrat Masih Mauud dan Dajjal itu bukan
pertempuran dengan senjata perang, tetapi pertukaran alasan
dan keterangan.
Kedua, bahwa hazrat Masih Mauud akan terus mendesak Dajjal
dalam pertempuran dan memaksanya mundur sampai ke pintu
gerbang dan akan menyembelihnya disana dengan
keterangan-keterangan dengan akal dan tanda-tanda ghaib dan
senjata rohaniah dan bahwa sekaligus kekuasaan Dajjal itu
akan meleleh mencair laksana garam kena air. 364
Kemudian hadits lain mengatakan:
"Ketika Dajjal melihat bahwa Al-masih datang untuk
memaksa bertempur dengan dia, maka ia mulai larut dan
lenyap , seperti garam larut dalam air." 364
Lebih lanjut Ahmadiyah mengatakan bahwa Mirza Ghulam Ahmad
Al-Masih Mauud itu menyadari dan menilai tepat bahaya-bahaya
yang ada di jalan beliau dan tidak menutup mata
pengikut-pengikut beliau mengenai besarnya bahaya itu. Dalam
suatu syair beliau berkata:
Sekarang ada perang rohaniah antara abdi yang rendah ini
dengan syaitan. Hatiku jadi ciut. Ya tuhan sangat berat
tugas ini. Perang ini lebih berbahaya daripada perang
RUSIA-JEPANG. Aku tanpa alat-alat dan lawanku adalah lawan
yang termashur." 364
Akan tetapi dalam perang mengerikan itu beliau tidak
kehilangan keberanian dan semangat, pula tidak putus asa.
Sebaliknya dalam tantangannya beliau bersabda:
"Janganlah anggap aku sebagai orang lemah. Sebab aku
adalah SINGA ALLAH dan di belakangku ada tangan Dia,
terhadap siapa tidak ada kekuatan dunia lebih besar
dari kekuatan serigala."5
Demikianlah Mirza Ghulam Ahmad singa Allah yang dikenal
sebagai Al-Masih Al-Mau'ud memberikan janji-janjinya yang
menggembirakan tentang binasanya Dajjal. Maka alangkah
gembiranya dan alangkah hebat makna kedatangan Isa ibn
Maryam yang tidak lain Mirza Ghulam Ahmad itu. Sebaliknya
kini soal tentang Dajjal itu sendiri, yah siapakah Dajjal
itu?!
"Menurut pandangan pendiri AHMADIYAH, MIRZA GHULAM
AHMAD, kaum INGGRIS itu adalah Dajjal yang dinubuwatkan
oleh Nabi Muhammad s.a.w." Di sini dengan terang beliau
katakan bahwa INGGRIS adalah DAJJAL."6
Inggris adalah Dajjal! Demikian semburan kata-kata dari
mulut Mirza Ghulam Ahmad. Dan saya, katanya, akan
membinasakan Dajjal itu sebab sayalah Isa ibn Maryam itu.
Sekali lagi Bravo untuk Mirza! Sejak kapan ia bermaksud
membinasakan Inggris?! Sejak kapan ia telah menyelamatkan
kaum Muslimin dari kehancurannya yang kedua di bawah
cengkraman Imperialisme Barat, itu?! Sudah tigaperempat
abad Ahmadiyah berjalan, apa gerangan yang sudah dicapai
dalam rangka membinasakan Dajjal Inggris itu? Sudahkah
Kristennya atau salibnya yang dipecahkan, ataukah
imperialisnya yang dapat diantar Mirza ke pintu gerbang
penyembelihannya, ataukah babinya yang sudah disembelih?!!
Semua pertanyaan itu telah terjawab, dan yang sangat
mengecewakan lagi menggelikan, justru Mirza Ghulam Ahmadiah,
para sesepuhnya, puteranya dan pengikut-pengikutnya adalah
rombongan manusia-manusia yang paling setia, paling disiplin
pada Dajjal Inggris.
Maka marilah kembali lagi pada sang Rohulkudus Mirza
Bashiruddin Ahmad Emmanuel anak sang Putera itu. Keahliannya
yang khas yang ada padanya ialah ia banyak kali memperoleh
kashaf dari tuhannya, dan kashaf itu menurut Ahmadiyah
ternyata benar. Akan tetapi apa dan peristiwa apa yang
dikashafkan, itulah yang paling menarik. Sebagaimana ayahnya
dan sesepuhnya, Bashir juga seorang yang sangat
menguntungkan kaum imperialis. Bahkan liwat ia Tuhan juga
memberi kabar bahagia pada imperialis. Maka inilah &
beberapa kashaf dan wahyu yang ia terima dari tuhannya,
berkenaan dengan perobahan-perobahan dari PERANG DUNIA
KEDUA, antara lain:
Pada bulan Agustus 1939 sebelum perang itu meletus, kepada
beliau diperlihatkan dalam kashaf, korespondensi rahasia
Pemerintah Inggris. Dalam salah satu surat itu Pemerintah
Inggris mendesak Pemerintah Perancis untuk mengadakan
persekutuan dengan dia, karena Inggris ada dalam bahaya
besar, bahwa Jerman akan mengadakan serbuan dan berniat
menaklukkannya. Ketika beliau baca surat itu (tentunya
surat-surat yang lain ia baca juga - pen.), beliau menjadi
sangat takut dan gelisah (tentu saja sebab tuannya dalam
bahaya - pen.) dan dalam keadaan akan bangun beliau
tiba-tiba mendengar suatu suara berkata:
"Hal itu adalah kejadian enam bulan yang lampau."
Ketika saat sempurnanya kashaf itu mendekat, Tuhan
memperlihatkan tiga hari sebelum kejadian, raja Leopold
menyerah tanpa syarat dan diturunkan tahta tanpa beliau
hadir, dalam keadaan seorang raja yang sedang menyerahkan
kerajaan. Penyerahannya itulah sebab utama dari malapetaka
Duin kerken.
Inggris kemudian menjadi begitu lemah sehingga mendesak
Perancis untuk mengadakan persekutuan. Maka sempurnalah di
bulan Juni 1940 apa yang kepada beliau telah diperhatikan
dalam kashaf Agustus 1939. Beliau pada saat itu mengatakan
bahwa suara itu menyebut enam bulan sesudah tanggal usul
persekutuan itu, keadaan akan lebih baik untuk Inggris dan
bahwa kesialan akan berkurang. Tepat enam bulan sesudah
pernyataan persekutuan, ketika gerakan maju pertama dari
tentara Inggris ke Libya mulai, Perdana Menteri pada 19
Desember 1940 di House of Commons menerangkan, bahwa
dibandingkan dengan keadaan bulan Mei dan Juni, mereka telah
bertambah kuat dan telah benar-benar siap sedia. Beliau
menerangkan: Baru berlalu enam bulan sejak kita berperang
yang nampaknya pada sahabat-sahabat terbaik kita sebagai
pertempuran kalap untuk pembelaan diri belaka."7
Demikian tentang kashaf dan wahyu Bashir perihal perobahan
perang dunia kedua yang ia umumkan dalam The Sunrise
(Lahore) dan dalam The Daily Alfaz (Qadian).
1. Pada awal 1940, beliau mengumumkan suatu kashaf,
bahwa angkatan bersenjata AMERIKA akan mendarat di
India (inteligenkah Bashir itu? - pen.) dan pula bahwa
YUNANI akan terlibat dalam peperangan.
2. Pada pertengahan bulan Juni 1940 beliau menerima
ilham, bahwa 2800 pesawat terbang akan dikirim dari
U.S.A. ke INGGRIS (sungguh terperinci dan mendetail
ilham tuhannya - pen.) untuk memperkuat pertahanan
udaranya. Hal inipun sempurna setepat-tepataya tiga
minggu kemudian.8
3. Pada bulan September 1940 beliau menerima kashaf
perubahan-perubahan dalam gerakan Afrika Utara dan
kemenangan pada akhirnya menampakkan, bahwa dalam
gerakan itu maju dan mundur akan silih berganti dan
gerakan maju ketiga dari angkatan perang Inggris (bukan
main tuhan Bashir menaruh perhatian pada Inggris -
pen.) akan merupakan yang terakhir dan membawa
keunggulan.9
4. Pada bulan September tahun itu juga (1940) beliau
menerima kashaf diberitahu tentang pendaratan tentara
SEKUTU di SICILIA dan daratan ITALI dengan begitu
hebat, sehingga mereka menyangka bahwa gerakan itu akan
segera selesai tapi hal itu sebenarnya akan terus
berlarut-larut. Hal itu sempurna benar-benar seperti
telah diberitahukan pada beliau. Tuhan memperlihatkan
kepada beliau suatu rentetan kashaf mengenai keunggulan
SEKUTU demikian sehingga sempurnanya dapat menjadi
tanda kebenaran AHMADIYAH untuk segala bangsa-bangsa
(bangsa-bangsa sekutu tentunya - pen)10
Demikianlah kashaf-kashaf dan wahyu yang diperoleh Emmanuel
Bashiruddin M.A. dari tuhannya, perihal gerakan sekutu dalam
perang dunia II. Tentunya hal itu merupakan TOP MILITARY
SECRET yang pertama kalinya turun dan langit yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Satu mu'jizat sang Rohulkudus
Ahmadiyah yang unik dan surprise. Agaknya dapat dipastikan
bahwa tuhan Ahmadiyah telah berpihak pada Inggris dan
sekutu-sekutunya. Kalau teringat kita pada ucapanTuhan pada
Mirza Ghulam Ahmad bahwa Inggris dengan segala kebaikannya
akan berada di samping Mirza dan membantunya, sebagairnana
Tuhan telah berada di sampingnya,11 maka sikap memihak Tuhan
pada sekutu itu sangat beralasan.
Hanya yang perlu disampaikan ialah bahwa tuhan Bashir telah
bersikap gegabah dalam menyampaikan berita-berita militer
yang top secret itu pada waktu mana kejadiannya masih akan
terjadi 4 tahun kemudian. Peristiwa pendaratan Sekutu di
Sicilia kira-kira akhir April 1944 terjadinya. Sedangkan
Bashir memperoleh kashaf tentang pendaratan tersebut tahun
1940; jadi masih 4 tahun kemudian. Yang jadi problem disini
ialah, bagaimana kiranya kalau top military secret itu
dibocorkan oleh agen NAZI yang berada di Qadian misalnya,
atau di Gurdaspur atau di Punjab?! Atau Bashir sendiri
terlanjur omong pada bawahannya yang ternyata intel AS?!
Ah, mujur sekali semua itu tidak terjadi! Gubenur Jenderal
Inggris di India harus berterima kasih atas andil besar
Bashiruddin dan tuhannya itu. Dan yang penting, Inggris
harus beri pigura penghargaan lagi pada clan Mirza Ghulam
Ahmad, ditaruh di dinding mesjid AQSHA Qadian bersama
pigura-pigura lainnya yang pernah diperoleh para sesepuhnya
itu.
Catatan kaki:
1 Sinar Islam, nomer: 10/1965, hal. 12-13.
2 Bashiruddin M.A., Djasa Imam Mahdi a.s., hal. 143
dan Saleh Nahdi, Ahmadiyah dimata Orang Lain, Rapen
Makassar, 1971, hal. 12 dan 44.
3 idem, hal. 12-13.
4 Mirza Bashir Ahmad, Hari Depan Ahmadiyah, terjemah,
Sukri Barmawi, Wisma Damai, Bandung, 1965, hal. 11-13.
5 idem, hal. 14.
6 Abu Bakar Ayyub h.a., bantahan lengkap terhadap
tuduhan Majallah Gema Islam, Jakarta, 1962, Djemaat
Ahmadiyah Indonesia, hal. 4 dan hal. 35.
7 Sinar Islam, nomer Fazle Umar I, Wisma Damai Bandung,
1966, hal. 30-31.
8 Sinar Islam nomer Fazli Umar I, Wisma Damai Bandung,
1966, hal. 30-31.
9 Sinar Islam nomer Fazli Umar I, 1966/8, hal. 31 dan
J.D. Shams, Islam, hal 72.
10 idem
11 idem
Permalink
17 Komentar
Trinitas yang hakiki versi Ahmadiyah mendekati Trinitas
ajaran Nasrani. Dimulai dengan peristiwa mi'raj nabi
gadungan Mirza Ghulam Ahmad ke langit dan berjumpa dengan
tuhannya. Tuhan yang ia jumpai itu adalah "seseorang yang
berkepribadian hebat duduk di atas sofa dalam gedung yang
anggun lagi indah." Setelah berjumpa, sang nabi diajakNYA
duduk di atas sofa dengan rasa kasih sayang yang mendalam
seperti seorang AYAH."1
Kemudian dengan kedudukannya sebagai "kodrat TUHAN yang
berjasad"2 dan dengan lisannya yang "MAHA-KUASA" karena
apabila ia berkehendak, apa saja kehendaknya, cukup ia
berkata: "KUN FA YAKUN" maka jadilah segala kehendaknya
itu.3
Ditambah lagi dengan firman tuhannya yang berbunyi: "Engkau
wahai Mirza bagiku adalah ANAK-KU"4 dan firman berikutnya:
"Engkau wahai Mirza bagiku adalah seperti TAUHIDKU dan
KE-TUNGGALAN-KU"5 dan akhirnya jeritannya yang memilukan di
atas Golgotta Qadian dengan bahasa Ibrani: "ELI-ELI LAMA
SABACHTANI" maka jelaslah sudah bahwa kedudukan Mirza Ghulam
Ahmad dan tuhan-nya adalah antara ANAK dengan BAPAK.
Itulah sebab ia memakai gelar YESUS Muhammadi duplikat dari
YESUS-ISRAELI, gagal dalam segala hal, gagal dalam missi,
gagal dalam asmara, gagal dalam akhlak dan gagal menjaga
stamina tubuhnya. Kegagalan itu harus dipulas secara
sempurna sehingga menjadi success. Kepalsuan itu harus
ditutup dengan rapi sehingga menjadi satu gerakan yang
berhasil baik. Kebatilan itu harus diorganisir yang rapi
sehingga menjadi satu fakta yang nyata-nyata tumbuh dan
berkembang biak. Pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-NYA
dan terhadap ummat Muslimin harus disulap dengan semaraknya
dakwah Islam ke seluruh negeri, bangunan-bangunan mesjid dan
sekolah madrasah, sehingga tampak sebagai satu gerakan Islam
yang sejati. Usaha-usaha itu memerlukan waktu yang baik dan
suasana yang baik.
Dr. Suruddin, penggantinya, yang berkedudukan sebagai
khalifah pertama, tidak sanggup berbuat apa-apa. Ia tidak
lain hanyalah sahabat yang siddiq dan pengabdi pada
sahibzada-sahibzada Ghulam Ahmad dan putera-puteranya, Hanya
itu saja peranannya. Akan tetapi penggantinya, khalifah yang
kedua, Bashiruddin Mahmud Ahmad, adalah tokoh yang berhasil
merealisir pulasan indah pada segala kemunafikan yang dibuat
oleh sesepuhnya, ayahnya, dan alirannya itu.
Ia lahir tahun 1889 dan diberi nama: "EMMANUEL" oleh
bapaknya ataukah oleh orang lain, Inggris misalnya?
Ahmadiyah tidak memberi komentar apa-apa perihal nama
Emmanuel itu.6 Akan tetapi Emmanuel bin Mirza Ghulam Ahmad
itu masih mempunyai nama lain yaitu Bashir. Inilah namanya
yang dikenal luas. Adapun nama-nama lain, ia peroleh dari
tuhan liwat wahyu, baik padanya maupun liwat ayahnya. Antara
lain ia dinamakan: Fazl Umar, Alam Kabab, Kalamullah,
Mahmud, Nashiruddin, Muslih Mau'ud dan Fakhri Rasul yakni
kebanggaan para Nabi. Yang penting tentang Emmanuel Bashir
ini ialah bahwa ia itulah tokoh ketiga dari tokoh-tokoh
trinitas.
Mirza Ghulam Ahmad adalah sang "PUTERA" itu. Tuhannya adalah
sang "BAPAK" dan Emmanuel Bashir adalah sang "ROHUL KUDUS."
Tatkala Mirza Ghulam merasa bahwa ia telah gagal dalam
segala-galanya, maka Ahmadiyah membuka jalan buntu itu
dengan janji yang indah yaitu tentang datangnya putera yang
dijanjikan. Ahmadiyah berkata:
"Kesempurnaan ayat "Liyuzhirahu Alad Dini Kullihi"
yaitu Islam akan menaklukkan semua agama, yang khusus
akan dilaksanakan oleh Imam Mahdi atau Isa Al-Masih
insya Allah akan tercapai di tangan khalifah Masih ke
II Bashiruddin Mahmud Ahmad."7
Dan Mirza Ghulam Ahmad sendiri ketika ia menjerit Eli Eli
lama Sabakhtani, karena ia ditinggal tuhannya, merupakan
klimax dari kegagalannya. Itulah sebabnya ia sebelumnya
berkata:
"Aku adalah kudrat tuhan yang berjasad. Kemudian aku
ada lagi beberapa wujud yang jadi mazhar - cermin,
tempat zhahir QUDRAT KEDUA. Sebab itu senantiasalah
kamu berhimpun sambil mendo'a menanti Qudrat Tuhan yang
kedua itu."8
Kemudian Mirza Ghulam Ahmad mengatakan bahwa hendaknya tiap
jemaat para salihin di tiap negara senantiasa berhimpun
berdo'a supaya Qudrat kedua itu turun dari langit.9 Itulah
sebabnya Ahmadiyah mengatakan bahwa zaman Masih Mauud Mirza
Ghulam Ahmad tidak terhenti sampai matinya, melainkan
memanjang sampai zaman Muslih Mauud Emmanuel Bashiruddin
Mahmud Ahmad.10 Dan rencana Allah, kata Ahmadiyah, harus
diperpanjang hingga zaman ini ketika mana kekuatan Dajjal
dan Taghut sedang berada dalam puncaknya.11 Zaman
memuncaknya Dajjal dan Taghut berada tatkala Bashiruddin
memegang tampuk pimpinan Ahmadiyah. Apa yang akan dilakukan
oleh Rohulkudus Emmanuel Bashiruddin terhadap Dajjal akan
digaris-bawahi oleh sejarah Islam, sebagaimana tugas yang
sama yang telah dibebankan pada ayahnya Mirza Ghulam Ahmad
sang putera, yaitu menggiring Dajjal sampai ke tempat
pembantaiannya.
Itulah sebabnya peranan yang begitu urgent yang bakal
dipikul oleh Rohulkudus itu telah lebih dahulu ditandaskan
oleh ayahnya Mirza Ghulam Ahmad dengan perintah untuk selalu
berdo'a bagi kedatangannya sang kudrat kedua itu. Ia berkata
tentang sang putera penggantinya itu, antara lain:
"Allah Ta'ala menjanjikan padaku, bahwa guna
menzhahirkan kedua kalinya berkat engkau, akan
dibangkitkan dari diri engkau dan dari keturunan engkau
seorang yang AKU hembuskan kepadanya ROHULKUDUS. Dia
akan berjiwa suci dan akan mempunyai hubungan yang amat
kudus dengan tuhan dan merupakanpenjelmaan Kebenaran
dan Keluhuran. Seakan-akan Tuhan laksana turun dari
langit."12
Suatu keistimewaan lain yang dimiliki Rohulkudus Bashiruddin
ini walaupun kondisi tubuhnya selalu sakit-sakit sejak
kecil, namun pada usia 13 tahun ia sudah kawin.13 Sedang
penyakitnya lebih ganas ketika ia mencapai usia tua; bahkan
mulai tahun 1959 sampai tahun 1965 (selama enam tahun) itu
ia tetap tergeletak di tempat tidur,14 sampai masa
kematiannya. Bagaimanakah caranya ia melawanDajjal dan
Taghut? inilah satu pertanyaan yang penting untuk diketahui
jawabnya.
Padahal pada masa Bashirlah kaum Hindu India memberi
pujian-pujian muluk pada Ahmadiyah dengan harapan agar kaum
Muslimin yang mereka benci itu dapat beralih haluan dan
menukar kepercayaan mereka dengan keyakinan Ahmadiyah,
gerakan nabi Islam palsu dari india itu.
Pada masa Bashirlah munculnya fatwa-fatwa dari ia sendiri
yang sangat menusuk serta melukai hati kaum muslimin, dan
sebaliknya menggembirakan kaum imperialis.
Pada masa Bashirlah kitab suci kaum Muslimin Al-Qur'anul
Karim diartikan dan ditafsirkan semau-maunya, diperkosa
menuruti selera Ahmadiyah. Bayangkanlah sebagai contoh
bagaimana surah Al-Qari'ah (101: 2-6) telah ditafsirkan
dengan peristiwa perang dunia kesatu dan perang dunia kedua
dan tahukah kamu penggegar yang ketiga nanti yaitu perang
dunia! Demikian tanya Ahmadiyah dalam tafsirnya. Belum lagi
ayat-ayat suci lain yang mereka putar-putar sebagaimana
tertulis dalam bab III.
Catatan kaki:
1 Sinar Islam, no. 4/5/6. th. XIV-1964, April/Mei/Juni,
hal. 45-48.
2 Mirza Ghulam Ahmad, Al-Wasiyat, hal. 12.
3 Mirza Ghulam Ahmad, Istiftha', hal. 88.
4 idem, hal. 82.
5 idem, hal. 82.
6 The Review of Religions, Ikha 1349-Oktober 1970,
vol. LXIV-no. 10, Rabwah, hal. 322.
7 Sinar Islam, no. 10/1965, Djemaat Ahmadiyah Indonesia
Djakarta, hal. 13.
8 Mirza Ghulam Ahmad, Al-Wasiyat, hal. 12.
9 idem
10 Sinar Islam, nomer Fazli Umar II, April/1967, hal. 40/41.
11 idem
12 Sinar Islam, nomer Fazli Umar, April/1967, hal. 40.
13 The Review of Religions, Oktober 1970, no. 10,
vol. LXIV, hal 332.
14 Sinar Islam, nomer Fazli Umar, April/1967, hal. 34/35.
Permalink
20 Komentar
Kepercayaan kaum Muslimin akan kedatangan kembali Al-Masih
Al-Mauud berikut Imam Mahdi mempunyai effek-effek yang
menguntungkan bagi ummat di luar Islam. Kaum Orientalis,
Kaum Kristen juga kaum Hindu menaruh simpati pada
orang-orang yang mengangkat dirinya sebagai Al-Masih dan
Imam Mahdi. Bahkan mereka bersedia menaruh namanya dalam
sejarah dunia. Keuntungan yang utama bagi Inggris karena
munculnya Al-Masih dan Imam Mahdi itu ialah timbulnya
perpecahan di kalangan ummat Islam yang tidak bisa dielakkan
lagi. Salah seorang yang terkenal dari banyak imam-imam
Mahdi yang muncul dalam jajahan Inggris itu adalah: Mirza
Ghulam Ahmad, yang sudah kita ketahui sepak terjangnya. Ia
dan alirannya sangat dininabobokkan oleh musuh-musuh Islam.
Akan tetapi apakah yang terjadi kemudian?! Pengalaman-
pengalaman pahit yang baru dialami Inggris dalam
pemberontakan Imam Mahdi sultan Muhammad Ahmad Donggola,
sehingga tewasnya Jenderal Gordon, akan merupakan peringatan
keras bagi diri Inggris sendiri. Bukan saja ratu Victoria
dan seluruh istana Buckingham yang terkejut mendengar
kematian Gordon yang dicintai itu, bahkan seluruh Brittania
merasa terkejut. Maka hari-hari sesudah itu, bagi Inggris
merupakan saat-saat yang harus berhati-hati dan selalu
menaruh curiga pada setiap orang yang mengangkat dirinya
imam Mahdi.
Betapapun Maharani Victoria mengenal dan mengetahui
kesetiaan serta pengabdian Mirza Ghulam Ahmad dan para
sesepuhnya pada Inggris, namun sikap yang diambil Inggris
setelah terjadi pemberontakan imam Mahdi Sudan itu, maupun
pemberontakan Urabhi Pasha di Mesir dan kegiatan-kegiatan
militant sayid Jamaluddin Al-Afghani, telah berobah
bertolak-belakang dari sikap yang sebelumnya. Tabiat
penjajah dan tabiat Kristennya mulai menonjol, curiga, dan
sangat berhati-hati terhadap setiap imam Mahdi bahkan pada
setiap ulama-ulama Islam. Sang Ratu mulai berpikir-pikir
jangan-jangan Imam Mahdi India Mirza Ghulam Ahmad itu akan
mentauladani Mahdi-mahdi yang lain, yakni terkandung niat
menentang tuannya juga.
Itulah sebabnya ratu Victoria melemparkan umpan pancingan,
menyodorkan syarat kelangsungan hidup bagi setiap imam Mahdi
yang baru. Syarat-syarat sang Ratu antara lain berbunyi:
"Bila itu datangnya dari Tuhan, ia akan tetap tegak,
akan tapi dengan syarat bahwa ia tidak punya maksud
kekerasan dalam tujuan hidupnya."1
Mirza Ghulam Ahmad merasa terdorong hatinya untuk
menyampaikan perasaannya pada sang Ratu, yang mungkin masih
ragu-ragu akan kesetiaan dari Mirza Ghulam dan alirannya.
Dengan demikian tidak ada jalan lain bagi Mirza Ghulam Ahmad
kecuali mengutarakan isihatinya sebagai bukti setia tunduk
dan taat pada Inggris. Dengan bahasa yang halus serta penuh
ta'zim Mirza Ghulam mengirim sepucuk surat kepada sang Ratu,
sebagai apa yang dikatakan Ahmadiyah kemudian bahwa surat
itu tidak lain adalah "A Present to The Empress" hadiah yang
paling berharga bagi sang Ratu dan sekaligus bagi Inggris.
Mirza berkata dalam suratnya:
"Jika Baginda Yang mulya mau membuktikan tanda-tanda
kebenaran patik, maka patik janjikan dalam masa satu
tahun akan terbukti. Selanjutnya patik sanggup berjanji
serta berdo'a bahwa pada masa kini dan masa
selanjutnya, daerah ini akan selalu aman dan sentosa.
Dan sekiranya patik ini palsu, maka patik bersedia
menjalani hukuman yang seberat-beratnya seperti
digantung, dimana Baginda yang mulya berkuasa
melakukannya."2
Itulah hadiah Mirza pada ratunya dan tuannya Inggris. Ia
kelihatan bukan lagi sebagai manusia melainkan sebagai
boneka yang bersedia menerima hukuman dari tuannya. Ia telah
mengabdi, setia, taat dan hormat serta menjamin wilayahnya
aman; dan ia pada akhirnya, inilah yang terpenting bagi
Inggris, telah melarang pengikut-pengikutnya dan kaum
Muslimin melakukan jihad terhadap Inggris. Kesemuanya itu
adalah hadiah-hadiah istimewa yang membuat ratu Yictoria
gembira dan terharu.
Apa saja yang hendak kau perbuat hai Mirza, lakukanlah! Dan
Mirzapun berbuat apa saja menurut kehendak hatinya. Pihak
Inggris tidak ambil pusing dengan tingkah-laku Mirza dan
pengikut-pengikutnya. Bahkan menurut Ahmadiyah sendiri,
Mirza Ghulam pernah menulisi sang Ratu Inggris yang isinya
antara lain:
"Hai ratu bumi Islamlah Engkau, supaya engkau selamat,
Islamlah!"
Menurut Ahmadiyah siapakah yang berani pada saat itu
menyampaikan amanat Islam kepada penguasa yang ada, atau
pada bangsa yang menjajah, kalau tidak Mirza Ghulam Ahmad?!
Kemudian Mirza dengan suara lantang berkata:
"Biar mati tuhan orang Kristen itu! Dan saya ini diutus
untuk memecah salib dan membunuh babi."
Bravo Mirza, siapa orangnya yang berani berkata sekeras itu,
menghina tuhan menghina salib dan menghina lauk-pauknya
sekaligus. Siapa pula kalau tidak Mirza Ghulam Ahmad, kata
Ahmadiyah bangga. Sejarah akan bertanya pada Ahmadiyah
apakah reaksi dari ratu Victoria Inggris maupun kaum Kristen
karena hinaan yang dilancarkan nabi India itu? Reaksinya
sepi saja, tidak ada apa-apa bahkan tidak ada niat bagi Ratu
Inggris maupun kaum Kristen untuk menutup mulut Mirza
ataupun menangkapnya. Katakanlah bahwa surat itu tidak
dibuang ke bak sampah atau ke dapur istana, melainkan sempat
dibacakan sang wazir di hadapan sang Ratu. Reaksinya tetap
masa bodoh saja dengan gonggongan Mirza. Bahkan yang dibuat
Inggris adalah sebaliknya. Mereka menanggapi surat Mirza itu
penuh kepuasan, sebab dengan surat itu Mirza Ghulam Ahmad
telah meyakinkan pengikut-pengikutnya maupun kaum Muslimin
di luar jemaatnya, bagaimana sikap jantan dan keberanian
yang ia miliki menghadapi musuh Islam yang paling kuat itu.
Sehingga Ahmadiyah sendiri mengomentari kejantanan nabinya
dengan pujian, bahwasanya dialah yang berjihad terhadap
Inggris.
Sebaliknya dari pihak Inggris maupun Kristen yakin dan pasti
akan tumbuhnya kepercayaan baru dalam hati kaum Muslimin
India tentang kebulatan tekad dan kebenaran misinya Mirza
Ghulam, bahwa ia memang Al-Masih, Al-Mahdi dan nabi akhir
zaman sesudah kenabian Muhammad. Kalau itu sudah bersemi dan
tumbuh dalam hati kaum Muslimin, maka tidak mustahil bahwa
mayoritas Muslimin India akan berkurang baik kwalitas maupun
jumlahnya, akan mulai luntur iman semula yang ada pada
mereka, akan terganggu alam pikiran dan jiwa mereka, bahkan
mereka akan dilanda kebingungan. Ulama-ulama mereka akan
berbeda pendapat, konflict aqidah dan fatwa yang
bersimpang-siur dan akhirnya perpecahan yang ditunggu-tunggu
musuh Islam tidak dapat dielakkan lagi.
Semua itu sudah terjadi dan memang benar perpecahan itu
tidak dapat dielakkan lagi. Itulah sebabnya Inggris
mengambil sikap yang tidak kepalang-tanggung terhadap Mirza
dan alirannya, ia mendapat jaminan jalan terus, bahkan kaum
Hindupun akan menyilahkan Mirza dan Ahmadiyahnya jalan terus
dan rintangan ataupun gangguan terhadapnya dan alirannya
akan diberantas demi pelebaran sayap imperialisnya dan demi
kesatuan India yahg kokoh, seperti yang dicanangkan tokoh
Hindu Dr. Shanker Dase Mehra.
Maka marilah kita melihat bagaimana Mirza Ghulam Ahmad
menfatwakan cinta kasihnya pada Inggris, yang luar-biasa
itu. Dalam Tiryacal-Qulub halaman 15 blirza menulis:
"Sebagian besar perjalanan hidupku ialah mendukung dan
membela pemerintah Inggris ... Saya selalu menganjurkan
agar setiap Muslim haruslah menjadi pengabdi pada
pemerintah ini, dan sanubari mereka janganlah ada
sedikitpun niat meniru-niru perbuatan menumpah-
numpahkan darah oleh Imam Mahdi atau Messiah yang
begitu fanatik memberi ajaran-ajaran bodoh dan sempit."
Kemudian Mirza melanjutkan fatwanya tentang syarat utama
sebagai hiasan iman setiap muslim; ia berkata dalam
At-Tabligh halaman 41:
"Sesungguhnya tidak menyempurnakan hak atau tidak
berterima kasih kamu pada Inggris berarti tidak
menyempurnakan hak atau tidak berterima-kasih kamu
kepada ALLAH."
Dalam Tabligh-i-risalat vol. VII, halaman 10 Mirza telah
menjawab pada Gubernur Punjab pada tanggal 24 Februari 1898,
antara lain:
"Bahwa dalam perjalanan hidupku sejak awal hingga aku
berusia 60 tahun ini, aku telah berusaha baik dengan
lidahku maupun dengan tulisan-tulisanku dalam kemampuan
diriku untuk mengalihkan perasaan kaum Muslimin menjadi
sayang dan simpati serta menaruh goodwill terhadap
Inggris, dan menghapuskan hasrat maupun idee-idee untuk
berjihad. Dan aku banyak melihat bahwa apa yang telah
kuusahakan berhasil meresap kedalam hati banyak
Muslim."
Kemudian dalam Tabligh-i-risalat, vol. VII halaman 17, Mirza
menulis tentang keyakinannya bahwa usaha-usahanya
mempengaruhi Muslimin, tidak sia-sia. Ia berkata:
"Saya yakin bahwa setelah pengikut-pengikutku
bertambah, maka mereka yang percaya pada doktrin jihad
akan makin berkurang. Oleh karena menerima aku sebagai
Messiah dan Mahdi maka sekaligus berarti taat pada
perintahku, yaitu dilarang berjihad terhadap Inggris.
Bahkan wajib atas mereka berterima-kasih dan berbakti
pada kerajaan itu."
Dalam Hammatul Busyra halaman 50 Mirza Ghulam Ahmad berkata:
"Sesungguhnya kerajaan Inggris telah berbuat baik pada
kaum Muslimin India. Karena itu tidak boleh rakyat
India yang beragama Islam melakukan pekerjaan durhaka
dan mengangkat pedang atas kerajaan yang baik budi itu;
Juga mereka tidak boleh membantu seseorang yang berbuat
durhaka baik dengan perkataan maupun dengan isyarat
atau harta untuk menentang Inggris. Dan sekalian
perkara ini telah diharamkan. Barangsiapa masih mau
berbuat demikian, maka ia telah durhaka kepada Allah
dan Rasul-Nya."
Maka akan berkata pula orang-orang Jahat, demikian kata
Mirza Ghulam, bahwa kerajaan Inggris telah membantu
pendeta-pendeta Kristen dan menolong mereka dengan
ikhtiarnya untuk mengKristenkan Muslimin. Maka apakah dosa,
sehingga kamu sekalian hendak berbuat jahat pada Inggris
yang telah berbuat baik pada kamu? Maka ketahuilah bahwa aku
siap membela pemerintahan ini. Dalam salahsatu jawabannya
pada missionaris Kristen yang berusaha memisahkan perpaduan
antara Mirza Ghulam Ahmad dengan Inggris, Mirza menulis:
"Saya menjamin bahwa bagi pemerintahan Inggris di sini,
sayalah bentengnya dan tempat berlindungnya daripada
segala bencana dan nasib sial. Dan tuhan menyampaikan
kabar baik padaku bahwa Dia tidak akan menyusahkan
INGGRIS selama aku di tengah-tengah mereka."3
Hal ini dikarenakan, kata Ahmadiyah selanjutnya, sama
kejadiannya ketika Tuhan tidak mendatangkan siksa pada
musyrikin Mekkah sebab wujud Rasulullah saw. ada di
tengah-tengah mereka. Tersebut dalam surah Al-Anfal ayat.
33. Kemudian Ahmadiyah bertanya jika Rasulullah dapat
dijadikan azimat dan benteng oleh Tuhan bagi orang-orang
Mekkah padahal mereka mengadakan perlawanan keras terhadap
Islam, apakah Mirza Ghulam Ahmad tidak boleh dijadikan jimat
dan benteng INGGRIS oleh Allah swt. yang sekalipun anti
Islam, tetapi setidak-tidaknya memberi kebebasan untuk
mempertahankan dan menyiarkan Islam.4 Akhirnya Ahmadiyah
bertanya:
"Apa TUHAN juga salah, yang memberitahukan kepada
hazrat Ahmad bahwa wujud hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s.
menjadi jimat dan benteng INGGRIS?!"343
Tentu saja tuhan Mirza Ghulam Ahmad tidak salah, dan juga
hazrat Mirza Ghulam boleh sekali menjadi azimat dan benteng
bagi Inggris. Sebab keinginan Inggris keinginan ratu
Victoria ialah adanya suara suci dari seorang nabi India
yang mengaku sebagai nabi Muslim pula, dimana suara sang
nabi itu dapat menyusup ke hati Muslimin India sebagai:
"fatwa, hadits ala Qadian, larangan, tabu berjihad, haram
dan dosa, kwalat dan terkutuk bila menentang Inggris."
Setelah wujud Mirza Ghulam Ahmad menjadi azimat dan benteng
bagi Inggris maka ia kemudian dengan tandas mencanangkan
tugas sucinya, dengan kata-kata:
"Kata 'PEPERANGAN' jangan diartikan dalam hal ini,
berperang dengan pedang atau senjata lain, oleh karena
TUHAN sendiri telah melarang jihad semacam itu. Adalah
perlu ditandaskan bahwa pada masa AL-MASIH perang
dengan pedang maupun senjata apa saja telah dilarang!"5
Demikian bunyi hadits qudsi nabi India yang baru diterima
dari tuhannya. Maka akan selalu terdengar dari getaran tali
senar Mirza Ghulam Ahmad, suara-suara paduan dari sympony
Brittania. Politik inilah yang dijalankan Inggris yakni
melaksanakan cita-cita imperialisnya dengan jalan
menunggangi kelemahan-kelemahan yang tampak pada bangsa
India dengan mengadu-dombakan sesama mereka. Dan dalam
kalangan ummat Islam, Inggris mendapatkan bantuannya dari
pionnya Mirza Ghulam Ahmad. Syahdan tidak lama kemudian
segala janji keamanan yang diberikan Inggris untuk
melindungi Mirza dan alirannya telah bersatu-padu dan
terbalaslah azimat dengan azimat, benteng dengan benteng,
cintakasih yang tidak bertepuk sebelah tangan. Jelasnya,
Inggris mengumumkan sikapnya yang pasti menjadi pelindung
rindang atas diri Mirza dan Ahmadiyahnya. Yang sangat
menarik untuk disampaikan disini ialah, bahwa jaminan
perlindungan dari Inggris atas Mirza itu disampaikan liwat
Tuhan baru kemudian Tuhan mewahyukan pada Mirza. Kiranya
Inggris menjadikan tuhan Mirza sebagai satelit penghubung.
Karena fungsinya hanya sebagai penghubung maka cara
menyampaikannya tuhan Mirza berbahasa Inggris pula. Sungguh
berbahagia Mirza Ghulam Ahmad tatkala pada tahun 1900 turun
wahyu padanya:
"Inggris dengan segala kebaikannya akan berada
disampingmu dan membantu engkau ya Mirza, sebagaimana
AKU Allah telah berada selalu di sampingmu. Mereka yang
selalu mencari kebenaran tidak akan pernah merasa
takut."6
Dan akhirnya, meskipun Mirza Ghulam Ahmad tidak memahami
bahasa Inggris, namun tuhannya mengirim wahyu padanya dengan
bahasa Inggris sebagai berikut:
"AKU cinta padamu wahai Mirza, dan Aku akan menjadikan
jemaatmu besar."7
Demikianlah hubungan kasih sayang timbal-balik antara
TriTunggal: Mirza Ghulam Ahmad, TUHAN-nya dan INGGRIS.
Catatan kaki:
1 (if this of GOD, it will stand, if there is no harm done).
2 J.D. Shams, H.A., Islam That Prophet, 1943, Rabwah
Ahmadiya M.F.M.O., hal. 30: (" .... if Your Imperial
Mayesty wishes to see any sign in support of my truth,
I am sure that within a year it will be done; further,
I can pray that this era shall pass in peace and
prosperity. And if I am false, I would be ready to bear
the severest punishment, such as hanging, which Your
Mayesty can inflict.")
3 J.D. Shams, H.A., Islam That Prophet, hal. 72: (I
can say that this Government I am as a fortress and
refuge from calamities and misfortunes. And GOD has
given me the good news that He will not inffict upon
them affliction while I am among them).
4 M. Abdul Hayee H.P. Ahmadiyah dan Inggris, 1969, D.A.I.
cab. Bandung, hal. 28.
5 Mirza Ghulam Ahmad, Fountain of Christianity, 1961,
Ahmadiyya. M.F.M.O. Rabwah, hal. 1 (the word "battle"
must not be taken to mean that the same would be fought
wth this sword or gun for GOD has forbidden jihad of
this kind. It being necessary that in the Promised
Messiah's time fighting of this kind should be
prohibited as the Holy Qur'an already directs).
6 J.D. Shams, H.A., Islam That Prophet, hal. 72; (in
November 1900 God revealed to him the following: "the
English were well disposed towards you, verily God on
the same side as you. Those who look towards heaven
shall not fear").
7 idem, hal. 66: (Tough he had no knowledge of English
God revealed to him in English the following: "I love
you, I shall give you a large party of Islam).
Permalink
20 Komentar
Jelas ia dan alirannya memisahkan diri dari mayoritas kaum
Muslimin; pemisahan mana sangat menggembirakan musuh-musuh
Islam termasuk kaum Hindu. Mereka membenci kaum Muslimin
terutama karena Aqidahnya Dr. Shanker Das Mehra seorang
tokoh Hindu berkata:
"Muslimin India adalah ummat yang terpisah dari
mayoritas Hindu. Orang-orang nasionalis Hindu membenci
Muslimin India karena perpisahan itu. Lebih-lebih lagi
karena mereka selalu menghadapkan wajah mereka siang
malam ke Jazirah Arabia. Bahkan mereka sujud ke sana.
Orang-orang Hindu dan orang-orang asing tidak menyukai
tingkah laku kaum Muslimin itu."1
Maka golongan Mirza inilah yang memperoleh simpati dari kaum
Hindu. Mereka menyadari bahwa dengan kerja nabi India ini
maka wajah Islam akan berubah dan akan membelakangi Kiblat
kaum muslimin. Betapa tidak, dengan cara penerangan yang
rapi dan langkah step by step yang dilakukan Ahmadiyah
ditambah keuangan yang padat, banyak kaum Muslimin India
terpikat pada jeratan perangsang aliran. Mirza Ghulam itu.
Lebih banyak kaum Muslimin yang berpindah pada ajaran-ajaran
nabi baru itu, maka lebih baiklah yang demikian bagi
Inggris, Hindu dan Kristen.
Dalam bab yang sebelumnya kita banyak mengetahui kitab suci
Mirza Ghulam Ahmad yang mirip dengan Al-Qur'an.
Kadang-kadang ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur'an dicampur
baur dengan wahyu-wahyu yang ia terima dari tuhannya. Bahkan
ia berkata tentang Al-Qur'an:
"Al-Qur'an itu adalah Kitab Allah dan Kalimah-kalimah
yang keluar dari mulutku."2
Dan Kalimah-kalimah yang keluar dari mulut Mirza haruslah
diimani sebagaimana mengimani kitab yang diturunkan pada
Nabi Muhammad s.a.w.3 Sebab Mirza juga kedatangan malaikat
Jibril (Ayl) yang menyampaikan wahyu-wahyu padanya.4 Dan
kehebatan kalimah-kalimah yang keluar dari mulut Mirza sama
dengan kehebatan ayat-ayat Al-Qur'an. Bashiruddin berkata:
"Keajaiban bahasa Arab Mirza menyamai keajaiban bahasa
Al-Qur'an. Itulah salah satu tanda kebenaran missi
Al-Masihnya."5
Demikian obrolan Ahmadiyah yang disampaikan oleh Mirza
Ghulam Ahmad sendiri dan puteranya akan melegakan
golongan-golongan di luar Islam. Setidak-tidaknya mereka
puas dengan adanya Qur'an tandingan bikinan India, keluar
dari mulut seorang nabi India pula.
Disamping itu Ahmadiyah menciptakan nama-nama bulan
disamping nama-nama bulan Islam yang telah ada. Nama-nama
bulan itu ialah: "Sulh, Tabligh, Aman, Syahadat, Hijrat,
Ihsan, Wafa, Zuhur, Tabuk, Ikha, Nubuwat, dan Fath." Bagi
kaum Muslimin India nama-nama bulan dalam setahun bikinan
Ahmadiyah itu, akan lebih meresap kelak jika mereka terjerat
oleh aliran Mirza Ghulam Ahmad. Satu kelegaan lagi buat
kaum-kaum di luar Islam.
Adapun tentang mesjid Mirza Ghulam Ahmad yang terdapat di
Qadian menurut nabi India adalah mesjid yang mubarak. Lebih
jelas lagi Mirza berkata; bahwa yang disebut Al-Qur'anul
Karim dalam surah Bani Israil ayat 1 tentang mesjid Al-Aqsha
adalah mesjid Mirza yang di Qadian itu.6 Itulah sebabnya
rnesjid itu telah diberkahi Tuhan. Selain itu Mirza Ghulam
sempat menceritakan bagaimana saat-saat kematiannya akan
terjadi. Tuhan bersabda padaku, kata Mirza:
"Hari tinggal sedikit lagi, sesudah memperlihatkan
semua kejadian dan keajaiban qudrat, barulah datang
kejadian tentang engkau. Ini sebagai isyarah bahwa
sebelum wafatku dunia mestilah mengalami beberapa
kejadian, dan beberapa keajaiban qudrat akan zahir,
supaya dunia bersedia untuk satu perubahan, sesudah
perubahan itu barulah aku wafat."7
Kemudian tentang tanah di mana Mirza akan dikubur, ia
berkata:
"Kepadaku diperlihatkan sebuah tempat, inilah tempat
kuburan engkau. Aku lihat seorang malaikat yang sedang
mengukur tanah. Sesudah sampai ke sebuah makam ia
berkata padaku: inilah tempat pekuburan engkau.
Kemudian di sebuah tempat diperlihatkan padaku yang
lebih berkilat dan perak dan semua tanahnya dari perak.
Dikatakan padaku: inilah kuburan engkau! Dan
diperlihatkan pula padaku sebuah tempat dinamai
pekuburan ahli sorga, dan dinyatakan bahwa ini adalah
pekuburan orang-orang jemaat yang terpilih yang ahli
sorga."8
Kemudian Mirza Ghulam Ahmad melanjutkan perihal tanah
pekuburan yang ditunjuk malaikat dan berkata:
"Karena aku telah terima banyak sekali kabar-kabar suka
untuk pekuburan ini, dan bukan saja Tuhan bersabda
bahwa ini adalah pekuburan sorga, bahkan Dia bersabda:
Segala macam rahmat telah diturunkan dalam pekuburan
ini (unzila fiiha kullu rahmatin), dan tidak satu
rahmatpun yang tidak diterima oleh orang-orang yang
berkubur di sini."9
Dengan rahmat yang melimpah-limpah atas pekuburan Qadian itu
bagaimana pula orang-orang yang menziarahinya, akan
ketumpahan berkahnya bukan?! Dalam Payghami Suhl, vol. XXI,
no. 22 dikatakan bahwa ziarah ke Qadian sama mubaraknya
dengan ziarah ke Mekkah. Nah, apa lagi yang tidak dibuatnya?
Ia sudah rasul dan nabi Islam dari India, missi Ahmadiyah
adalah missi Islam sejati10 dan Jama'at Ahmadiyah adalah
jemaat Bahi. Dan Ahmadiyah menandaskan:
"Tangan Allah adalah bersama jemaat dan barangsiapa
yang berusaha berpecah dari jamaat berarti mereka itu
menyediakan diri untuk dibakar di dalam api."11
Demikian pendirian Ahmadiyah bahwa pengikut-pengikut Imam
Mahdilah (Mirza Ghulam Ahmad) adalah golongan yang dinamakan
"jemaah" itu. Itulah jemaah yang dikatakan sebagai satu
golongan yang selamat dari jumlah tujuh-lima golongan yang
disabdakan Nabi Muhammad dalam salah satu Hadits.12
Akhirnya untuk orang yang tidak percaya pada Mirza Ghulam
Ahmad sebagai nabinya kaum Muslimin, Ahmadiyah menandaskan:
"Bahwa semua orang Islam harus percaya pada kenabian Mirza
Ghulam Ahmad; kalau tidak berarti mereka tidak mengikuti
ajaran-ajaran Al-Qur'an. Dan siapa-siapa yang mengingkari
Qur'an maka ia bukan Muslim. Dan barangsiapa mengingkari
seorang Nabi menurut agama Islam ia adalah kafir!"13
Horas Mirza Ghulam Ahmad dan Ahmadiyahnya! Alangkah gembira
masyarakat Hindu mendengar obrolan-obrolannya. Betapa tidak
gembira yang demikian itu, kalau ada orang-orang Islam yang
datang mengganti keyakinannya dengan ajaran-ajaran Mirza
Ghulam Ahmad, pasti ia telah berpendirian seperti pendirian
Ahmadiyahnya, mengkafirkan Muslimin kemudian berusaha
memindahkan kekafiran mereka menjadi ke-Islaman Ahmadiah
made in Mirza Ghulam Ahmad. Bahkan orang-orang pengikut
Mirza yang berada di jazirah Arabia, tidak mustahil kelak
akan menghadapkan wajah mereka ke India. Peristiwa perobahan
yang bertolak-belakang itu bukan suatu dongengan atau satu
obrolan belaka, melainkan suatu gambaran nyata dan suatu
kenyataan yang meyakinkan.
Oleh tingkah-laku Mirza Ghulam Ahmad, maka harapan kaum
Hindu telah terkabul. Ia adalah suatu blessing (berkah) yang
tidak terduga-duga bagi semua ummat di luar Islam. Bagi
masarakat Hindu sendiri, kehidupan para sesepuh Mirza Ghulam
Ahmad sudah cukup meyakinkan. Mereka pernah mengabdi pada
raja Sikh Ranjit Singh dan mereka pernah bahu membahu dengan
kaum Hindu dalam perang 1857 sebagai pion-pion sewaan
Inggris yang setia. Lebih dari itu semua, Mirza Ghulam Ahmad
bukankah ia sebagai Brahman Avatar, sebagai Kreshna juga?
Maka atas segala tingkah-laku Mirza dan Ahmadiyahnya yang
menggembirakan masyarakat non Muslim itu, datanglah pujian
baginya dan bagi Ahmadiyahnya dari seorang tokoh Hindu yang
kenamaan, Dr. Shanker Das Mehra. Ahmadiyah dengan bangga
mengulangi kembali pujian tokoh Hindu itu, yang isinya
antara lain:
"Tidak banyak orang-orang India yang menyadari bahwa
dengan mengikuti aliran Ahmadiyah, mereka sebenarnya
akan merupakan satu kekuatan politik Muslim yang
bahu-membahu dengan kekuatan Hindu; dan India pastilah
menjadi negara kesatuan dan satu bangsa yang kokoh.
Bahkan akan merupakan kekuatan politik yang mengokohkan
persatuan dengan Timur Tengah dan Afrika. Dengan
demikian akan tercapailah perdamaian dunia."14
Betapa bagusnya pujian Das Mehra pada aliran Alhmadiyah. Ia
dengan penuh simpati ikut menganjurkan agar kaum Muslimin
pindah keyakinan pada aliran Ahmadiyah. Antara lain tokoh
Hindu tersebut menambah:
"Tersebarnya aliran Ahmadiyah di kalangan kaum Muslimin
India akan menambah tegaknya kekuatan persatuan India.
Aku seringkali menjumpai tokoh-tokoh Ahmadiyah yang
berpandangan luas dan berjiwa besar, yang jarang aku
lihat pada golongan-golongan lain."15
Apakah kaum Hindu menaruh perhatian pada obrolan-obrolan
Mirza Ghulam, bahwa ia adalah Brahmana Avatar dan Kresna?
Biarlah anjing menggonggong terus!
Catatan kaki:
1 S. Abul Hasan Ali Nadwi, Qadianism a critical study.
1965, Lucknow National Horald Press, hal. 117.
2 Mirza Ghulam Ahmad, Istiftha', hal. 81 (lih. bab.
IV-judul: Qur'an made in Qadian).
3 idem, hal. 87.
4 idem, hal. 87.
5 Bashiruddin Mahmud Ahmad, Invitation, hal. 97.
6 Mirza Ghulam Ahmad, Khutbatul Ilhamiyah, hal. 7 & 8
(huruf 'Ain).
7 Mirza Ghulam Ahmad, al-Wasiyat, hal 32.
8 idem, hal. 32, 33.
9 Mirza Ghulam Ahmad, Al-Wasiyat, hal. 36.
10 Saleh A. Nahdi, Ahmadiyah Membantah Tuduhan Wahid
Bakry, hal. 14.
11 Majallah Ahmadiyah Sinar Islam, no. 10/1965, hal. 14.
12 idem, no. 13/1965, hal. 34.
13 Syafi R. Batuah, Ahmadiyah Apa dan Mengapa, hal. 19.
14 Naseem Saifi, Our movement, 1957, Lagos The islamic
Literature, hal. 33: (Das Mehra say! little have the
Indians realised that by owning the Ahmadiyya movement,
they would be politically comenting two mayor
communities, the Hindus and the Muslims of India and
would be fostering a strong united nation, with
political reunification in the middle east and Africa.
That would have resulted in stablishing factor in the
world peace).
15 Naseem Saifi, our movement, hal. 34; (the spread of
Ahmadiyya movement amongs the muslims would add to the
strenght ot Indian union. I have invariably found the
Ahmadis noble souls with contructive outlook-a feature
that is only peculiar to them).
Permalink
19 Komentar
Dalam perang kemerdekaan tahun 1857, Mirza Ghulam Ahmad
sudah menjadi seorang pemuda yang tampan; usianya sekitar 22
tahun. Dengan demikian ia sudah dapat menjadi saksi yang
baik atas karier para sesepuh-sesepuhnya, dalam pergolakan
tahun 1857 dan tahun-tahun sesudahnya.
Sejarah Islam telah menggarisbawahi peristiwa-peristiwa
kekejaman Inggris dan pasukan-pasukan sewaannya terhadap
kaum Muslimin dalam perang kemerdekaan itu. Kehadiran
Inggris bagi Muslimin India merupakan musibah besar yang
kedua, sesudah musibah besar yang pertama yang dibuat kaum
Sikh masih berlangsung terus. Mengulangi kembali peristiwa
kebiadaban Inggris dan pion-pionnya terhadap kaum Muslimin
akan memudahkan pendekatan yang akrab pada keluarga Mirza
Ghulam Ahmad.
Adapun peristiwa-peristiwa yang tersebut di bawah ini
hanyalah gambaran kecil dari penderitaan yang dialami kaum
muslimin India; Penyair Urdu yang mashur, Asadullah Khan
Ghalib yang menjadi saksi atas kebuasan Inggris menulis:
"Delhi, aku saksikan menjadi lautan darah, hanya
Tuhanlah yang mengetahui apa yang masih ada padaku. Aku
kehilangan saudaraku, kehilangan sahabat-sahabatku
terdekat, kehilangan saudara-saudara seagama. Ribuan
ummat Muhammad telah binasa di atas tiang gantungan,
maupun berserakan di segala penjuru Delhi. Siapa lagi
yang akan kuingat, aku tidak punya apa-apa.
Segala-galanya telah sirna, siapa pula yang akan
menangisi kematianku. Orang-orang kulit putih itu masuk
dan menembak mati siapa saja yang mereka jumpai. Tidak
memilih anak-anak maupun wanita-wanita."
Zahir Dehlvi menulis dalam Dastani Gadar:
"Tentara Inggris menembak siapa saja yang mereka
jumpai.Seorang penulis kenamaan, Mian Muhammad Amin
Panjakush, seorang Ulama, Moulvi Imam Buksh Sabhin
bersama-sama dua puteranya dan Miar Niaz Ali bersama
1400 orang penduduk Kucha Cholan telah ditembak mati
semua. Mayat-mayat mereka dilemparkan ke dalam sungai
Jamuna."
Griffiths, seorang peninjau Inggris ketika melihat Delhi
binasa, menulis:
"Suatu bencana yang mengerikan telah terjadi; sungguh
sulit untuk dibayangkan, sungguh sulit untuk dilupakan
kota yang semula penuh sesak oleh manusia, kini hening
sunyi-sepi. Tidak terdengar suara kecuali suara riuh
burung di angkasa berputar kemudian turun di atas
tumpukan mayat-mayat itu. Setiap orang yang lewat, akan
terasa sesak dada nafas tersumbat"
Beatrice Pitney Lamb menulis peristiwa berdarah 1857 itu
sebagai berikut:
"Tentara Inggris berbuat apa saja demi kepuasan
nafsu,iblisnya. Ribuan kaum Muslimin mati digantung
tanpa diadili, tanpa alasan apapun. Yang paling
mengerikan ialah ketika mulut-mulut meriam didekatkan
pada tubuh-tubuh mereka kemudian meledakkannya."
Thompson dan Garrat menceritakan ketika tentara jenderal
Wilson dan tentara berkuda jenderal Hudson menguasai Delhi,
pasukan Inggris ini telah:
"Melakukan penghinaan yang keji dan pembunuhan yang
ngeri. Mereka telah menyemir tubuh kaum muslimin dengan
lemak babi, kemudian menutupi tubuh mereka dengan kulit
babi. Kaum Hindu yang ikut menyaksikan atraksi-atraksi
tersebut mendapat kesempatan leluasa untuk mencemarkan
tubuh kaum muslimin dengan kotoran-kotoran najis.
Akhirnya tubuh-tubuh yang tidak berdaya itu dibakar
hidup-hidup sampai mati."
Demikian contoh kehancuran Delhi, kehancuran Muslimin di
kota itu, merupakan gambaran dari kehancuran di seluruh
negeri. Sisa dari kaum muslimin berada dalam penjara hidup
yang menyedihkan. Inggris telah memutuskan untuk
menghancurkan seluruh struktur kehidupan kaum Muslimin
sampai ke akar-akarnya. Bangsa Inggris itu mendapat bantuan
dari pasukan-pasukan sewaannya. Kaum Sikh yang dikalahkan
Inggris pada tahun 1848 itu, pada perang kemerdekaan tahun
1857, telah berjasa besar pada tuannya. Mereka bertempur
mati-matian di sisi Inggris menghancurkan kaum Muslimin.
Bagaimana dengan keluarga Mirza Ghulam Ahmad, dimanakah
mereka berada tatkala jihad Akbar 1857 itu sedang
berkecamuk? Sejarah Islam tidak sulit untuk menemukan mereka
di arena perjuangan yang dahsyat itu. Mereka, keluarga Mirza
Ghulam Ahmad ini diketemukan di tengah-tengah perjuangan
yang hebat itu sebagai anggauta pasukan sewaan Inggris yang
berani mati. Dengan perasaan bangga Ahmadiyah menceritakan
keberanian mereka itu. Putera Mirza Ghulam Ahmad,
Bashiruddin Mahmud Ahmad berkata:
"Pada waktu pengepungan Delhi, Imanuddin, salah seorang
dari keluarga Mirza Ghulam Ahmad, menjadi kepala
pasukan dalam tentara berkuda jenderal Hudson,1 dan
bapaknya yang bernama Ghulam Muhyiddin menjabat
Wedana."
Demikian tubuh yang mengalir darah, didalamnya terdapat noda
yang kekal. Keluarga Mirza Ghulam Ahmad memiliki noda yang
kekal itu. Mereka telah berbakti pada kaum musyrikin Sikh,
dan kini mereka pindah berbakti pada musyrikinInggris,
bahu-membahu dengan sesama bangsa dari golongan Sikh
membinasakan kaun Muslimin yang diakui sebagai sesama
saudaranya.
Bashiruddin Mahmud Ahmad menceritakan bahwa dalam
pemberontakan tahun 1857 itu, keluarga ini menjalankan
pekerjaan yang patut dipuji pula. Ghulam Murtaza memasukkan
banyak orang dalam tentara, dan anaknya yang bernama Ghulam
Kadir ikut dalam tentara General Nicholson di Trimughat
waktu melawan pemberontakan dari 46 Native infantry yang
melarikan diri dari Sialkot.2
Jenderal Nicholson telah memberikan satu surat kepada Ghulam
Kadir yang menyatakan bahwa dalam tahun 1857, keluarganya di
Qadian distrik Gurdaspur betul-betul telah membantu dan
setia kepada pemerintah lebih dari keluarga-keluarga lain
dalam daerah itu.3
Selanjutnya Bashiruddin bercerita, bahwa Ghulam Kadir putra
dari Ghulam Murtaza, saudara Mirza Ghulam Ahmad, mempunyai
banyak surat-surat pujian dari pemerintah.4 Sesudah
memperoleh surat-surat dan pigura-pigura penghargaan dari
majikannya, keluarga Mirza Ghulam ini mendapat
perangsang-perangsang yang lumayan. Gulam Murtaza dan
saudara-saudaranya memperoleh hak pensiun sebesar 700 rupe,
dan hak milik atas Qadian dan beberapa kampung sekitar
Qadian kemudian memperoleh hak menarik pajak sebesar 5% atas
daerah-daerah itu.5
Demikian kisah pengabdian yang mengharukan dari keluarga
Mirza Ghulam Ahmad, diceritakan sendiri oleh puteranya
Bashiruddin Mahmud Ahmad. Satu kali lagi pengkhianatan
terhadap saudara-saudaranya kaum Muslimin, pengkhianatan
terhadap Islam, pengkhianatan terhadap ALLAH dan RASUL-NYA.
Mungkinkah dari keluarga yang berkhianat itu, muncul seorang
Al-Mahdi, Al-Masih yang dijanjikan seorang Nabi atau Rasuli!
Catatan kaki:
1 Bashiruddin Mahmud Ahmad, Riwayat Hazrat Ahmad a.s.,
hal. 10.
2 idem, hal. 9.
3 idem, hal. 9.
4 idem, hal. 10
5 idem, hal. 12.
Permalink
17 Komentar
Beralih kembali pada pembahasan yang semula yakni perihal
Mirza Ghulam Ahmad dan Ahmadiyahnya, sejarah Islam bertanya,
sampai sejauh mana Mirza Ghulam Ahmad terjun dalam medan
perjuangan ummat Islam, baik pada tahun 1831 maupun pada
tahun 1857 itu?
Jika dilihat pada tahun kelahirannya (1835) maka ketika
terjadi perang sabil pimpinan syed Ahmad Berelvi melawan
kekuasaan Sikh, Mirza Ghulam Ahmad ternyata masih belum
lahir ke dunia ini. Akan tetapi kakeknya, ayahnya dan
pamannya sebagai orang-orang sesepuhnya, sudah dapat
berbicara tentang perang sabil itu. Bahkan situasi dan
pengalaman pahit yang dialami kaum Muslimin berada dalam
kesaksian mereka.
Satu hal yang jelas ialah bahwasanya sejarah Islam tidak
pernah berbicara tentang kegiatan yang dilakukan sesepuh
Mirza Ghulam Ahmad pada tahun-tahun dominasi kaum Sikh atas
kaum Muslimin di Punjab maupun tahun-tahun terjadinya perang
sabil 1831 itu. Namun satu hal yang menggembirakan ialah
justru Ahmadiyah sendiri yang banyak berbicara tentang
pengalaman-pengalaman sesepuh Mirza Ghularn. Bahkan yang
banyak mengungkap pengalaman-pengalaman mereka adalah Mirza
Ghulam Ahmad dan puteranya Bashiruddin Mahmud Ahmad, yang
kebenarannya pasti dijamin oleh Ahmadiyah. Dari bahan-bahan
Ahmadiyahlah maka pengalaman-pengalaman sesepuh Mirza Ghulam
ini diungkap kembali, sebagai suatu jalan termudah untuk
mengenal mereka.
Sebagaimana telah disinggung dalam bab III, Mirza Ghulam
Ahmad adalah keturunan Haji Barlas, raja daerah Kesh yang
jadi paman Amir Tughlak Taimur. Tatkala Amir Taimur
menyerang Kesh, lalu haji Barlas sekeluarga terpaksa
melarikan diri ke Khurasan dan Samarkhand. Dan mulai tinggal
di sana. Tetapi dalam abad ke sepuluh hijrah atau abad ke
enam belas masehi, seorang dari keturunan haji Barlas
bernama Hadi Beg beserta 200 pengikutnya hijrah dari
Khurasan ke Hindustan karena beberapa-beberapa hal. Mereka
tinggal di daerah sungai Bias dengan mendirikan sebuah
kampung bernama Islampur, 9 km jauhnya dari sungai itu.
Mirza Hadi Beg adalah seorang cerdik pandai, sebab itu oleh
pemerintahan pusat Delhi diangkat sebagai Qadi (hakim atau
jaksa) untuk daerah sekelilingnya...1 Demikianlah keluarga
Barlas itu pindah dari Khurasan ke Qadian untuk
selama-lamanya. Selama kerajaan Moghol, keluarga ini
senantiasa memperoleh kedudukan yang mulia dan terpandang
dalam pemerintahan negara. Setelah jatuhnya kerajaan Moghol
keluarga ini tetap menguasai daerah 60 pal sekeliling
Qadian, sebagai suatu kerajaan merdeka. Tetapi lambat laun
bangsa Sikh mulai berkuasa dan kuat, dan dalam pemerintahan
Sikh inilah keluarga Mirza Ghulam menderita kesusahan.
Betapa tidak, bukan saja keluarga Mirza Ghulam Ahmad yang
menderita kesusahan di bawah pemerintahan Sikh, bahkan semua
ummat Islam mengalami penderitaan juga. Namun satu hal yang
perlu diulang kembali dari pengalaman-pengalaman keluarga
Mirza Ghulam Ahmad yaitu bahwa kerajaannya yang merdeka itu
ditengah-tengah kekuasaan Sikh, mulai mendapat cobaan-cobaan
yang beruntun. Diceriterakan oleh Ahmadiyah bahwa beberapa
suku bangsa Sikh dari Ramgarh setelah mereka bersatu mulai
berperang dengan keluarga ini, yakni keluarga Mirza Ghulam.
Selama itu buyut dari Mirza Ghulam Ahmad tetap
mempertahankan diri dari serangan musuh.2 Ahmadiyah juga
mengutip dari bukunya Sir Lepel Griffin "Punjab-Chiefs" yang
menceriterakan tentang keluarga Hazrat Ahmad itu sebagai
berikut,
"Gul Muhammad dan puteranya Ata Muhammad (buyut-buyut
Mirza Ghulam Ahmad) terus menerus berperang dengan
suku-suku Sikh dari Ramgarh dan Kanhis yang menguasai
daerah-daerah sekitar Qadian." Akhirnya suku-suku Sikh
itu dapat juga menguasai Qadian dengan jalan mengadakan
perhubungan rahasia dengan beberapa penduduk Qadian.
Dan semua anggota keluarga ini ditawan oleh Sikh."3
Maka tammatlah riwayat kerajaan merdeka keluarga Mirza
Ghulam Ahmad. Bersama kaum Muslimin yang lain, keluarga ini
tentu akan mengalami penderitaan-penderitaan yang hebat.
Sejarah Islam sudah mencatat bagaimana kaum sikh
memperlakukan kaum Muslimin dengan kejamnya. Juga Ahmadiyah
menceriterakan cara-cara mereka bertindak dan Mirza Ghulam
Ahmad lah yang secara mendetail mengungkap kembali
kebuasan-kebuasan mereka. Cucu dari buyut dan kakek yang
dikalahkan kaum Sikh ini mulai menceriterakan tentang musuh
besarnya kaum Sikh sebagai berikuti
"Pemerintahan Sikh mencerminkan kegalakan serta
kebuasan. Adat Istiadatnya ialah merampok dan merampas.
Mereka sangat benci pada orang-orang Islam. Orang Islam
tidak dibolehkan menyerukan adzan dengan suara keras.
Mesjid-mesjid dikuasainya dan mereka gunakan untuk
membacakan kitab suci mereka yaitu Granth ..." Rasa
kebencian di kalangan orang-orang Sikh terhadap
orang-orang Islam tak ada hingganya. Orang-orang Islam
baik lelaki maupun perempuan bahkan anak-anak mereka
bunuh dengan sangat kejamnya. Kampung-kampung orang
Islam mereka musnahkan, perempuan-perempuannya
diperkosa dan ribuan mesjid telah dimusnahkan."
Dan akhirnya mengenai keadaan yang mengerikan itu, Mirza
Ghulam Ahmad menulis:
"Sampai saat ini kaum Muslimin tak dapat melupakan masa
yang ngeri itu, ketika orang-orang Islam sangat
menderita dalam tungku yang dinyalakan oleh
tangan-tangan kaum Sikh. Oleh karena kebuasan mereka
bukan saja keduniaan orang Islam yang rusak binasa,
bahkan keadaan keagamaan mereka telah lebih jelek dari
itu. Jangankan akan melakukan kewajiban-kewaJiban
keagamaan, setengah orang telah dibunuh mati
semata-mata karena menyerukan adzan." (surat siaran
tgl. 10/7/1900)4
Lebih jauh Hadrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., demikian
Ahmadiyah, menulis tentang kebuasan kaum Sikh sebagai
berikut:
"Barangsiapa yang telah berusia 60 atau 70 tahun tahu
benar bahwa kita telah mengalami kekuasaan orang Sikh.
Betapa hebatnya melapetaka yang menimpa kaum Muslimin
ketika itu bukanlah satu hal yang tersembunyi lagi;
dengan mengingatnya saja seramlah bulu roma kita dan
gemetarlah jantung kita. Orang Islam dihalangi
melakukan amal-ibadat dan kewajiban-kewajiban
keagamaan, yaitu satu tugas yang mereka anggap lebih
mulia dari jiwa mereka sendiri. Adzan yang menjadi
pendahuluan bagi sembahyang itu, tidak mereka bolehkan
melakukannya dengan suara keras. Kalau kedengaran
seorang muadzdzin mengucapkan "Allahu Akbar" dengan
keras walaupun tidak disengaja mereka membunuh
muadzdzin itu. Begitu pula mereka berlaku
sewenang-wenang dalam soal-soal yang dihalalkan oleh
Islam. dalam suatu peristiwa penyembelihan seekor sapi
telah dibunuh 5000 (lima ribu) orang Islam yang tak
berdaya itu. Seorang sayid yang karena menggores
sedikit kulit sapi dengan ujung pedangnya, akan
dibunuh, tapi tak jadi, hanya tangan sayid itu
dipotong. Mesjid-mesjid mereka jadikan tempat minum
ganja, dan tempat kuda mereka." (perselah pertemuan
untuk mendoa Desember th. 1900)5
Demikian kejahatan-kejahatan kaum Sikh yang diceriterakan
kembali oleh Mirza Ghulam Ahmad dan Ahmadiyahnya. Sungguh
suatu malapetaka yang tiada taranya, suatu musibah besar
kaum Muslimin India abad 19 masehi.
Akan tetapi di dalam bencana, malapetaka, dan musibah besar
yang menghantam kaum Muslimin itu, terdapatlah suatu
kejadian vang ajaib, unik dan menarik. Dimanakah letaknya
keajaiban itu? Jika kita menyusuri kembali jalan kehidupan
keluarga Mirza Ghulam Ahmad baik pada masa berperang dengan
kaum Sikh maupun sesudahnya, maka disitulah letak dari
keajaiban itu terjadi. Sebagaimana diketahui para sesepuh
Mirza Ghulam adalah orang Islam yang taat pada agamanya.
Kedua, mereka memiliki satu kerajaan merdeka yang cukup
lumayan daerah kekuasaannya. Dan ketiga, keluarga Mirza
Ghulam ini bertempur melawan kaum Sikh dengan gigih. Dengan
sendirinya, baik keluarga Mirza Ghulam Ahmad maupun kaum
Sikh, kedua-duanya memandang masing-masing sebagai
musuh-besarnya. Maka ketika peperangan antara keduanya itu
berakhir dan kemenangan berada di pihak Sikh dengan
menguasai Qadian dan menawan seluruh keluarga Mirza Ghulam
Ahmad maka apakah gerangan kiranya yang akan dilakukan
bangsa Sikh yang biadab itu terhadap keluarga Mirza Ghulam
Ahmad?
Pasti dan tidak ayal lagi tungku yang dinyalakan oleh bangsa
Sikh untuk menggoreng keluarga Mirza ini akan lebih hebat
nyala apinya. Bayangkanlah, jika hanya karena adzan keras
seorang Muslim dibunuh. Karena menyembelih sapi, limaribu
Muslimin dibunuh, maka apakah yang terjadi jika Muslimin
keluarga Mirza Ghulam Ahmad ini bermusuhan dan berperang
dengan kaum Sikh? Jelas sekali dan tidak ada rasa ragu-ragu
lagi untuk menyatakan, bahwa tidak seorangpun dari keluarga
Mirza Ghulam Ahmad akan luput dari kematian yang mengerikan.
Akan tetapi apa yang terjadi, sungguh diluar logika manusia,
diluar dugaan dan diluar kepastian yang mesti terjadi.
Itulah sebabnya ada keajaiban telah terjadi pada keluarga
Mirza yang tertawan itu. Dan inilah keajaiban itu.
Bashiruddin Mahmud Ahmad putera Mirza Ghulam menceritakan
sejarah keluarganya sesaat sesudah mereka jatuh ke tangan
bangsa Sikh, sebagai berikut:
"Setelah semua keluarga ditawan oleh Sikh, maka selang
beberapa hari kemudian, keluarga ini diizinkan untuk
meninggakan daerah Qadian, dan mereka lalu pergi ke
kesultanan Kapurtalah dan tinggal 16 tahun lamanya
disana."6
Bayangkanlah sekali lagi, bagaimana bisa terjadi itu?
Keluarga Mirza Ghulam Ahmad musuh besarnya kaum Sikh yang
kalah perang dan tertawan diizinkan untuk pergi begitu saja.
Bagaimana itu bisa terjadi, apa karena kaum Sikh sudah
berhasil memiliki kerajaan keluarga Mirza, yang 60 pal
sekeliling Qadian itu? Ataukah suatu mu'jizat telah terjadi
pada keluarga Mirza karena dari keluarga ini akan lahir sang
Brahman avatar atau sang Kreshna Mirza Ghulam Ahmad?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak perlu dicarikan
jawaban-jawabannya, sebab jika masih akan dijawab jua, maka
jawab dari soal-soal itu adalah: "nonsense" belaka. Namun
jika hendak dicari jawaban atas soal-soal itu, maka
Ahmadiyahlah yang akan menjawabnya. Dalam hal ini
Bashiruddin Mahmud Ahmad yang menjawab: Apa yang telah
disampaikan oleh Bashiruddin bukan soal keajaiban, bukan
karena kaum Sikh memiliki 60 pal kerajaanya bukan karena ada
mu'jizat, dan juga bukan karena akan lahir Sang Kreshna
Mirza Ghulam Ahmad, melainkan suatu jawaban yang wajar saja.
Sebelum sampai pada jawabannya, sejarah bisa menarik
kesimpulan yang konkrit dari pengalaman-pengalaman keluarga
Mirza Ghulam Ahmad ini. Jika kaum Sikh telah membunuh
anak-anak, kaum wanita dan muslimin begitu kejamnya,
sedangkan keluarga Mirza Ghulam Ahmad yang berperang
diizinkan pergi begitu saja, maka sejarah tidak akan
ragu-ragu untuk menyatakan bahwa sebenarnya keluarga Mirza
Ghulam Ahmad tidak pernah mengangkat senjata dan berperang
melawan Sikh. Jika mereka pernah mengangkat senjata, maka
mereka hanya mengangkat senjata di dalam bentengnya saja,
seolah-olah menunggu kaum Sikh. Dan jika kaum sikh telah
sampai di Qadian, maka keluarga Mirza ini langsung
menyarungkan pedangnya kemudian menyambut kedatangan Sikh
dan menyilahkan masuk dan memiliki kerajaannya. Hanya dengan
sikap inilah mungkin kaum Sikh bisa lunak pada keluarga
Mirza Ghulam Ahmad. Andaikata sikap itu belum memastikan
lunaknya kaum Sikh, maka sejarah akan menyatakan bahwa
sebenarnya keluarga Mirza Ghulam Ahmad adalah sekongkol kaum
Sikh yang membantu dan bahu membahu ketika berhadapan dengan
pasukan sabillillah pimpinan syed Ahmad Berelvi. Apakah
tidak mungkin dari golongan-golongan Muslim yang membalik
membantu Sikh dalam peristiwa pertempuran Balakot itu,
terdapat golongan keluarga Mirza Ghulam?
Akan tetapi demi kepentingan argumentasi Ahmadiyah, maka
pernyataan-pernyataan sejarah itu lebih baik ditinggalkan,
sebagai sangkaan-sangkaan belaka. Dengan demikian sejarah
belum mempunyai suatu kepastian tentang apa sebab-sebabnya
kaum Sikh tidak mengganggu sama-sekali keluarga Mirza Ghulam
Ahmad.
Masih merupakan satu soal dalam sejarah, dimana Ahmadiyah
juga tidak mau menjawabnya. Namun demikian hal-hal yang
tersembunyi, pada suatu saat akan dibuka dengan jelas oleh
waktu dan keadaan. Pengalaman-pengalaman keluarga Mirza
Ghulam Ahmad setelah diizinkan pergi ke Kapurtalah selama 16
tahun disana, merupakan kunci pembuka dari tertutupnya soal
yang hampir-hampir tidak bisa diketemukan oleh sejarah Islam
itu.
Diceritakan oleh Bashiruddin Mahmud Ahmad, bahwa setelah
datang zaman kekuasaan dari maharaja RANJIT SINGH yang dapat
menguasai semua raja-raja kecil, maka maharaja Ranjit Singh
mengembalikan sebahagian dari harta-benda pada ayah Mirza
Ghulam Ahmad, yakni Ghulam Murtaza yang berjasa bersama
saudara-saudaranya bekerja dalam tentara maharaja tersebut.7
Pada halaman berikutnya, Bashir mengatakan bahwa sesudah
Ranjit Singh berkuasa, maka ia lalu memanggil kembali Ghulam
Murtaza ke Qadian, dan mengembalikan sebahagian dari warisan
kekayaan kepadanya. Oleh karena itu Ghulam Murtaza dengan
saudara-saudaranya masuklah dalam tentara kerajaan Ranjit
Singh, dan menjalankan kewajiban-kewajiban yang berharga di
tapal batas kasmir dan tempat-tempat lain.8
Dari dua cerita yang agak berbeda itu, yang lebih tampak
kebenarannya adalah cerita yang pertama. Yaitu karena
keluarga Mirza Ghulam Ahmad telah berjasa dalam tentara
maharaja Ranjit Singh, maka mereka peroleh kembali sebagai
hadiah mengabdi, sebagian dari kekayaannya. Ranjit Singh
adalah orang Sikh yang jelas-jelas memusuhi Islam dan
ummatnya. Suatu pengabdian keluarga Muslimin pada kaum Sikh
adalah perbuatan-perbuatan yang hina. Ahmadiyah telah
memberi predikat baik pada raja Ranjit Singh ini. Dikatakan
oleh Ahmadiyah bahwa pemerintah Ranjit Singh di zaman
kejayaannya dianggap satu kerajaan yang agak baik; akan
tetapi pemerintahan Sikh yang sebelum dan sesudah itu boleh
dikatakan betul-betul pemerintahan yang mencerminkan
kegalakan dan kebuasan bangsa Sikh.9
Ulasan Ahmadiyah itu hanya suatu tipuan kata-kata saja. Agak
baiknya raja Ranjit Singh oleh karena keluarga Mirza Ghulam
Ahmad termasuk dari tentara sewaannya. Dan agak baiknya
lagi, oleh karena kekayaan keluarganya dikembalikan. Diluar
keluarga Ahmadiyah sesepuh Mirza Ghulam itu, pasukan Ranjit
Singh akan selalu berhadapan dengan kaum Muslimin yang tak
berdaya itu, dan seenaknya melakukan pembunuhan-pembunuhan
yang kejam.
Lebih lanjut peranan apakah yang dilakukan keluarga Mirza
Ghulam Ahmad sesudah pemerintahan Ranjit Singh Berakhir
(1839)? Menurut Ahmadiyah pemerintahan Sikh sesudah Ranjit
Singh merupakan pemerintahan yang galak dan buas terhadap
kaum Muslimin.10 Maka sudah sewajarnya bila keluarga Mirza
akan menarik diri dari ketentaraan Sikh. Namun pada
kenyataannya keluarga Mirza tetap berdinas dalam pasukan
Sikh itu. Satu keluarga yang sudah terlanjur berbuat hina
dengan jalan mengabdi pada bangsa musyrik yang anti pada
Islam, seperti yang dilakukan oleh keluarga Mirza Ghulam
Ahmad ini, maka darah yang mengalir dalam tubuh mereka akan
meninggalkan noda-noda yang kekal. Dari darah yang bernoda
itu akan menonjolkan watak-watak: menggunting dalam lipatan,
menohok kawan seiring bahkan memamah daging-daging
saudaranya.
Keluarga Mirza Ghulam Ahmad adalah contoh yang jelas dari
watak-watak itu. Pada waktu pemerintahan Sikh sesudah Ranjit
Singh, yakni pada zaman Nao Nihal Singh, waktu pusat
kerajaan berada di Lahore, Ghulam Murtaza, ayah Mirza Ghulam
Ahmad, selamanya memegang jabatan dalam tentara raja Nihal
Singh tersebut.11 Dalam tahun 1841, ia dikirim ke daerah
Mandi dan Kulu beserta jendral Ventura. Pada tahun 1842 ia
memimpin tentara yang dikirim ke Peshwar, dan dalam
kerusuhan di Hezarah ia berjasa besar. Dalam pemberontakan
tahun 1848; ia tetap setia pada pemerintah dan beserta
saudaranya Ghulam Muhyiddin ikut membantu pemerintah.12
Perlu diketahui bahwa jenderal Ventura adalah jenderal
berkebangsaan Perancis yang bersama pasukannya disewa oleh
Ranjit Singh maupun raja Sikh sesudahnya, untuk menghantam
kaum Muslimin. Mereka, pasukan gabungan Sikh dengan
pasukan-pasukan sewaannya yang dipimpin jenderal Ventura itu
memukul hebat pasukan Mujahidin Muslimin pada pertempuran di
Panjtar.13 Dalam pasukan Ventura itulah Ghulam Murtaza ayah
Mirza dan saudaranya mengabdi. Pengabdian pada musyrikin
yang anti Islam dengan jalan membunuh sesama saudaranya yang
dilakukan keluarga Mirza itu adalah merupakan pengkhianatan
pada Islam, pengkhianatan pada ALLAH dan RASUL-NYA.
Jika demikian keadaan keluarga Mirza Ghulam Ahmad,
mungkinkah dari keluarga yang berkhianat pada Allah dan
Rasul-Nya, lahir seorang Mujaddid Islam, seorang Reformer,
seorang Imam zaman?
Catatan kaki:
1 Bashiruddin Mahmud Ahmad, Riwayat Hidup Hz. Ahmad a.s.,
hal. 3.
2 Bashiruddin Mahmud Ahmad, riwayat Hazrat Ahmad a.s.,
hal. 3/4.
3 idem
4 Abu Bakar Ayub, Bantahan Lengkap Terhadap Tuduhan
majallah Gema Islam, I Juli 1962 atas Jemaat Ahmadiyah
dan pendirinya, Jakarta, Jemaat Ahmadiyah Indonesia,
1962, hal 28/29.
5 idem
6 Bashiruddin Mahmud Ahmad, Riwayat Hazrat Ahmad a.s.,
hal. 5.
7 Bashiruddin, Riwayat Hazrat Ahmad, hal. 5.
8 idem, hal. 7.
9 M. Abdul Hayee H.P., Ahmadiyah dan Inggris, 1969, Djemaat
Ahmadiyah Indonesia, Bandung, hal. 8.
10 idem
11 Bashiruddin Mahmud Ahmad, riwayat Hazrat Ahmad, hal. 7/8.
12 idem
13 Jamiluddin Ahmad, Early Phase of Muslim Political
Movement, 1967, Publishers United Ltd, Lahore, hal. 22:
(The Sikh led by the French General Ventura, who was in
the service of Ranjit Singh; launched an offencive
against the Mujahidin at Panjtar).
Permalink
16 Komentar
Kebanyakan penulis-penulis Inggris menyatakan bahwa kaum
Musliminlah yang mencetuskan revolusi tahun 1857 itu.286 Dan
Pemerintah Inggris sendiri telah memperingatkan bahwa
pemberontakan 1857 diorganisir oleh ummat Islam.1 Kemudian
Sir William Hunter menulis:
"Dalam-perang besar tahun 1857 itu, hanya ummat
Islamlah yang berhadapan dengan Inggris. Oleh karenanya
hanya - merekalah yang mengalami malapetaka."2
Tidak salah lagi jika korban terbesar akan dibebankan pada
ummat ini. Bayangan kematian tampak di mana-mana, maut
begitu mudahnya menyambar sehingga jalan-jalan besar penuh
dengan mayat-mayat, termasuk kaum wanita dan anak-anak.
Inggris telah melakukan pembantaian secara besar-besaran.
Diantara mereka yang menjadi saksi mata dalam peristiwa
berdarah itu, terdapat dua orang Pujangga besar Islam yaitu
Sayid Ahmad Khan dan Mirza Asadullah Khan Ghalib. Mereka
berdua tidak mungkin melupakan malapetaka yang menimpa
saudara-saudaranya. Ghalib sendiri telah kehilangan
saudaranya serta sahabat-sahabatnya yang terdekat, tewas
diatas tiang gantungan yang disediakan oleh Inggris buat
ummat Islam. Beliau menulis:
"Delhi, aku saksikan menjadi lautan darah, hanya
Tuhanlah yang mengetahui apa yang masih ada padaku.
Ribuan sahabatku telah meninggal, siapa lagi yang akan
kuingat, dan pada siapa aku harus mengadu?
Segala-galanya telah lenyap dan tidak seorangpun akan
menangisi kematianku.
Di kota Dastambu, hanya Tuhanlah yang menjadi saksi berapa
jumlah manusia yang mati digantung. Mereka orang-orang kulit
putih itu memasuki kota dengan membinasakan siapa saja yang
mereka temui."
"Dalam Dastani Gadar, Zahir Dehvi menulis: Tentara
Inggris menembak siapa saja yang mereka jumpai. Mian
Muhammad Amin Panjakush seorang penulis kenamaan,
Meulvi Buksh Sabhin seorang Ulama bersama dua orang
puteranya, Miar Niaz Ali dan sejumlah 1400 orang
penduduk Kucha Chelan telah ditangkap oleh Inggris
kemudian digiring ke pintu gerbang Raj Ghat. Disitulah
mereka ditembak mati dan mayat-mayat mereka dilemparkan
kesungai Jamuna."3
Tatkala Jenderal Wilson memasuki kota Delhi, anak buahnya
menembak secara membabi buta. Bersama-sama dengan pasukan
India yang menjadi tentara sewaan Inggris mereka melakukan
pembalasan dendam di luar batas kemanusiaan. Pada tanggal 21
September seorang peninjau bangsa Inggris bernama Griffiths
menyaksikan suasana kota sunyi sepi. Suatu bencana yang
mengerikan telah terjadi. Sungguh sulit untuk dilupakan
bahwa tempat-lempat itu pada mulanya merupakan lalu-lintas
orang-orang ramai. Tetapi kini ditinggalkan dan tidak
terdengar suara apapun, hanya suara-suara burung di angkasa
berputar-putar di atas tumpukan-tumpukan mayat yang
bergelimpangan di segala penjuru. Setiap orang yang liwat di
situ akan sesak dada, nafas terasa tersumbat.4
Tentara Inggris melakukan apa saja untuk memuaskan hawa
nafsunya. Banyak kaum Muslimin digantung mati tanpa alasan
apapun. Bahkan perbuatan mereka yang tiada taranya,
mendekatkan mulut-mulut kanon pada kaum Muslimin dan
meledakkan tubuh-tubuh yang tiada berdaya itu.5
Pada waktu itu juga, yakni pada tanggal 21 September 1857,
raja Delhi Bahadur Shah menyerah kalah pada jenderal Hudson
kepala pasukan gabungan Inggris India. Raja Bahadur kemudian
diperlakukan bagai seorang kriminil. Orang-orang Inggris
baik laki-laki maupun wanita dapat saja mengejek dan
menghina sesuka hati mereka. Griffiths seorang peninjau
Inggris, pada tanggal 22 September itu melihat raja Bahadur
sedang duduk di atas sehelai cerpai tanpa sepatah katapun
keluar dari mulutnya. Dalam keadaan membisu itu beliau duduk
di sana siang dan malam, pandangannya jatuh ke bawah. Di
kanan-kiri beliau berdiri tegak dua orang tentara Inggris
dertgan bayonet terhunus. Kedua orang tentara itu telah
mendapat perintah untuk menembak dari tempat apabila sang
raja bermaksud melarikan diri.6
Demikian nasib yang menimpa kota Delhi, raja, dan rakyat
Muslimin. Pasukan Jendral Wilson bersama-sama pasukan
gabungan Inggris India di bawah jenderal Hudson telah
melakukan pembantaian di seluruh kota tanpa ampun.
Selang beberapa bulan kemudian revolusi kemerdekaan itu
dapat dilumpuhkan, dipatahkan dan sekaligus dipadamkan
dengan tangan besi tyran Inggris. Namun demikian situasinya
tidak berhenti sampai disitu: penderitaan kaum muslimin
masih berlangsung terus. Pengejaran yang teratur seperti
terjadi di Bengal, Trimughat dan di daerah-daerah lainnya
diulangi setelah lama pembrontakan itu dipadamkan. Di
seluruh negeri terdapat penggantungan kaum muslimin secara
besar-besaran. Harta mereka disita, rumah-rumah mereka
dibongkar dan hak milik mereka dijual pada orang-orang
Hindu.
Kesengsaraan dan rasa putus-harapan merayap hampir ke
seluruh tubuh Islam. Tusukan tombak lnggris dan sekaligus
cengkeraman orang-orang India yang disewa telah melukai
tubuh Islam begitu dalam, padahal luka-luka yang sebelumnya
yang dibuat kaum Sikh masih menguak bernanah. Thompson dan
Garrat menulis:
"Tentara Inggris telah melakukan penghinaan yang keji
dan pembunuhan yang paling kejam. Mereka telah menyemir
tubuh kaum Muslimin dengan lemak babi, kemudian
menutupi tubuh mereka itu dengan kulit babi. Dan
memberi kesempatan leluasa pada kaum Hindu untuk ikut
mencemarkan tubuh Muslimin itu dengan kotoran-kotoran
najis kemudian akhirnya tubuh-tubuh yang tidak berdaya
itu dibakar hidup-hidup."7
Inggris telah mengumumkan keputusannya untuk menghancurkan
segala unsur-unsur kehidupan kaum Muslimin sampai ke
akar-akarnya. Dari situasi yang drastis ini kaum Muslimin
yang tersisa, tidak ada jalan lain kecuali taat patuh pada
pemerintahan Inggris demi kelangsungan hidup mereka dan
generasi-generasi sesudah mereka.8
Catatan kaki:
1 idem - no. 5: hal. 25: (The british were repeatedly
reminded that it was the Muslims who organised the
great rebellion).
2 I.H. Qureishi, A Short History of Pakistan, 1967,
University of Karachi, hal. 131 (The British rulers
also attributed the war of 1857 to the Muslim alone.
That is why the muslims were visited with a terrible
revenge).
3 DR. Surendra Nath Sen's 1857, The Great Raising of
1857, Delhi The Publication Division, 1958, hal. 32.
(Ghalib, the famous Urdu poet who was in Delhi at the
time mounfully writes: here there is a vast ocean of
blood before me, GOD alone knows what more I have still
to behold. Thousands of my friends died. Whom should I
remember and to whom should I complain? Perhaps none is
left even toshed tears on my death. And again in
Dastambu: GOD alone know the number of persons who were
hanged. The white men on their entry started killing
helpless and innocent persons. Zahir Dehivi in his
Dastan-i-Ghadar. The English soldiers shot down
whosover they met on the way. Mian Muhammad Amin
Panjakush an excellent writer, Moulvi Imam Buksh Sabhin
along with two sons, Miar Niaz Ali and the persons of
Kucha Chelan 1400 in number were arrested and taken to
Raj Ghat Gate. They were shot dead and their dead
bodies were thrown into the Jamuna).
4 idem no. 8, hal. 31: (General Wilson had strictly
forbidden violence against women and children. But
where is soldiers who obeys the dictates of mercy at
the moment of victory? The city was sacked and people
were indiscriminately butchered by British soldiers who
thirsted for vengeance as well as by Indian
mercenaries. On September 21, Griffiths, an English
Observer who has recorded the scene, found the street
deserted and silent. Dead bodies of sepoys and city
inhabitants lay scattered in every direction, poisoning
the air for many days and raising astench which was
unbearable).
5 Beatrice Pitney Lamb, India a world in transition,
hal. 66 (the british suppression of the revolt was
fully barbaric many Indians were hanged for no reason
other than the fact; some Indians were even shot from
the mouths of cannons.)
6 Syed Sharifuddin Pirzada, Evolution of Pakistan,
Lahore The All Pakistan Legal Decision, hal. 17, 1963:
(On the 21st. September 1857, Bahadur Shah surrendered
to Hudson. The Emperor was treated like a vile
criminal. He was miserably lodged and every Englishmen
or women who passed through Delhi could at his or
pleasure in trude on his privacy without the least
pretence of leave to cast scornful glance at him.
Griffiths who saw him on the 22nd. September writes,"
Sitting cross-legged on a cushion placed on a common
native charpon or bed ... not a word came from his
lips, in silence he sat day and night, with his eyes
cast on the ground, .. while two stalwart European
sentries, with fixed bayonets stood on either sides.
They orders given were that on any attempt at a rescue
the officeer was immediately to shoot the King with his
own hand.")
7 I.H. Qureishi, A Short History of Pakistan, hal. 131:
(The English soldiers smeared the bodies of the muslims
with pig fat and sewed them in pig's skins. Then they
burnt them and had their bodies polluted by Hindus. The
policy of distrust and vindictive repression towards
the muslims continued long after the rebellion had been
put down).
8 M.Mujeeb, The Indian Muslims, George Allen & Unwin
Ltd. Londoll, 1967, hal. 432: (the British had openly
declared their determination to destro- ail those
elements in the muslim population which could serve as
the nucleus of opposition, there was no other way of
recovery except by accepting British rule).
Permalink
7 Komentar
Sesudah peristiwa Balakot, masa yang ditempuh dan situasi
yang dialami kaum Muslimin merupakan tragedi hidup yang
sangat menyedihkan. Waktu terasa sangat lama dan bencana
yang terjadi terasa sangat berat. Jumlah kaum Muslimin yang
sudah terpecah-pecah akibat adanya pengkhianatan dari dalam
tubuh sendiri meminta korban lebih banyak lagi. Bangsa Sikh
yang menang perang lebih leluasa melakukan tindakan-tindakan
keji, hina dan kejam. Tikaman tombak mereka terhadap tubuh
Islam menancap begitu dalamnya sehingga setiap gerak dari
sendi-sendi tubuh itu dirasakan sangat sakit.
Di lain pihak, bangsa Inggris yang telah lama bermukim di
India secara lambat-lambat akan tetapi meyakinkan mulai
menancapkan akar-akar kolonialnya. Pada akhirnya bangsa
pendatang dari Eropah itu menjadi satu kekuatan yang kokoh
yang ditakdirkan untuk mendominir anak benua itu untuk
selama 100 tahun.
Salahsatu unsur yang meratakan jalan bagi Inggris untuk
menjadi yang dipertuan di daratan sungai Indus itu ialah
karena bantuan anak-anak negeri yang effektif dan konkrit.
Badut-badut ulama yang menfatwakan dengan nyaring bahwa
jihad terhadap Inggrls adalah terlarang bahkan merupakan
perbuatan terkutuk, serta yang menfatwakan bahwa kedatangan
Inggris di India merupakan "Juruselamat" kaum Muslimin dari
siksaan kaum Sikh, adalah virus-virus yang telah merusak
kesatuan dan memperbesar prasangka buruk antara sesama
Mushm. Maka dengan mudahnya basil-basil beracun itu menjalar
hampir ke seluruh tubuh Islam India. Yang lebih menyedihkan
lagi ialah adanya manusia-manusia yang mengaku Muslim, akan
tetapi berbakti pada Inggris dan ikut berperang di sisinya,
membunuh sesama saudara dalam seagama. Tidak ada yang lebih
menyakitkan hati daripada perbuatan-perbuatan hina seperti
itu .
Dalam dua kali peperangan yang hebat antara Inggris melawan
Sikh, yaitu antara tahun 1845 dan 1848, akhirnya bangsa dari
Eropah itu berhasil menghancurkan seluruh kekuatan Sikh.
Mulailah babakan baru dalam sejarah India dimana Inggris
memegang kendali kehidupan ratusan juta manusia.1
Berkat keahlian administrateur-administrateur mereka maka
bangsa Sikh mulai melupakan pahit getirnya kalah perang.
Mereka bersimpati pada Inggris begitu dalam sehingga
beberapa tahun kemudian suatu keanehan telah terjadi.
Orang-orang Sikh itu ikut dalam pasukan Inggris berjuang
mati-matian bersama tuannya menghancurkan kaum Muslimin
dalam perang besar tahun 1857.2
Apa sebab bangsa Sikh begitu cepat membalik dan merangkul
bekas musuhnya bahkan sekaligus mengabdi kepadanya secara
mengharukan? Untuk menjawab soal di atas tidak cukup dengan
memberikan jawab, bahwa berkat keahlian
administrateur-administrateur Inggrislah maka mereka bangsa
Sikh itu berobah sikap dan perbuatan. Melainkan masih ada
cara-cara lain yang digunakan Inggris meyakinkan dan lebih
berdasar pada kenyataan sehingga membuat kaum Sikh rela mati
Inggris.
Meskipun pecahan-pecahan yang tidak berarti sudah
melumpuhkan tubuh Islam, namun bagi Inggris kaum Muslimin
yang berantakan itu masih diawasi dan dicurigai. Sebab
mereka masih memiliki gairah Agama yang kuat, dimana pada
suatu saat gairah itu berobah menjadi suatu ledakan "jihad."
Maka hanya dengan tekanan-tekanan berat secara continue kaum
Muslimin akan terbelenggu, bahkan mungkin bisa mati dalam
belenggu itu. Jelas kiranya, kedatangan Inggris bagi kaum
Muslimin merupakan phase kedua dari awal pengebirian hidup
sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Sikh.
Adanya perbedaan keyakinan mendasar yang menyolok antara
muslim di satu pihak dengan Inggris Hindu di lain pihak;
adanya tradisi-tradisi agama yang bertolakbelakang yang
seringkali menimbulkan korban berdarah, segi-segi inipun
dipakai oleh Inggris untuk mengajak kaum Hindu pada sisinya
dan menghantam bersama-sama setiap Muslim. Kaum Sikh
bernafas lega bahwa ada bangsa Eropah yang meskipun telah
mengalahkannya dalam peperangan yang hebat, akan tetapi
memiliki akidah yang senasib dan sepengalaman dengan mereka.
Justru perasaan inilah yang ditanamkan Inggris pada mereka.
Disamping itu Inggris sangat memperhatikan segi-segi sosial,
ekonomi, kebudayaan dan kesehatan mereka. Kesempatan untuk
bekerja di kantor-kantor pemerintahan diberikan padanya,
pengambilalihan hak milik Muslim, fasilitas-fasilitas untuk
perdagangan industri; kesehatan keluarga-keluarga mereka,
dan pendidikan buat mereka diadakan. Sebaliknya kaum
Muslimin tidak pernah memperolehnya semua itu. Sir William
Hunter pegawai sipil bangsa Inggris telah memperingatkan
bangsanya untuk tindakan-tindakan yang blunder itu. Hunter
berkata:
"Tidaklah ada gunanya untuk menutup telinga kita
terhadap kenyataan, bahwa kaum Muslimin mempersiapkan
beberapa tuduhan terhadap kita yang pernah dengan
sungguh-sungguh dituduhkan terhadap suatu pemerintahan.
Mereka menyalahkan kita menutup kebebasan bergerak bagi
ulama-ulamanya. Mereka menyalahkan kita telah
memasukkan suatu sistim pendidikan yang menghancurkan
seluruh masyarakatnya yang berakhir dengan penghinaan
dan pengemisan. Mereka menyalahkan kita membawa
kesengsaraan bagi beribu-ribu rumah tangga dengan
menghapuskan pembesar-pembesar kehakimannya yang telah
memberikan pengestu agama pada
perkawinan-perkawinannya. Mereka menyalahkan kita
membahayakan jiwanya dengan mencegah melakukan ibadat
keagamaan mereka. Lebih-lebih lagi mereka menuduh kita
dengan sengaja menghilangkan pokokpokok keagamaannya;
menggelapkan sejumlah besar dana pendidikannya."3
Diskriminasi hebat yang dilakukan Inggris itu menggilas
seluruh gerak hidup kaum Muslimin. Agaknya dengan jalan
itulah Inggris lebih menstabilkan keamanan negeri Punjab
maupun seluruh anak benua itu. Nyaris sirna seluruh hak
milik kaum Muslimin India. Peristiwa-peristiwa yang tidak
mereka duga telah terjadi. Harapan harapan yang akan datang
yang pada mulanya cerah, menjadi gelap gulita. Tikaman
tombak untuk kedua kalinya pada tubuh Islam membuat tubuh
itu hampir sekarat. Pada saat-saat itulah air bah bercampur
air busa lautan, membalik ke lautan lepas kemudian secara
drastis dan menggelombang balik kembali memukul keras batu
karang pantai dengan pukulan yang paling dahsyat. Gairah
kuat terhadap agama yang masih dimiliki kaum Muslimin
tiba-tiba berobah menjadi ledakan jihad. Pada hari Ahad
bulan Mei tahun 1857, mereka takbir mengangkat senjata untuk
suatu perang kemerdekaan melawan tyran raksasa Inggris.
Catatan kaki:
1 Beatrice Pitney Lamb, India a World of Transition,
1963, Frederick A. Praeger Washington, hal. 130. (The
British finally conquered the Sikhs in two hard fought
war between 1845 and 1848).
2 Beatrice Pitncy Lamb, India a World of Transition,
hal. 130: (Under skilfull British administrators they
quickly became reconciled to British rule, and fought
valiantly on the British side in rebellion of 1857).
3 K.K. Aziz, Britain and Muslim India, 1963. London
Heinemann Ltd, hal. 24: (Most-British writers believed
that the mutiny was the result of a Muslim conspiracy)
Permalink
8 Komentar
Next page »