What is in a name? Untuk apa Mirza maupun Ahmadiyahnya
memberi embel-embel, komentar terhadap namanya dengan
ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits? Andaikata Mirza Ghulam tidak
berbuat itu semua, maka segala kepalsuannya tidak secepat
itu ditemukan. Tapi apa boleh buat, mungkin dikiranya
alasan-alasan itu yang mendukung sepenuhnya, bahkan yang
bisa diterima kaum Muslimin di luar alirannya. Padahal
justru alasan-alasan itulah yang membuka kedok kepalsuannya.
Demikian juga pada hal-hal lain yang digunakan Ahmadiyah dan
pendirinya, selalu dijumpai sikap-sikap yang ceroboh dan
menggelikan.
Beralih dari nama-namanya pada keturunannya kembali, maka
yang inipun tidak kurang hebatnya. Sebagaimana diketahui
bahwa dari pihak ayah dan kakek-kakeknya, Mirza Ghulam
merangkap dua keturunan, yaitu keturunan Moghol dan
keturunan Parsi.
Akan tetapi yang lebih menarik dari hal keturunan Mirza ini,
ialah dari pihak ibunya maupun nenek-neneknya. Meskipun
Mirza Ghulam jarang bahkan hampir tidak pernah
menyebut-nyebut nama ibunya maupun nama nenek-neneknya
apalagi membanggakannya, namun demikian ternyata mereka
memegang posisi yang menentukan di dalam karier Mirza
Ghulam. Justru keturunan mereka itulah yang lebih mantap
bagi Mirza Ghulam untuk meletakkan dirinya pada kedudukan
yang paling menarik dan jempolan .
Ternyata keturunan Mirza dari pihak ibunya lebih baik,
bahkan lebih istimewa dibanding dengan keturunan dari pihak
ayahnya. Mula-mula Mirza Ghulam membantah dengan tegas bahwa
ia dari kaum Turki.1 Tidak dimengerti mengapa Mirza sampai
membantah dirinya sebagai kaum Turki. Mungkin ada kaitannya
dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Turki, pada waktu
ia hidup. Akhir-akhir dari abad ke 19 masehi sekitar
tahun-tahun 1881 sampai dengan tahun 1900-an, Sultan Abdul
Hamid Turki yang berkedudukan sebagai Khalifah Islam
bersama-sama Sayid Jamaluddin Al-Afghani, seorang agitator
yang paling ditakuti oleh kekuasaan kolonial Barat, terutama
Inggris, telah mendirikan organisasi Pan Islamisme. Suatu
gerakan propaganda gencar anti Barat yang militant, effeknya
yang mendalam dan kuat memaksa kolonial Barat
memperhitungkannya dengan sungguh-sungguh. Kota
Konstantinopel menjadi pusatnya semua orang fanatik dan
agitator anti Barat seperti Jamaluddin.2 Seorang pemimpin
Islam India berseru kepada kekuasaan Brittania:
"Saya berseru kepada pemerintahan Brittania yang
sekarang supaya mengubah politik permusuhannya dengan
Turki, untuk menjaga supaya gunung kemarahan jutaan
rakyat Islam jangan meletus, yang akan membawa
kebinasaan dahsyat."3
Demikian hebatnya Pan Islamisme menentang dunia Barat
terutama kolonialisme Inggris. Sebaliknya, Inggris telah
menancapkan cengkeramannya dalam-dalam terhadap kaum
Muslimin India. Adanya kontradiksi yang hebat itu, maka
tidak mustahil atau bisa diduga-duga jika orang-orang
seperti Mirza Ghulam Ahmad cepat-cepat mencari posisi yang
enak di tengah-tengah arena politik kaum Muslimin India yang
hangat. Dan yang paling enak atau paling mudah untuk bersih
diri, ialah membantah dirinya dari kaum Turki.
Kalau tidak henar perkiraan di atas atau sama sekali tidak
beralasan maka setidak-tidaknya Mirza Ghulam Ahmad maupun
Ahmadiyahnya sanggup membuat suatu catatan kecil, yaitu
memberi penjelasan, mengapa sampai-sampai Mirza Ghulam
menolak diri sebagai kaum Turki; dan mengapa kata-kata
"Turki" itu sempat disisipkan diantara berita wahyu yang ia
terima dari Tuhannya.
Kembali pada keturunan dari pihak ibunya, Mirza C,hulam
Ahmad ternyata mempunyai keistimewaan yang tidak
tanggung-tanggung. Dengan bangga ia berkata:
"Ketahuilah, bahwasanya Al-Masih Al-Mau'ud itu
datangnya dari golongan QUREIS, sebagalmana Isa
datangnya dari Bani Israel."4
Al-Masih Al-Mau'ud yang dimaksud ialah Pendiri Ahmadiyah,
Mirza Ghulam. Ia memperoleh gelar itu, dan banyak lagi
gelar-gelar yang ia peroleh dari Tuhannya. Lebih meyakinkan
lagi tentang keturunan Qureisnya, Mirza Ghulam Ahmad berkata
yakin:
"Adalah suatu keharusan bahwa Khalifah ini dari
keturunan Qureis."5
Gelar khalifah inipun termasuk milik Mirza Ghulam Ahmad.
Satu persatu dari gelar-gelarnya akan dikenal nanti.
Demikianlah pendakian telah sampai ke puncaknya. Keturunan
QUREIS pada diri Mirza Ghulam Ahmad merupakan target
terpenting dari planningnya. Sambil bertepuk dada ia
berkata: "Ketahuilah siapa aku ini! Jika kamu abaikan maka
akan kau hadapi kerugian-kerugian dalam hidupmu." Qureis
mungkin masih agak luas ruang lingkupnya, karena ia masih
terdiri dari keluarga-keluarga besar. Maka tidak salah lagi
jika Mirza Ghulam Ahmad maupun Ahmadiyahnya memilih satu
keluarga saja di dalam satu rumah yang paling mulia dan
dimuliakan manusia. Dengan perasaan bangga ia berkata:
"Sesungguhnya akulah Al-Mahdi itu, juga Al-Masih
Mau'ud, dimana kedudukannya sudah jelas bahwa untuk
jabatan kedua pangkat ini harus dipegang oleh seorang
dari Bani Fatimah."6
Apa sebab Mirza memilih Bani Fatimah unluk melengkapi
dirinya? Tidak lain, karena ia akan mengambil alih sabda
Nabi Muhammad s.a.w. yang tersebut:
"Dari Ummu Salamah r.a. aku telah mendengar Rasul Allah
bersabda: Mahdi itu dari anak cucuku, dari anak
Fatimah."
Maka Mirza Ghulam Ahmadlah yang menyatakan diri sebagai anak
dari anak-anak Fatimah r.a. Kemudian dengan lantang sekali
lagi ia berkata:
"Daripada kakek-kakekku, aku ini keturunan Parsi,
sedang daripada nenek-nenekku aku ini keturunan
Fatimah. Maka bergabunglah pada diriku dua kemuliaan."7
Jika dua kemuliaan saja, itu masih kurang. Harus ditambah
lagi kemuliaan yang di atas segala-galanya. Last but not
least inilah kemuliaan-kemuliaan itu. Mirza berkata:
"Daripada Tuhanku, telah turun wahyu padaku, bahwa dari
pihak nenek-nenekku, aku ini keturunan Fatimah ahli
baitin nubuwah.
Demi Allah, telah bersatu pada diriku Nasl (keturunan) Nabi
ISHAQ dan nasl (keturunan) Nabi ISMA'IL."8
Bagaimana Mirza Ghulam Ahmad mengaku menjadi anak-cucu Nabi
Ishaq a.s.? Apakah benar ia keturunan Nabi Ishaq? Mungkin
ada yang tidak beres di sini, dan yang tahu persis bahwa
Mirza tidak beres, adalah ia sendiri. Akan tetapi kalau
Ahmadiyah mengatakan bahwa itu benar dan tidak ada yang
perlu dibereskan, maka kita ucapkan hallo-hallo pada Mirza.
Dengan nasl Ishaqnya itu, maka orang boleh berkata pasti,
bahwa Mirza Ghulam Ahmad juga dari keturunan YAHUDI! Nah
bergembiralah ya Mirza Israeli.
Demikianlah keturunan-keturunan istimewa milik pendiri
Ahmadiyah. Satu lagi keturunan yang tidak boleh diabaikan
juga hak milik Mirza Ghulam Ahmad. Negeri dimana ia
dilahirkan dan dibesarkan, INDIA, juga merupakan salah satu
daripada keturunan-keturunan yang ia miliki. Ahmadiyah
menjelaskan bahwa dalam buku agama Hindu (yang mana?) ada
tersebut bahwa Messiah yang dijanjikan itu adalah orang
INDIA.9
Akhirnya, demikian Bashiruddin Mahmud Ahmad menutup cerita
tentang identitas ayahnya, berkata:
"Maka sempurnalah sudah apa yang telah termaklum dalam
kitab-kitab Ummat Parisi, Ummat Nasrani, Ummat Islam
dan Ummat Hindu tentang datangnya Al-Masih yang
ditunggu-tunggu zaman, yaitu MIRZA GHULAM AHMAI)."10
Itulah bunyi gong Bashiruddin; orang-orang Ahmadiyah boleh
merasa bangga terhadap kedudukan maupun keturunan yang
dimiliki pemimpinnya. Andaikala semua keturunan-keturunannya
disandangkan di belakang namanya, maka inilah dia: Mirza
Ghulam Ahmad AL-MOGHOLI, AL-PARISI, AL-QUREISY, AL-FATIMI
ahli Batin Nubuwah dan AL-ISRAELI dan lagi AL-HINDUSTANI.
Sungguh suatu keistimewaan yang menggelikan.
Catatan kaki:
1 lih. Mirza Ghulam Ahmad, al-Istiftaa', hal. 75: (wa
lakinnal-lah auhi ila annahum kanu min bani faras la
min al-aqwaam ut-turkiyah).
2 lih. L Stoddard, Dunia Baru Islam, terjemahan
Panitya, Jakarta, 1966,hal. 65.
3 lih. L Stoddard, Dunia Baru Islam, terjemahan
Panitya, Jakarta, 1966,hal. 66, 67.
4 lih. Mirza Chulam Ahmad, Al-Khutbat-ul-Ilhamiyah,
hal. (ha'): (wa innahu ma ja'a min-al Qureisy kama inna
Isa ma Ja'a min-bani Israel).
5 lih. Mirza Ghulam Ahmad, al-Khutbat-ul-Ilhamiyah,
hal. 13. (wa wajaba anla yakun hadzal Khalifah
min-al-Qureisy).
6 lih. Mirza Ghulam Ahmad, al-Khutbat-ul-Ilhamiyah,
hal. 46: (inni ana Al-mahdi alladzihuwa Al-masih
muntadzir al-mau'ud, wama jaa fihi annahu min-bani
Fatimah)
7 idem, idem, hal. 87: (wa ja'alahu min haisul aba'
min abna Faras wa min haisul ummahaat min bani Fatimah
liyajmau fihil jalaal waljamaal).
8 lih. Mirza Ghulam Ahmad, al-Istiftha', hal. 75: (wa
ma'a dzalika akhbarani rabbi bian ba'da ummahati min
banil Fatimah wa min-ahli baitin-nubuwwah; wallahu
fihim nasl Ishaq wa Ismail min kamalil hikmah wal
mushalahah).
9 lih. Bashiruddin Mahmud Ahmad, Ahmadiyya Movement,
Rabwah The Ahmadiyya Muslim Foreign Missions Office,
1962, hal. 47: (from the books of the Hindus it
appeared that the promised Messiah was an Indian).
10 lih. Bashiruddin M.A., Ahmadiyya Movement, hal. 47:
(in short, in him were fulfilled all the prophecies
contained in the books of the Christians, the Parsees,
the Hindus and Muslims), note: semua kitab tersebut di
atas dalam jumlah lebih dari satu; setidak-tidaknya
Ahmadiyyah dapat menyebut masing-masing dua?
Tinggalkan komentar