BANJIR NABI NUH (Bag 1)

Banjir Nuh, yang disebutkan dalam hampir seluruh kebudayaan, adalah satu contoh yang paling banyak diuraikan dalam Al Qur-an. Keengganan umat Nabi Nuh terhadap nasihat dan peringat-annya, reaksi mereka terhadap risalah Nabi Nuh, serta peristiwa banjir selengkapnya, semua diceritakan secara rinci dalam banyak ayat Al Quran. Nabi Nuh diutus untuk mengingatkan umatnya yang telah mening-galkan ayat-ayat Allah dan menyekutukan-Nya, dan mengajak mereka menyembah Allah semata dan menghentikan pembangkangan mereka. Meskipun Nabi Nuh telah berkali-kali menasihati umatnya agar menaati perintah Allah serta mengingatkan akan kemurkaan Allah, mereka masih saja menolak dan terus menyekutukan Allah. Dalam Surat Al Mu’mi-nuun, perkembangan peristiwa itu dilukiskan sebagai berikut:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Lalu ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)? Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya men-jawab: “Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu. Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. Belum pernah kami mendengar seruan (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu.

Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila, maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu. Nuh berdoa, “Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendusta-kanku.” (QS. Al Mu’minuun, 23: 23-26) !

Sebagaimana dikemukakan dalam ayat-ayat tersebut, pemuka ma-syarakat di sekitar Nabi Nuh menuduh Nabi Nuh berusaha meraih ke-unggulan atas kaumnya, yakni, mencari keuntungan pribadi seperti status, kekuasaan, dan kekayaan, dan mereka mencoba menunjuk dia sebagai “kesurupan”, dan mereka memutuskan untuk membiarkannya sementara waktu, dan menekannya.

Karena itulah, Allah menyampaikan pada Nuh bahwa mereka yang menolak kebenaran dan melakukan kesalahan akan dihukum dengan ditenggelamkan, dan mereka yang beriman akan diselamatkan. Maka, pada saat hukuman datang, air dan aliran yang sangat deras muncul dan menyembur dari dalam tanah, dibarengi dengan hujan yang sangat lebat, menyebabkan banjir dahsyat. Allah memerintahkan kepada Nuh untuk “menaikkan ke atas perahu pasangan-pasangan dari setiap jenis, jantan dan betina, serta keluarganya, kecuali mereka yang menen-tang apa yang telah dinyatakan wahyu”. Seluruh manusia di daratan tersebut ditenggelamkan, termasuk “anak laki-laki” Nabi Nuh yang semula berpikir bahwa dia bisa selamat dengan berlindung ke gunung terdekat. Semuanya tenggelam kecuali yang naik ke perahu bersama Nabi Nuh. Ketika air surut di akhir banjir, dan “kejadian telah berakhir”, perahu terdampar di Judi, yaitu sebuah tempat yang tinggi, sebagaimana yang diinformasikan Al Quran kepada kita.

Studi arkeologis, geologis, dan historis menunjukkan bahwa peris-tiwa tersebut terjadi sebagaimana diceritakan Al Quran. Banjir tersebut juga digambarkan secara hampir serupa pada banyak catatan peradaban-peradaban masa lalu dan dalam banyak dokumen sejarah, meski ciri-ciri dan nama-nama tempat beragam, dan “semua yang terjadi pada manusia yang salah” disajikan untuk manusia saat ini sebagai peringatan. Di samping dikemukakan dalam Perjanjian Lama dan Baru, kisah tentang banjir Nuh ini diungkap secara serupa dalam catatan-catatan sejarah Sumeria dan Asiria-Babilonia, dalam legenda-legenda Yunani, dalam epik Shatapatha Brahmana dan Mahabarata dari India, dalam beberapa legenda Wales di Kepulauan Inggris, dalam Nordic Edda, dalam legenda-legenda Lithuania, dan bahkan dalam cerita-cerita yang berakar dari Cina.

Bagaimana mungkin cerita-cerita yang begitu rinci dan relevan dapat dikumpulkan dari berbagai daratan yang jauh secara geografis dan budaya, saling berjauhan sesamanya, juga dengan wilayah banjir? Jawabannya jelas: Fakta bahwa peristiwa yang sama dituturkan dalam berbagai catatan sejarah berbagai bangsa tersebut, yang kecil kemungkinan saling berkomunikasi, merupakan bukti nyata bahwa mereka menerima pengetahuan dari sebuah sumber ilahiah. Tampak bahwa Banjir Nuh, salah satu kejadian terbesar dan paling destruktif dalam sejarah, telah diwartakan oleh banyak nabi yang diutus ke pelbagai peradaban dengan tujuan untuk memberi contoh. Dengan demikian, berita tentang banjir Nuh tersebar ke berbagai kebudayaan. Namun, walau banyak diriwayatkan dalam berbagai budaya dan sumber ajaran berbagai agama, cerita tentang banjir dan Nabi Nuh itu telah banyak berubah dan membias dari kisah aslinya karena kepalsuan sumber, kekeliruan penyampaian, atau bahkan mungkin karena tujuan yang tidak benar. Riset menunjukkan bahwa di antara sekian banyak riwayat yang menuturkan peristiwa tersebut dengan berbagai perbedaan, penggambaran paling konsisten hanya terdapat dalam Al Quran.

Nabi Nuh dan Banjir dalam Al Quran

Banjir Nuh disebutkan dalam banyak ayat di dalam Al Quran. Di bawah ini bisa dilihat ayat-ayat yang disusun berdasarkan urut-urutan peristiwa banjir tersebut:

Ajakan Nabi Nuh atas Kaumnya kepada Agama Kebenaran

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (kiamat)’.” (QS. Al A’raaf, 7: 59) !

“Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Maka ber-takwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.” (QS. Asy-Syu’araa’, 26: 107-110) !

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Lalu ia berkata “Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa ka-mu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (QS. Al Mu’minuun, 23: 23) !

Peringatan Nabi Nuh kepada Kaumnya akan Hukuman dari Allah

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang ke-padanya azab yang pedih.” (QS. Nuh, 71: 1) ! “Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal.” (QS. Huud, 11: 39) !

Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku kha-watir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedih-kan. (QS. Huud, 11: 26) !

Pembangkangan Kaum Nabi Nuh

“Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: ‘Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata’.” (QS. Al A’raaf, 7: 60) !

“Mereka berkata: ‘Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah de-ngan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar’.” (QS. Huud, 11: 32) !

“Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin ka-umnya berjalan melewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkata Nuh: ‘Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) menge-jekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami)’.” (QS. Huud, 11: 38) !

“Maka pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya men-jawab: ‘Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang lebih tinggi dari kamu. Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa orang malaikat. Belum pernah kami mendengar seruan (seruan yang seperti) ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu. Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila, maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu’.” (QS. Al Mu’minuun, 23: 24-25) !”

“Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kaum Nuh, maka mere-ka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: ‘Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman’.” (QS. Al Qamar, 54: 9) !

Penghinaan terhadap Para Pengikut Nabi Nuh

“Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: ‘Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memi-liki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bah-wa kamu adalah orang-orang yang dusta’.” (QS. Huud, 11: 27) !

“Mereka berkata: “Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?” Nuh menja-wab: “Bagaimana aku mengetahui apa yang telah mereka kerjakan?” Perhitungan (amal perbuatan) mereka tidak lain hanyalah kepada Tuhanku, kalau kamu menyadari. Dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. Aku (ini) tidak lain melainkan pemberi peringatan yang menjelaskan.” (QS. Asy-Syu’araa’, 26: 111-115) !

Peringatan Allah agar Nabi Nuh Tidak Bersedih

“Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Huud, 11: 36) !

Doa Nabi Nuh

“Maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang mukmin besertaku.” (QS. Asy-Syu’araa’, 26: 118) !

“Maka dia mengadu kepada Tuhannya: ‘Bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu tolonglah (aku)’.” (QS. Al Qamar, 54: 10) !

“Nuh berkata: ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaum-ku malam dan siang. Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran)’.” (QS. Nuh, 71: 5-6) !

“Nuh berdoa: ‘Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendusta-kan aku’.” (QS. Al Mu’minuun, 23: 26) !

“Sesungguhnya Nuh telah menyeru Kami: Maka sesungguhnya seba-ik-baik yang memperkenankan (adalah Kami).” (QS. Ash-Shaaffaat: 75) !

Pembuatan Bahtera

“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang zalim itu, sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (QS. Huud, 11: 37) !

Penghancuran Umat Nabi Nuh dengan Cara Ditenggelamkan

“Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami teng-gelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesung-guhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).” (QS. Al A’raaf, 7: 64) !

“Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal.” (QS. Asy-Syu’araa’, 26: 120) !

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al Ankabuut, 29: 14) !

Dibinasakannya Putra Nabi Nuh

Sehubungan dengan dialog antara Nabi Nuh dan putranya, pada permulaan banjir, Al Quran mengungkapkan:

“Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang lak-sana gunung, dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara ke-duanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang diteng-gelamkan.” (QS. Huud, 11: 42-43)

Diselamatkannya Orang-Orang yang Beriman dari Banjir

“Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan.” (QS. Asy-Syu’araa’, 26: 119) !

“Maka kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia.” (QS. Al Ankabuut, 29: 15) ! Bentuk Fisik dari Banjir yang Terjadi

“Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh te-lah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku.” (QS. Al Qamar, 54: 11-13)

“Hingga apabila perintah Kami datang dan ‘dapur’ (permukaan bu-mi yang memancarkan air hingga menyebabkan timbulnya taufan) telah memancarkan air, Kami berfirman: “Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu, kecuali orang yang telah terdahulu kete-tapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman.”

Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. Dan Nuh berkata:
“Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang lak-sana gunung, dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” (QS. Huud, 11: 40-42) !

“Lalu Kami wahyukan kepadanya: “Buatlah bahtera di bawah peni-likan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan ‘tannur’ telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (QS. Al Mu’minuun, 23: 27)

Terdamparnya Perahu di Tempat yang Tinggi

“Dan difirmankan: “Hai bumi tahanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: ‘Binasa-lah orang-orang yang zalim’.” (QS. Huud, 11: 44)

Pelajaran dari Peristiwa Banjir

“Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung), Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera, agar Kami jadi-kan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.” (QS. Al Haaqqah, 69:11-12)

Pujian Allah terhadap Nabi Nuh

“Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam”. Sesungguh-nya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Ash-Shaaffaat, 37: 79-81)

Apakah Banjir itu Bencana Lokal atau Global ?

Mereka yang menolak terjadinya Banjir Nuh mendukung pendirian mereka dengan menyatakan bahwa banjir atas seluruh dunia adalah mus-tahil. Namun, penyangkalan mereka atas banjir apa pun juga ditujukan untuk menyerang Al Quran. Menurut mereka, semua kitab yang diwah-yukan, termasuk Al Quran, sepertinya mempertahankan terjadinya banjir global dan karenanya keliru. Namun, penolakan terhadap Al Quran ini tidak benar. Al Quran di-wahyukan oleh Allah, dan merupakan satu-satunya kitab suci yang tidak terubah. Al Quran memandang Banjir dengan sudut pandang yang sangat berbeda dibandingkan Pentateuch dan legenda-legenda lain tentang banjir yang diriwayatkan dalam berbagai kebudayaan. Penta-teuch, yakni lima kitab pertama dalam Perjanjian Lama, menyatakan bahwa banjir tersebut bersifat global; menutupi seluruh bumi. Namun, Al Quran tidak memberikan keterangan seperti itu, sebaliknya ayat-ayat tentang peristiwa ini membawa pada kesimpulan bahwa banjir itu bersi-fat regional dan tidak menutupi seluruh bumi, namun hanya meneng-gelamkan umat Nabi Nuh saja yang telah diberi peringatan, lalu dihukum.

Ketika riwayat-riwayat tentang Banjir dalam Perjanjian Lama dan Al Quran diuji, perbedaannya sederhana saja. Perjanjian Lama, yang telah mengalami banyak perubahan dalam penambahan sepanjang sejarah-nya, sehingga tidak dapat dinilai sebagai wahyu yang orisinil, menggam-barkan bagaimana banjir berawal dalam uraian berikut:

Dan Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia di bumi adalah besar, dan bahwa setiap imajinasi dari pikiran-pikiran dalam hatinya hanya selalu perbuatan jahat. Dan ini menjadikan Allah menyesali bahwa Dia telah menciptakan manusia di bumi, dan ini menyedih-kan hati-Nya. Dan Tuhan berkata, “Aku akan membinasakan manu-sia yang telah kuciptakan dari permukaan bumi; kedua jenis yang ada, manusia dan binatang, dan segala yang merayap, dan unggas-unggas di udara, yang karena telah mengecewakan-Ku yang telah menciptakan mereka. Akan tetapi, (Nabi) Nuh mendapatkan kasih sayang di mata Tuhan. (Kejadian, 6: 5-8)

Namun, dalam Al Quran, jelas ditunjukkan bahwa tidak seluruh dunia, tetapi hanya umat Nabi Nuh yang dihancurkan. Sebagaimana Nabi Hud diutus hanya untuk kaum ‘Ad (QS. Huud, 11:50),

Nabi Shalih diutus untuk kaum Tsamud (QS. Huud, 11:61), serta seluruh nabi sebelum Mu-hammad hanya diutus untuk umat mereka saja, Nabi Nuh hanya diutus kepada umatnya dan banjir tersebut hanya memusnahkan umat Nabi Nuh:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesung-guhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan.” (QS. Huud, 11: 25-26)

Mereka yang dimusnahkan adalah orang-orang yang sepenuhnya menolak pernyataan kerasulan Nuh dan berkeras menentang. Ayat-ayat yang senada cukup gamblang:

“Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).” (QS. Al A’raaf, 7: 64)

Di samping itu, dalam Al Quran, Allah menegaskan bahwa Dia tidak akan menghancurkan suatu umat kecuali telah diutus seorang rasul kepada mereka. Penghancuran hanya terjadi jika seorang pemberi per-ingatan telah sampai kepada suatu kaum, dan ia didustakan. Allah me-nyatakan dalam Surat Al Qashash:

“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan keza-liman.” (QS. Al Qashash, 28: 59)

Allah tidak akan menghancurkan suatu kaum sebelum menurunkan rasul kepada mereka. Sebagai pemberi peringatan, Nuh hanya diutus untuk kaumnya. Karena itu, Allah tidak menghancurkan kaum-kaum yang belum diutus rasul, hanya umat Nabi Nuh. Dari pernyataan-pernyataan dalam Al Quran, kita bisa memastikan bahwa banjir Nuh adalah bencana regional, bukan global. Penggalian-penggalian pada daerah-daerah arkeologis yang diperkirakan sebagai lo-kasi terjadinya banjir yang akan kita bahas berikutnya menunjukkan bah-wa banjir tersebut bukanlah sebuah peristiwa global yang mempengaruhi seluruh bumi, akan tetapi merupakan sebuah bencana yang sangat luas yang mempengaruhi bagian tertentu dari wilayah Mesopotamia.

Apakah Seluruh Binatang Dinaikkan ke atas Perahu?

Para penafsir Bibel yakin bahwa Nabi Nuh memasukkan seluruh spesies binatang di muka bumi ke atas perahu dan binatang-binatang itu bisa selamat dari kepunahan berkat Nabi Nuh. Menurut keyakinan ini, sepasang dari tiap spesies penghuni daratan dibawa bersama ke atas pe-rahu. Mereka yang mempertahankan pernyataan ini sudah tentu harus menghadapi banyak kejanggalan serius dalam berbagai hal. Pertanyaan tentang bagaimana binatang yang diangkut itu diberi makan, bagaimana mereka ditempatkan di dalam perahu itu, atau bagaimana mereka di-Pisahkan satu sama lain mustahil dapat terjawab. Lagi pula, masih ada pertanyaan: Bagaimana binatang-binatang dari berbagai benua yang berbeda dapat dibawa bersamaan – berbagai mamalia di kutub, kanguru dari Australia, atau bison yang ada di Amerika? Juga, lebih banyak lagi pertanyaan menyusul, seperti bagaimana binatang yang sangat berba-haya – yang berbisa seperti ular, kalajengking, dan binatang-binatang buas bisa ditangkap, serta bagaimana mereka dapat bertahan terpisah dari habitat alamiahnya hingga banjir itu surut?

Inilah berbagai pertanyaan yang dihadapi Perjanjian Lama. Dalam Al Quran, tidak ada pernyataan yang mengindikasikan bahwa seluruh spe-sies binatang di muka bumi dinaikkan ke atas perahu. Dan sebagaimana telah ditegaskan sebelumnya, banjir tersebut hanya terjadi pada suatu wi-layah tertentu, sehingga binatang yang dinaikkan ke perahu pun hanya-lah yang hidup di wilayah umat Nabi Nuh tinggal. Meski demikian, jelas mustahil sekalipun hanya untuk mengumpul-kan seluruh jenis binatang yang hidup di wilayah tersebut. Sukar membayangkan bahwa Nabi Nuh beserta sejumlah kecil orang-orang beriman yang menyertainya (QS. Huud, 11: 40)

menyebar ke segala penjuru untuk mengumpulkan masing-masing dua ekor dari ratusan spesies binatang di sekitar mereka. Bahkan, lebih mustahil lagi bagi mereka untuk mengumpulkan berbagai tipe serangga yang hidup di wilayah mereka, apatah lagi untuk memisahkan antara yang jantan dan betina! Inilah alasan mengapa lebih memungkinkan jika yang dikumpulkan itu hanya binatang yang mudah ditangkap dan dipelihara, dan karenanya, merupa-kan binatang ternak yang secara khusus berguna bagi manusia. Nabi Nuh agaknya menaikkan ke atas perahu binatang sejenis itu, seperti sapi, biri-biri, kuda, unggas, unta, dan sejenisnya, karena inilah binatang-binatang yang dibutuhkan untuk menyangga kehidupan baru di wilayah yang telah kehilangan sejumlah besar prasarana hidup karena Banjir tersebut. Poin penting di sini adalah bahwa kebijaksanaan ilahiah dalam pe-rintah Allah kepada Nabi Nuh untuk mengumpulkan berbagai binatang adalah untuk menunjang kehidupan baru setelah banjir berakhir, bukan untuk kepentingan mempertahankan genus berbagai binatang. Selama banjir itu bersifat regional, maka kepunahan berbagai jenis binatang tidak akan mungkin terjadi. Besar kemungkinan, setelah banjir, berbagai binatang dari wilayah-wilayah lain perlahan-lahan akan bermigrasi ke wilayah tersebut dan kembali memadati daerah itu sebagaimana sebe-lumnya. Yang penting adalah kehidupan yang akan dirintis kembali begi-tu banjir berakhir, dan binatang-binatang yang dikumpulkan dimaksud-kan untuk tujuan ini.

Berapa Tinggikah Banjir Tersebut?

Perdebatan lain di seputar Banjir itu adalah, apakah ketinggian air cukup untuk menenggelamkan gunung?

Sebagaimana diketahui, Al Quran menginformasikan kepada kita bahwa perahu Nabi Nuh itu terdampar di “Al Judi” seusai banjir. Umumnya, kata “Judi” dirujuk sebagai lokasi gunung tertentu, sementara kata itu berarti “tempat yang tinggi atau bukit” dalam bahasa Arab. Karenanya, jangan dilupakan bahwa dalam Al Quran, “Judi” bisa jadi tidak digunakan sebagai nama gunung tertentu, akan tetapi untuk mengisyaratkan bahwa perahu Nuh telah terdampar pada suatu ketinggian. Di samping itu, makna kata “judi” yang disebutkan di atas mungkin juga menunjukkan bahwa air bah itu mencapai ketinggian tertentu, tetapi tidak mencapai ketinggian pun-cak gunung. Dengan kata lain bahwa banjir itu kemungkinan besar tidak menenggelamkan seluruh bumi dan semua gunung-gunung sebagai-mana digambarkan dalam Perjanjian Lama, tetapi hanya menggenangi wilayah tertentu.

Lokasi Banjir Nuh

Daratan Mesopotamia diduga kuat sebagai lokasi Banjir Nuh. Di sini terdapat peradaban tertua yang dikenal sejarah. Lagi pula, karena berada di antara sungai Tigris dan Eufrat, secara geografis tempat ini sangat memungkinkan terjadinya sebuah banjir besar. Di antara faktor penyebab terjadinya banjir besar kemungkinan karena kedua sungai ini meluap dan membanjiri wilayah tersebut. Alasan kedua, daerah tersebut diduga kuat sebagai tempat terjadinya banjir bersifat historis. Dalam catatan sejarah berbagai peradaban manu-sia di wilayah tersebut, banyak dokumen yang ditemukan merujuk pada sebuah banjir yang terjadi dalam periode yang sama. Setelah menyak-sikan kebinasaan kaum Nabi Nuh, peradaban-peradaban tersebut agak-nya merasa perlu mencatat dalam sejarah mereka, bagaimana bencana itu terjadi, serta akibat-akibat yang ditimbulkannya. Diketahui pula bahwa mayoritas legenda tentang banjir tersebut berasal dari Mesopotamia. Lebih penting lagi bagi kita adalah temuan-temuan arkeologis. Temuan-temuan tersebut membenarkan terjadinya sebuah banjir besar di wilayah ini. Sebagaimana akan kita bahas secara rinci pada halaman-halaman be-rikut, banjir ini telah menyebabkan tertundanya peradaban selama perio-de tertentu. Dalam penggalian-penggalian yang dilakukan, tersingkap jejak-jejak nyata sebuah bencana dahsyat.

Penggalian-penggalian di wilayah Mesopotamia mengungkap bahwa berkali-kali dalam sejarah, wilayah ini diserang berbagai bencana sebagai akibat dari banjir dan meluapnya Sungai Eufrat dan Tigris. Misal-nya, pada alaf kedua Sebelum Masehi (SM), pada masa Ibbisin, penguasa negeri Ur yang luas, yang berlokasi di sebelah selatan Mesopotamia, sebuah tahun tertentu ditandai dengan “pasca Banjir yang melenyapkan garis batas antara langit dan bumi”.1 Sekitar 1700 SM, pada masa kekua-saan Hamurabi dari Babilonia, sebuah tahun ditandai dengan terjadinya peristiwa “kehancuran kota Eshnunna oleh air bah”. Pada abad ke-10 SM, pada masa pemerintahan Nabu-mukin-apal, sebuah banjir terjadi di kota Babilon.2 Setelah zaman Nabi Isa (Jesus) pada abad ke-7, ke-8, ke-10, ke-11, dan ke-12, banjir-banjir yang bersejarah terjadi di wilayah tersebut. Dalam abad ke-20, kejadian serupa terjadi pa-da tahun 1925, 1930, dan 1954.3 Jelaslah bahwa wilayah ini telah senantiasa diserang bencana banjir, dan sebagaimana ditunjukkan dalam Al Quran, sangat mungkin suatu banjir besar-besaran telah membinasa-kan suatu komunitas secara keseluruhan.

Bukti-Bukti Arkeologis tentang Banjir

Bukanlah suatu kebetulan bila sekarang ini kita menemukan jejak-jejak dari kebanyakan kaum yang menurut Al Quran telah dibinasakan. Bukti-bukti arkeologis menyajikan fakta, bahwa semakin mendadak ke-hancuran suatu kaum, semakin memungkinkan bagi kita untuk men-dapati sebagian bekasnya. Jika sebuah peradaban hancur secara tiba-tiba, yang dapat terjadi ka-rena bencana alam, emigrasi yang mendadak, atau perang, jejak-jejak peradaban ini sering dapat lebih terpelihara. Rumah-rumah yang pernah mereka huni, peralatan-peralatan yang pernah mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari, segera akan terkubur. Maka, semua itu dapat terpelihara dalam waktu yang lama tanpa tersentuh tangan manusia, dan menjadi bukti penting tentang masa lampau bila dikeluarkan.

Jadi begitulah hingga banyak bukti tentang Banjir Nabi Nuh ter-ungkap saat ini. Diperkirakan terjadi sekitar alaf ke-3 SM, Banjir itu telah mengakhiri suatu peradaban seluruhnya dengan seketika, dan selanjut-nya menyebabkan lahirnya sebuah peradaban baru sebagai gantinya. Jadi, bukti-bukti nyata tentang Banjir ini telah terpelihara selama ribuan tahun agar kita bisa mengambil pelajaran darinya. Banyak penggalian telah dilakukan untuk menyelidiki banjir yang telah menenggelamkan daratan-daratan Mesopotamia. Dalam berbagai penggalian di wilayah tersebut, di empat kota utama ditemukan jejak-je-jak yang menunjukkan terjadinya sebuah banjir besar. Kota-kota tersebut ada-lah kota-kota penting di Mesopotamia; Ur, Erech, Kish, dan Shuruppak.

34 Komentar

  1. Mazren said,

    Selama ini saya salah menyangka jika banjir itt melanda seluruh muka bumi..jika orang kristen mengira banjir itu global berarti mereka harus mengakui kalau seluruh ras manusia berasal dari mesopotamia dan seluruh spesies juga berasal dari sana..bibel jg perjanjian lama dan baru tidak konkret juga tidak ilmiah,jika banjir itu bersifat global maka kemana air itu surut..Al-qur’an lebih konkret juga ilmiah..melihat pada kejadian 6:5 berarti Tuhan kristen kejam,karena yang tidak bersalah ikut jadi korban..sadis

    • Sari said,

      Tuhan Kristen kejam…?
      Tau apa ttg alkitab kamu… kej 6:5 ..?
      Tuhanlah yang menciptakan manusia termasuk kamu
      Km ada di dunia sekarang berkat anugrah Tuhan…
      kamu masih bisa sehat n bernafas sekarang semua karena Tuhan
      bukan kegagahan diri kamu sendiri…
      syukurilah apa yang kamu punya dari TUHAN semuanya…
      kegagahan kamu, kekuatan kamu, gak seujung kuku-nya TUHAN..

      harusnya kamu bersyukur masih bisa ada didunia ini… bukan kejam..
      TUHAN hanya ingin semua orang melihat kalau DI DUNIA INI MASIH ADA TUHAN
      janganlah orang MEMEGAHKAN DIRINYA SENDIRI…!!!
      GBU

      • koplak said,

        sari u pasti org non muslimx kelihatan lw g’nyambung pdhal suda jelas al quran lebi ilmiah ktrganx g’sprt kitab2 allah sblumx y uda di gnti2 ma org kafir. pdhl emang u paham g’mas tadi di atas mengontr tuhan kristen, yesus/berhala ciptan kalian sndiri i2 u prcxai pake dong logika puxa otak emang apa y bsa than u lakukan dsar org kafir g’sadar2 dibohongi berabad2 pke logika pelajari kitab u y dlm psti bisa mngtahui kslhnx kal liat komentar u klhatan u bkan umat kristiani y tdk mmhmi krstn dgn baik

      • Afief Veronese said,

        Sudahlah, tak perlu ada yg beselisihg paham dg kerutan dahi

      • Yasmen Ropi said,

        kalau yesus tuhan kenapa dia mau aja disalib oleh manusia yang dia ciptakan sendiri, kenapa dia harus mati ditiang salib??? bukankah dia tuhan yg bisa membuat apapun sekehendaknya

  2. Zerohero said,

    Penemuan arkeologi tentang cerita yang serupa dengan kisah nabi nuh 4000 tahun sebelum kelahiran nabi nuh menunjukkan bahawa cerita tentang nabi nuh itu adalah bukan wahyu dari ilahi tetapi adalah cerita epik yang diturunkan dari generasi ke generasi yang mungkin mempunyai agenda untuk menyedarkan manusia tentang akibat kejahatan. Persoalannya adalah; jika terdapat versi asal yang bertulis tentang cerita nabi nuh itu, tidakkah itu menunjukkan bahawa cerita itu besar kemungkinannya adalah folklore yang telah diadaptasikan dalam bentuk doktrin untuk menarik kepercayaan. Persoalan seterusnya adalah – jika banjir amat kerap berlaku, maka adakah itu adalah kehendak ilahi?

  3. ahmad kusaeri said,

    wah subhanallah tulisannya. betul memang banjir yang sekarang fenomenal perlu direfleksikan, pasalanya banjir merupakan persoalan klasik bahkan legendaris, buktinya dalam al-Qur’an pun paling tidak ada 3 banjir yag didokumentasikan; banjir nabi Nuh, Nabi Hud, dan banjir negeri Saba. Refleksinya paling tidak kita harus merekonstruksi paradigma banjir, dari pandangan banjir sebagai fenomena teogenik menjadi pandangan banjir sebagai fenomena antropogenik. artinya, Tuhan tidak merekayasa banjir – saat sekarang khususnya – melainkan karena kedzoliman – tindakan kontra produktif – manusia pada alam/ lingkungan. oleh karena itu, menurut saya ada 3 pesan moral yang dapat kita petik dari peristiwa banjir; teologis, ekologis, dan sosiologis. wallahu a’alam. 081563837181

  4. Dito said,

    coba kita fikir**…kita lihat dari lokasi,,,memang tidak bisa di pungkiri bahawa telah terjadi banjir di sana.
    dan juga kita sama2 melihat bahawa ada kapal besar yang menjadi bukti nyata di sana..
    foklore,,,,itu dapat di simpulkan apabila tidak ada bukti nyata dan tidak sesuai dengan sumber. Tapi ini sesuai dan ada buktinya.
    saya yakin bahwa ini adalah fakta dan akan menjadi bukti nyata bagi kaum muslim.
    wassalam

  5. qhw said,

    askoem,,
    ni cerita cool bgt . n wajib dipahami n dilihat hikmahnya

  6. injan said,

    saya rasa walaupun banyak perdebatan tentang hal ini, kita harus tetap yakin dan percaya terhadap kisah Nabi Nuh As tersebut, sebab semuanya telah tertulis dalam Al-Qur’an dan kita wajib meyakininya dengan sepenuh hati.

  7. coh'an said,

    dahsyattt….coba yang maseh punya pertanyaan lagi tentang keadaan waktu itu..ato mungkin maseh belom percaya kejadian yang telah di terangkan dalam Alqur’an yang begitu jelass…seperti pertanyaan di atas yang menanyakan apakah itu bencana lokal ato global..??dan apakah seluruh binatang di naikkan ke atas perahu…??dst..biar al Qur’an yang menjawab…!!!dan pastiny pembaca bertambah wawasannya…!!terimakasih…jazakallah khoiron

  8. Gina F said,

    kenapa tidak pernah terpikir banjir itu bukan karena meluapnya sungai efrat dan tigris. kalau banjir bisa setinggi gunung..kenapa tidak terpikir karena tsunami. mengapa harus mesopotamia? tsunami aceh itu ternyata terbukti wilayahnya sangat luas dari sekedar mesopotamia. kota banda aceh, thailand hingga bangladesh

  9. syariful said,

    Bagaimana epik banjir besar dapat tersebar ke seluruh peradaban (suku maya di meksiko, bahkan ada kisah serupa di naskah kuno Jepang), bukankah logis memperkirakan bahwa kisah tersebut berasal dari “1 sumber” ?
    Ras besar dunia : negroid, mongoloid/asia, dan kaukasoid terindikasi berasal dari keturunan putra-putra nabi nuh. Nabi nuh juga diceritakan memiliki keahlian tentang hewan. Agaknya sedikit meremehkan beliau jika mengumpulkan seluruh spesies hewan adalah hal mustahil. Umur nabi Nuh lebih dari 900 tahun, ukuran tubuhnya jangan dibandigkan dengan manusia zaman sekarang.
    Mungkin juga seluruh kaum di muka bumi telah diutuskan seorang nabi, tetapi seluruhnya telah ingkar. Mohon dijelaskan

  10. bukayama said,

    Jadi klo nabi nuh hidup patahun berapa?ada yang tau?

  11. aanituaku said,

    makasih infonya…bagus banget………

  12. Dorway said,

    Mari kita berasumsi..
    Adam, Idris, Nuh, Hud..
    Nabi Nuh adalah rasul ke 3..
    Pada zaman itu,, kemungkinan manusia belum sebanyak seperti di zaman ini..
    Dan bentuk permukaan bumi tidak seperti saat ini,, kemungkinan bentuk permukaan bumi adalah satu daratan besar.. Yg pada akhirnya terpecah mnjadi asia, eropa, amerika dll pada saat ini.. Jadi pada waktu itu daratan belum terpisah pisah, melainkan hanya satu daratan yg besar..
    Dan, ukuran manusia pada zaman itu jauh lebih besar daripada manusia zaman ini,, umurnya juga jauh lebih lama..
    Jadi bisa kita asumsikan,, bumi pada waktu itu hanyalah terdiri dari satu daratan besar, yg dihuni manusia besar, sehingga bumi terlihat tidak terlalu luas bagi mereka.. Dan yang menempati bumi pada saat itu adalah nabi nuh dan umatnya. Sehingga bisa dikatakan bahwa umat nabi Nuh adalah seluruh manusia di bumi, di daratan itu.. Sehingga bisa dikatakan banjir nabi nuh adalah banjir lokal yg mengglobal..
    IMHO..

  13. Madyan said,

    Saya sependapat dg Dorway,dulu pasti belum ditemukannya benua Amerika maupun Nusantara,jd tanah2 tsb belum berpenghuni.Lihat saja dari mana ras Jawa?Ujung2nya paling dari Ibrahim A.S.Jadi kehidupan belum ramai seperti sekarang.Atau mungkin justru lebih ramai dari sekarang? Kita gak tau!

  14. Madyan said,

    Apakah kita pernah membayangkan bagaimana kiranya kehidupan kaum Nuh?Jangan2 sudah ada kapal terbang,HP,internet dll sebelum semuanya itu hancur total secara keseluruhan! Dan dipaksa hidup hanya dg batu dan kayu!

  15. taufik hidayat said,

    hehehehe..mana ada diarab pohon kayu untuk membuat perahu..yg begitu besar..sedangkan di arab hanya ada padang pasirrr..yg luas..afala tapakarun..(knapa tak kamu fikirkan..?)nih saya buka sikit rahasianya..di indonesialah asal nabi nuh as itu asalnya..dan pohon kayu yg ada cuma di indonesia..dan ia terdampar di gunung tangkuban prahu…nah itulah ada bekasnya..bukan lah cerita dongeng yg selama ini kita dengar..

  16. Dhimas kalimoshodo adiputro said,

    Sesungguhnya banjir besar pada zaman nabi NUH A.S adalah sebuh azab yang pedih bagi manusia skaligus teguran yang teramat keras dari ALLOH kepada umat manusia yang mengacuhkan seruan nabi nuh a.s, namun kita dapat menarik kesimpulan dari kisah ini,bahwa ALLOH SWT akan selalu menegur kita apabila kita dan kaum kita telah melupakan ALLOH SWT
    maka selalu dekatkanlah diri kita pada sang Maha Pencipta ALLOH SWT
    Alloh hu’Alam….

  17. Dina Al Fitri said,

    subhanallah……..
    itulah mukzijat allah…….

  18. tanti eko said,

    kejadian banjir nabi nuh memang terjadi…masalah kejadiannya Allah lebih tahu apa yang sebenarnya terjadi..tetapi semua yang terjadi di atas bumi bisa di analisa dengan akal..karena itulah Allah memberikan kita akal untuk memikirkan yang ada di alam semesta..dengan itu manusia mengagungkan kekuasaan Allah…menurut sejarah yang di dasarkan penelitian para arkeolog, pada tahun tersebut tidak ada kejadian banjir yang melanda seluruh dunia …hal ini bisa katakan bahwa banjir yang terjadi pada masa nabi nuh adalah banjir lokal saja …terus juga akhir2 ini juga di tenukan yang di perkirakan adalah bahtera nabi nuh .melihat ukuranya bahtera tersebut kira2 denan panjang 153 meter..kalau di katakan nabi nuh dan umatnya besar2 maka bisa di pastikan bahtera tersebu akan tenggelam..ok tankss

  19. Tio said,

    Tujuwan Ilmu manfaat

    Maksud tujuwan dari amanat
    Amal islam demi selamat
    Amal iman penganman umat
    Amal ihsan penyaman ra’yat

    Kecap ilmu-ilmu manfaat
    Bebas dari tujuwan pangkat
    Selain esah soheh bertoaat
    Taklid pada ahli ma’ripat

    Kepala amal yaitu sholat
    Otaknya amal baca sahadat
    Haji puasa beserta zakat
    Demi bergaul bermasyarakat

    Adapun soal sorga aherat
    Bisa dengan dapet syapaat
    Alloh dan rosul mereka toat
    Tuntunan dari ahli ma’ripat

    Tanda ma’ripat bukanlah solat
    Tetapi telah sukses bertoat
    Ia penyandang horikul adat
    Tuntunannyah hanya amanat

    Tida perlu berhebat-hebat
    Tida butuh irhas mu’jizat
    Juga maunat dan karomat
    Tetapi butuh cerdik cermat

    Apapun rupa ada bersarat
    Bukan bebas tanpa sarat
    Ke bablasan menjadi jahat
    Ngakunyah dowang mu’min mu’minat

    Arti kata ilmu manpaat
    Menerangi karakter umat
    Duniya butuh cara selamat
    Supaya aman nyaman ibadat

    Wahai para penyandang pangkat
    Mumpung dunya belum kiamat
    Banyak jalan untuk bertaubat
    Banyak cara bermaslahat

  20. Tio said,

    Penjabaran di lembaran inih
    Amat penting perlu sekalih
    Dan wajib ain berterimakasih
    Demi rumasa silih asih

    Bukan untuk tau rasa
    Tapi untuk punya rumasa
    Tahapan ilmu seperti tangga
    Tau dirilah siapa kita

    Buwang hobi silih cacih
    Tanam hidup silih kasih
    Ahlak jelek cuci bersih
    Kedepan hidup supaya bersih

    Pencuriga kepala duwa
    Buruk sangka pengadu domba
    Rasa diri paling bisa
    Alloh perintah dibinasa

    Setik balik coba telitih
    Penagak hukum wajib bersih
    Zaman sekarang coba telitih
    Setik balikan ta ada lagih

    Pencuriga semangkin senang
    Pemburuk sangka semangkin girang
    Mereka bebas menuding orang
    Tanpa ada balik kebelakang

  21. Tio said,

    Dibalik ini banyak sekali
    Ilmu penemu berjati diri
    Instropeksi dan mawas diri
    Sampai ketemu rumasa diri

    Semenjak zaman repormasi
    Jadi diri menjadi mati
    Muncul persidennyah kiai
    Membuwat parah sirik dengki

    Partai golongan organisasi
    Bersimbul islam di kagumi
    Sampai istilah lupa diri
    Salah kaprah merepormasi

    Asal kata repormasi
    Buwang bersih sirik dengki
    Mengisi diri merepormasi
    Buwangin sipat silih caci

    Tapi nyatanyah malah mencaci
    Tiep aparat penjabat negri
    Buruk sangka mencurigai
    Dengan tuduhan pada korupsi

    Menuduh orang balik kediri
    Korupsi hukum ta sadar diri
    Menyalah guna hak ajazi
    Kebablasan sirik dengki

    Zaman pak harto isi negri
    Husus di pulau jawa ini
    Subur makmur berekonomi
    Murah meriah gampang di cari

    Wahaipara pemimpin R.I
    Sudah saatnyah sadar diri
    Bersaing ituh sirik dengki
    Pengin jadi persiden R.I

    Sebaiknyah sampai mati
    Jadi persiden mimpin negri
    Mangkin lama mangkin ngarti
    Hancur lebur bila di ganti

    Inih amanat ilahi robi
    Alloh tuhan pencipta bumi
    Wali abdal imam mahdi
    Hanya kadar beri solusi

    Bukan ngritik bukan nyaci
    Tapi amanat alloh ilahi
    Tida suka di gunta ganti
    Kecuwali sesudah mati

    Ahlak rosul nabi wali
    Mereka dulu raja bumi
    Kalau mereka belum mati
    Mangkin tua mangkin dihargai

    Jahiliah perusak bumi
    Mereka hobi membuat risi
    Rosul juga di keja mati
    Kalau alloh ta melindungi

    Pa esbeye montong diganti
    Tetapi dukung dan hormati
    Siapah niat mau mengganti
    Semoga alloh ngeja mati

    Yang melanggar hak azaji
    Mereka wajib di hukum mati
    Teroris komunis ormas pekai
    Walau berjuluk habib kiai

    Kalau aparat tida berani
    Paslain pada imam mahdi
    Wali abdal si junaidi
    Si julang alloh juluki

  22. Tio said,

    Abad terahir kelima belas
    Langka orang beramal ihlas
    Ahli ibadah tiada waras
    Sambil ibadah sambil menindas

    Belaga waro mungkarnyah keras
    Demo tauran nyerbu berantas
    Merasa suci beramal ihlas
    Padahal ituh paling ta waras

    Puasa malah mendidik keras
    Napsu emosi ambisi atas
    Pangkat jabatan paling atas
    Ngedok agama islam teratas

    Sesama islam silih berantas
    Inilah abad kelima belas
    Saking orang tiada waras
    Beramal jahat katanyah ihlas

    Orang beriman beramal ihlas
    Memang jadi islam teratas
    Akan tetapi bersyarat jelas
    Bukan sepadu bertindak keras

    Ihlas memang terlihat keras
    Tetapi keras secara waras
    Tida merusak tanpa batas
    Mengikut Alloh caranyah ihlas

  23. Nov Supriyanto Nababan said,

    kalo mau diskusi lebih lanjut silahkan datangi saja forumnya di http://www.facebook.com/groups/217823048326356/. disini tidak memaksa,semua pure memakai logika berfikir dan bukan otot.
    thx

  24. Muhammad Suratman said,

    setiap perbuatan akan di balas dengan kesesuaian akan di balas setiap perbuatan baik dengan kebaikan dan pahala dari sisiNya…akan dibalas setiap perbuatan jahat dengan dosa dan adzabNya….tetapi Ampunan Alloh bagi yang bertaubat melebihi hitungan dosa-dosa HambaNya yang bertaubat Nasuha….Kasih Sayang Alloh melebihi murkaNYa…semoga…Wallohu a’lam

  25. Imam Samudra said,

    Tulisan ini ada yang kurang ..
    tdk menyebutkan hadits sbg pnafsir al qur’an ..

    pdhl ada hadits yg mnyebtkan bhw slruh umat manusia hr ini adalah keturunan dari tiga anak Nuh yang dselamatkan stlah bnjir besar ..

    bs jadi banjir nya tdk globl n bs jd pula saat itu yg ada dsluruh bumi hanylah umat nabi Nuh saja ..

    Wallahu ‘alam …

  26. Ganang said,

    Saya Islam, dan berpikir bahwa banjir ini bersifat global. Pengertian dari Umat Nabi Nuh adalah seluruh manusia yang hidup ketika jamannya Nabi Nuh.
    Hal ini sama dengan pengertian umat Nabi Muhammad, semua orang yang hidup pada jaman Nabi Muhammad hingga detik ini adalah umat Nabi Muhammad, apapun ras dan agamanya.
    Hanya saya tidak semua umat Nabi Muhammad diberi nikmat berupa Iman dan Islam.
    Sehingga bisa disimpulkan, bahwa definisi Umat Nabi Nuh yang tertera pada Al-Quran, adalah semua orang yang hidup di jaman itu.

  27. okta surya ramadhan said,

    berapa lama nabi nuh hidup

  28. kampakwojo said,

    950 tahun

  29. weny said,

    Maaf ..
    Persamaan kisah di atas dengan kehidupan sekarang apa ya .. .???

  30. el rosso (@elrosso1) said,

    mungkin itu yang memulai peradaban atlantis yg hilang

Tinggalkan komentar