Quo Vadis Amien Rais?

Oleh : Ahmad Sumargono, S.E, M.M (Ketua GPMI, Kandidat Doktor Ilmu Pemerintahan UNPAD)

Pernyataan Amien Rais dalam wawancara dengan majalah Tempo 4 Mei 2008 bertajuk : Ahmadiyah Punya Hak Hidup untuk ke sekian kalinya membuat saya terperangah. Dengan semangat membela Ahmadiyah Amien  berkata, ”Saya mencium ada kelompok siluman yang melakukan semacam operasi intelijen untuk memperkeruh suasana, menghancurkan ketenangan masyarakat.” Tuduhan ini bukan alang-kepalang daya pressure nya, karena diketahui bersama komponen umat Islam terbesar, atau Islam mainstream di negeri inilah yang justru berada di balik protes-protes keras pembubaran Ahmadiyah. Wabil-khusus tentu saja MUI (Majlis Ulama Indonesia) yang telah dua kali mengeluarkan fatwa tegas bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat dan menyesatkan.

Berikut ini petikan wawancara tersebut :

Menjelang peringatan sepuluh tahun Reformasi, salah satu komponen bangsa, yaitu Ahmadiyah, dianggap menyimpang dan direkomendasikan untuk menghentikan kegiatannya. Padahal, di masa Orde Baru saja, mereka bisa hidup damai.…

Di zaman Orde Lama, mereka juga bisa hidup tenang. Saya mencium ada kelompok siluman yang melakukan semacam operasi intel untuk memperkeruh suasana, menghancurkan ketenangan masyarakat. Munculnya masalah Ahmadiyah seperti konflik Islam-Kristen di Ambon dulu yang amat mengejutkan, karena sebelumnya tidak pernah terjadi. Padahal hubungan harmonis antara penganut Islam dan Kristen di sana tadinya selalu menjadi contoh kebanggaan nasional. Ketika berkunjung ke luar negeri, sering kali kita menyebut bahwa Pancasila telah memungkinkan anak-anak bangsa yang berbeda agama bisa bekerja sama secara harmonis dan rukun. Tidak ada pertentangan, apalagi sampai konfrontasi fisik.

Mengapa Anda menyebut siluman? Bukankah organisasi yang menentang Ahmadiyah jelas, seperti Forum Umat Islam?

Itu kan organisasi yang muncul. Yang muncul jelas konkret. Bagian dari umat Islam. Tapi yang merekayasa ini harus dicari.

Apakah Anda mendapat informasi intelijen soal kelompok siluman ini?

Tidak ada sama sekali. Tapi kriminalisasi dan demonisasi Ahmadiyah ini sebuah rekayasa politik dan psikologi massa. Ini musibah. Umat Islam harus hati-hati.

Sudah berapa lama Anda mengenal Ahmadiyah?

Ahmadiyah sudah ada di Indonesia sejak saya kecil. Ketika saya masuk Universitas Gadjah Mada pada 1962, saya lihat beberapa tokoh universitas ada yang menjadi penganut Ahmadiyah. Yang terkenal itu Doktor Ahmad Djojosoegito. Mereka juga punya sekolah teknik menengah dan sekolah menengah atas di Yogyakarta.

Selama ini masyarakat tidak ada masalah dengan mereka?

Sama sekali tidak ada. Mengapa dalam dua tahun terakhir ini diributkan? Kalau Ahmadiyah dikatakan menyimpang dari akidah Sunni, sejak lahirnya, ya, sudah menyimpang. Ahmadiyah Qadian ataupun Lahore menganggap Mirza Gulam Ahmad sebagai Imam Mahdi.

Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat telah merekomendasikan Ahmadiyah menghentikan kegiatan mereka….

Saya menyayangkan mengapa badan itu ketika membuat rekomendasi tidak sekaligus melarang umat Islam melakukan kekerasan atau merusak masjid atau kantor milik Ahmadiyah. Perusakan itu perbuatan yang tidak islami. Kalau ada rekomendasi itu, mungkin orang-orang yang mau melakukan kekerasan akan berpikir dulu. Rekomendasi itu tidak bijak karena tidak melihat implikasi sosial, politik, psikologi, dan keagamaan dari yang direkomendasikan.

Sekarang pemerintah sedang menggodok surat keputusan bersama tentang Ahmadiyah. Apa implikasinya jika Ahmadiyah harus dilarang?

Kalau dilarang akan menjadi preseden yang luar biasa. Kapan-kapan kalau ada sebuah sekte muncul dan tidak sesuai dengan selera serta pandangan keimanan mainstream, kembali akan dihajar, dengan diktum sebagai aliran sesat dan ramai-ramai akan dikeroyok massa. Masalah ini sudah masuk ke wilayah yang amat sangat rumit dan sensitif, sudah karut-marut. Tapi tampaknya pemerintah seolah-olah tidak tahu.

Maksudnya?

Mengapa tiba-tiba Ahmadiyah dijadikan sasaran? Apalagi melibatkan aksi massa yang melibatkan ribuan orang dan well-organized. Ini menimbulkan tanda tanya. Saya curiga persoalan ini sengaja dimunculkan supaya masyarakat lupa akan persoalan kenaikan harga bahan pokok, dari kegagalan pemerintah mengatasi kondisi infrastruktur yang sudah hancur-hancuran. Supaya masyarakat lupa akan kenyataan bahwa pemerintah ini sudah menjadi broken government.

Anda curiga pemerintah berada di balik aksi anti-Ahmadiyah? Kalau benar, bukankah kekerasan ini membuat citra pemerintah menjadi jelek menjelang pemilihan umum?

Saya kira ini tidak langsung berhubungan dengan pemilihan umum. Tapi di mana pun, pemerintah yang sedang anjlok citranya karena tidak bisa mengatasi masalah mendasar yang dihadapi rakyatnya biasanya menjadi kreatif dan inovatif menciptakan suatu isu yang tahan agak lama.

Tujuannya?

Untuk memalingkan perhatian masyarakat dari jumlah pengangguran yang membengkak, kelaparan, dan kesengsaraan masyarakat. Dulu Bung Karno mengganyang Malaysia. Padahal Malaysia tidak ada salahnya. Tiap hari pawai, sampai lupa inflasi sudah 900 persen. Lupa bahwa di desa atau di kota sudah ada orang yang makan tikus bakar. Rakyat jadi asyik masyuk dengan konflik dan melupakan, bukan sejenak-dua jenak, tapi cukup lama kesusahannya. Saya bisa saja keliru, tapi saya mengamati, pemerintah yang bingung kadang-kadang mencari isu yang mengalihkan perhatian masyarakat.

Bagaimana sesungguhnya sikap umat Islam terhadap Ahmadiyah?

Coba tanya ke gajah-gajahnya organisasi Islam, yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Saya kira mereka tidak setuju dengan cara seperti ini. Walaupun di Badan Koordinasi itu ada orang Nahdlatul Ulama atau Muhammadiyah, kalau Hasyim Muzadi atau Din Syamsuddin ditanya, saya kira keduanya tidak akan setuju dengan kekerasan terhadap Ahmadiyah.

Dari segi agama, bagaimana semestinya menyikapi Ahmadiyah?

Bagi orang yang membaca Al-Quran, sudah jelas sekali. Tiap anak-cucu Adam punya hak sepenuhnya untuk menganut agama yang dia pilih. Anak kecil juga hafal surat Al-Kafirun: lakum dinukum waliyadin, bagimu agamamu, bagiku agamaku. Ini mengajari kita semua supaya ada koeksistensi secara damai di antara pemeluk agama yang berbeda-beda. Dalam Al-Quran juga dikatakan, “Barang siapa ingin kafir, silakan kafir. Barang siapa ingin beriman, silakan beriman.”

Jadi tidak ada paksaan dalam beragama?

Yang paling penting, tidak ada paksaan dalam beragama. Saya membaca tarikh Nabi, beliau tidak pernah mengajari supaya sebuah sekte yang dianggap menyimpang dibasmi dengan kekerasan. Orang kafir juga harus dilindungi karena punya hak hidup.

Konstitusi kita juga menjamin kebebasan orang beribadah?

Ya, itu jelas sekali. Jadi Tuhan sang Maha Pemurah dan pencipta langit dan bumi telah menciptakan keragaman. Ya, sudah.

Secara politik, apa sebenarnya yang dikhawatirkan dari Ahmadiyah?

Ahmadiyah bukan gerakan politik. Bahkan istilah jihad di tangan Ahmadiyah menjadi melempem. Buat mereka, jihad berarti berdakwah saja. Jadi keliru kalau ada yang menganggap Ahmadiyah akan mengembangkan negara syariah. Beberapa stasiun televisi mereka di Eropa hanya bicara tentang ajaran Islam, akhlak, dan ekonomi.

Bagaimana profil orang Ahmadiyah?

Di Pakistan mereka tetap eksis. Mereka naik haji ke Mekkah dan Madinah, juga tetap salat lima waktu. Bahkan setahu saya, banyak jenderal angkatan laut, darat, dan udara di Pakistan orang Ahmadiyah. Bahkan pemenang Nobel Fisika, Dr Abdussalam, juga orang Ahmadiyah. Jadi mereka itu sekumpulan orang intelektual. Bahkan, kalau mau jujur, yang menyiarkan agama Islam di Eropa, ya, orang-orang Ahmadiyah lewat stasiun televisi dan stasiun radio.

Mungkinkah persoalan Ahmadiyah dibawa ke Dewan Perwakilan Rakyat, karena ada partai yang kencang mendukung pelarangan Ahmadiyah?

Saya yakin sekali tidak akan sampai ke Dewan. Kalau mengharapkan Dewan memvonis Ahmadiyah, itu mission impossible.

Mengapa?

Saya agak paham peta di Dewan. Membuat semua anggota Dewan yang fraksinya berbeda-beda mengompori pemerintah supaya melarang Ahmadiyah, itu tidak terbayangkan. Unthinkable. Ya, mungkin ada satu-dua fraksi yang ingin melarang Ahmadiyah. Tapi, berdasarkan pengalaman saya, Dewan akan selalu kembali ke titik tengah. Tidak mau diajak ekstrem.

Bagaimana sebaiknya jalan tengah untuk Ahmadiyah?

Sekalipun Ahmadiyah dianggap aliran yang menyimpang dari tradisi Sunni, di luar mazhab Hambali, Maliki, Hanafi, Syafei, hak hidup mereka harus dihormati. Itu konsekuensi dari demokrasi dan konstitusi kita. Nah, jalan tengahnya, Ahmadiyah dilarang menyebarkan secara terbuka keimanannya, secara tertutup bolehlah. Tapi, karena mereka bagian dari tubuh bangsa Indonesia, boleh tetap ada. Wong jadi komunis juga boleh, kok.

Bagaimana dengan tuntutan agar Ahmadiyah diminta keluar dari Islam?

Enggak betul itu. Yang punya Islam itu Allah. Saya meratapi mengapa sepertinya benang emas Quran itu dilupakan. Kalau kita kembali ke Quran, kita kan disuruh menyeru kepada kebenaran, kepada agama Allah dengan cara yang baik, kearifan, mujadalah yang indah, debat yang sejuk, wonderful. Tidak ada dalam Al-Quran menyuruh mengepalkan tinju dan memburu orang yang berbeda pendapat. Saya setuju pernyataan Din Syamsuddin: “Jangan paksakan Ahmadiyah keluar dari Islam.” Sebab, mereka memang tidak mau. Mereka merasa Islam.

Bagaimana bila Ahmadiyah akhirnya dilarang, masjid-masjidnya ditutup?

Itu akan membuat Indonesia menjadi negara yang sangat tidak simpatik.

Apa yang akan Anda lakukan?

Ya, saya tidak setuju saja. Wong saya cuma rakyat biasa.

Siapa yang untung dengan karut-marut persoalan Ahmadiyah?

Yang untung yang tidak senang Indonesia tenteram.

-o0o-


Amien menyetarakan protes-protes Ahmadiyah itu dengan konflik Islam-Kristen di Ambon. Kata Amien, “Sebelumnya tidak pernah ada konflik Islam-Kristen di sana, tiba-tiba muncul.” Amien sama sekali tidak menyebut akar masalah inti konflik horizontal Islam-Kristen Ambon itu, jelas-jelas terjadi karena dimulai pertamakali dengan peristiwa penyerangan pihak Kristen terhadap kelompok Islam. Umat Islam yang baru  merayakan Idul Fitri , tiba-tiba diserbu, dibantai secara membabi-buta. Ketika konflik berlarut-larut, umat Islam semakin tersudut, dan terus-menerus dibantai, datanglah bala bantuan dari Laskar Jihad pimpinan Ust Jafar Umar Thalib. Posisi pun berubah, umat Islam bahkan banyak memenangkan peperangan dalam berbagai front yang ada di Ambon dan sekitarnya.


Dalam posisi umat Islam di atas angin, Amien Rais sepulang dari kunjungan ke AS (1999), tiba-tiba membuat pernyataan yang amat mengejutkan, yakni: Mengundang Pasukan Asing semacam Pasukan Perdamaian PBB agar masuk ke Ambon. Ide Ketua Muhammadiyah (ketika itu) sungguh aneh. Pulang dari Amerika Serikat mendadak-sontak mempunyai pemikiran yang sarat anasir aspirasi di luar Islam. Bisa dibayangkan jika benar-benar pasukan asing didatangkan ke Ambon, bisa jadi sampai hari ini konflik di Ambon  akan terus berkobar.


Sikap Amien Rais yang sering kontroversial dalam setiap pernyataannya itu memang sangat menarik perhatian pers juga publik yang membacanya. Tulisan-tulisan Amien Rais yang merinci masalah Tambang di Busang juga Freeport, (1997), dielu-elukan masyarakat khususnya umat Islam. Dengan angka-angka yang amat gamblang Amien Rais membongkar ketidakadilan kontrak-karya di Busang dan Freeport. Amien menyebutkan lokasi tambang emas Freeport kini menjadi kubangan raksasa berupa danau. Seluruh isinya, gunung emas sudah pindah ke Amerika Serikat. Sikap kritis Amien yang pro rakyat dan sebaliknya dengan berani menghantam rezim Soeharto, telah melambungkan nama  Amien Rais menjadi pahlawan baru.


Saya sendiri sejak awal sangat bersahabat dan bersimpati kepada Amien Rais. Karena itu tatkala Amien Rais semakin melambung namanya karena sikap kristisnya kepada rezim Soeharto, hal ini telah membuat rezim Soeharto berang dan merekayasa agar Amien Rais dicopot jabatannya sebagai Ketua Dewan Pakar ICMI. Habibie pun ikut menekan Amien agar mundur. Di sini, saya membela posisi Amien Rais dan menulis  duduknya masalah secara gamblang di Harian Kompas, “Amien Rais dan Masa Depan ICMI” (Kompas 24 Februari 1997). Tetapi bersamaan waktu yang terus berjalan dengan jatuhnya rezim Soeharto, sepak-terjang Amien Rais terus bermunculan yang “aneh” buat saya. Karena sikapnya dalam konflik Islam-Kristen Ambon, ingin mendatangkan pasukan asing, semacam Pasukan Perdamaian PBB itu, Adian Husaini menulis buku berjudul: Amien Rais  dan Amerika Serikat, yang sarat kritik pedas. Buku yang amat gamblang membedah penampilan Amien Rais yang justru konsisten “mengabdi” kepada kepentingan asing ini tidak pernah dijawab oleh Amien Rais.


Sikap Amien Rais di hari-hari “Musim Semi” umat Islam demam membentuk partai politik Islam, pasca lengsernya Presiden Soeharto, sekitar Juni-Juli 1998, kembali pilihan dan sikap Amien Rais, menjadi tanda tanya besar, buat saya. Ketika itu saya bersama-sama tokoh-tokoh Islam lainnya sibuk pula mempersiapkan partai Islam penerus Masyumi  yang kemudian menjadi Partai Bulan Bintang sekarang. Susunan pengurus DPP  (sementara) sudah sepakat ditentukan melalui rapat-rapat di kediaman Bapak HM Cholil Badawi dan DR.Anwar Haryono SH. Ketua Umum pun disepakati akan duduk Yusril Ihza Mahendra. Namun tatkala Amien Rais bertandang ke rumah Pak Anwar Haryono, Juli 1998 ditawarkanlah agar Amien Rais mau duduk sebagai Ketua Umum Partai Bulan Bintang. Amien Rais pun dengan mantap menyanggupi tawaran itu. Sdr.Yusril pun (saat itu sedang berada di Banyuwangi Ja-tim) langsung ditelepon dan siap posisinya digantikan Amien Rais dan Yusril hanya duduk sebagai Sekjen. Adegan mengharukan pun tercipta. Semua yang hadir larut dalam tangis dan saling peluk, dimana Amien Rais pun memeluk dan dipeluk Anwar Haryono yang hanya bisa duduk di kursi roda karena mengidap stroke. Semua orang menjadi lega dan ditutup dengan doa bersama untuk kesuksesan partai yang diharapkan menjadi partai penerus Masyumi itu. Apalagi Anwar Haryono dikenal sebagai juru bicara Masyumi setelah partai ini dipaksa bubar oleh rejim Soekarno pada 1960. Amien Rais pun pamit segera pulang karena hari itu hari Jumat dan harus segera melaksanakan shalat Jumat di kantor pusat PP Muhammadiyah Menteng Raya 62 Jakarta.


Kejadian yang amat dramatis terjadi hanya beberapa jam saja setelah adegan peluk-pelukan mengharukan di rumah Bp Anwar Haryono. Amien Rais tiba-tiba muncul di layar televisi seusai shalat Jumat di kantor PP Muhammadiyah. Ketika wartawan menanyakan, apakah Pak Amien mantap akan memimpin Partai Bulan Bintang ? Amien menjawab,”Saya akan mendirikan partai lain yang lebih terbuka.Bagi saya partai seperti Partai Bulan Bintang, ibarat baju akan ‘kesesakan’ jika saya pakai”. Pernyataan ini kini dicatat sejarah menjadi pendirian seorang Amien Rais. Ia kemudian memprakarsai berdirinya PAN (Partai Amanat Nasional) bersama-sama Goenawan Mohammad, Albert Hasibuan dll. Platform partai pun dikabarkan disiapkan orang-orang Goenawan Mohammad, walau boss Kelompok Tempo ini tak lama setelah PAN berdiri justru meninggalkan PAN.

Bela Ahmadiyah


Kembali ke pernyataan Amien Rais soal Ahmadiyah di awal artikel ini. Seharusnya saya tidak perlu terkejut karena sudah memiliki catatan historis tentang Amien Rais. Komentarnya terhadap FUI (Forum Umat Islam) memang menyakitkan. FUI dituduh sebagai organisasi siluman. Padahal FUI ini merupakan gabungan lebih 50 Ormas Islam termasuk Muhammadiyah berada di dalamnya. Saya tahu Amien tahu persis personel di tubuh FUI tak lain justru para sahabatnya sendiri yang pada 2004 lalu justru mendukungnya maju menjadi Capres. Di tengah keragu-raguan dan track-record Amien yang kelabu itu, toh Amien Rais tetap dijagokan seluruh komponan politik Islam, khususnya PKS juga tokoh-tokoh Islam, misalnya KH.Abdul Rasyid Abdullah Syafii (Tokoh ulama Betawi kharismatis yang kini menjadi pimpinan FUI).  Walau demikian menjadi gamblang pula, protret Amien Rais yang hari ini bisa tampak  sangat melawan Amerika Serikat, namun nanti sore dia sangat membela kepentingan Paman Sam. Kata ungkapan Jawa : “Isuk Dele Sore Tempe” (Pagi masih berupa Kedelai dan sore hari sudah berubah menjadi Tempe).


Saya teringat pada sebuah diskusi di Universitas Tri Sakti awal 1980-an sepulang Amien Rais dan Nurcholish Madjid dari studi di Chicago University. Sikap Nurcholish yang cenderung ingin mencari selamat itu disindir Amien Rais dengan menyitir anekdot Kyai, Ular dan Kodok Cerita Amien Rais disambut gelak tawa yang meledak karena sikap kyai yang sangat plin-plan itu dilekatkan ke tubuh Nurcholish Madjid dengan sangat jitu. Kini saya  memastikan bahwa sikap kyai seperti itu ternyata juga melekat di tubuh Amien Rais.


Sebagai mubaligh yang hampir setiap hari menghampiri umat dan masyarakat luas di tingkat grass-roots, saya kini acapkali disergap pertanyaan jamaah yang awam. Bagaimana kabar Pak Amien Rais?  Menurut rakyat awam, kehancuran bangsa Indonesia saat ini mutlak menjadi tanggungjawab Amien Rais. Sikapnya yang jelas-jelas Plin-Plan bahkan membawakan agenda asing (seperti sikapnya masalah Ahmadiyah), kini terbuka dengan senyata-nyatanya.


Kini menjadi pertanyaan besar Ada apa sebenarnya Amien Rais dengan Ahmadiyah ? Sebuah dokumen awal reformasi niscaya bisa membantu kita. Amien Rais saat menjabat sebagai Ketua MPR-RI, pada 22 April 2000 pernah menerima kunjungan Kholifah Ahmadiyah Mirza Thahir Ahmad. Kunjungan pemimpin Ahmadiyah ini diatur oleh Dawam Rahardjo, dalam kapasitas sebagai salah satu pimpinan Muhammadiyah. Mirza Thahir sempat berkunjung ke berbagai kota di Jawa dan mengumumkan pencanangan Indonesia (menjadi) Pusat Ahmadiyah di-Dunia.Di Yogya Mirza juga mengumumkan hendak membuka Perkampungan Islam Internasional dengan lahan seluas 500 hektar bekerjasama dengan Sri Sultan Hamengkubuwono. Ketika itu, foto Amien Rais saat menerima kunjungan cicit Mirza Ghulam Ahmad ini dimuat hampir seluruh media massa baik cetak dan elektronik. Kunjungan ini pun diprotes oleh Kelompok Khatamunnubuwah dari Pakistan yang sengaja mengirimkan 50 orang utusannya ke Indonesia untuk memprotes PP Muhammadiyah yang telah menjalin kerjasama dengan Ahmadiyah/ Mirza Thahir Ahmad. Dari balik cerita ini bisa diduga mengepa Amien Rais begitu membela Ahmadiyah. Quo Vadis Amien Rais. Umat Islam niscaya tidak akan mendukungnya lagi, Wallahu’alam bissawab. [red/www.suara-islam.com]

source : Berbagai sumber

5 Komentar

  1. perduli bangsa said,

    Umat beragama…….
    Marilah kita berpikir lebih arief dan berjiwa besar. Berikan kebebasan bagi orang lain utuk memeluk agamanya masing2, karena Syurga adalah kesempatan bagi semua orang yang percaya atas keyakinannya masing2.
    Jadi selama orang itu mengakui sila pertama dari Pancasila : KeTuhanan Yang Maha Esa seharusnya mereka boleh beribadah menurut keyakinannya masing2. Ibarat Istri kita yang cantik dan selalu diganggu orang karena kecantikannya, bukakah kita cukup mendidik istri kita itu agar tidak mudah tergoda oleh orang lain dari cara berpakaian cara bergaul dll…bukannya kita melabrak satu persatu semua yang menganggu dan akhirnya kita masukan istri kita kedalam kerangkeng bawah tanah sehingga semua orang tidak bisa melihatnya saking kita takut diganggu oleh orang lain……sama seperti agama kita kalau kita takut agama kita di rusak oleh agama lain lebih baik kita makin mendidik semua umat pemeluknya bukan sibuk merusak agama orang lain sehingga akhirnya malah kecapean sendiri kan….

  2. minda hilang said,

    PENGIKUT ALQURAN DAN HADIS;JELASLAH KE ATAS ORG ORG SESAT DAN TIDAK MAU MNGIKUTIN AJARAN ISLAM [TDK MAU MGKUTI PERINTAHDAN. KEBESARAN ALLAH SWT]BIARKAN MRKA DGN AGMA Y MRKA.SSNGGUHNYA MEREKA PENURUT HAWA NAFSU N GODA SYAITAN Y NYATA..

  3. minda hilang said,

    DUNIA HMPIR KIAMAT;KAUM SIAPA Y PLING BYK MSUK NERAKA;UMAT MUHAMMAD

  4. Amrizal said,

    _ _ _ _[[[[ SUNGGUH .. S.E.B.E.L.U.M.N.Y.A .. SAYA HAMPIR TAK MENGERTI .. ]]]]_ _ _ _

    ” Tapi hati sy Berkata ” Prof DR HM Amien Rais, __ Tidak menyatakan bahwa ajaran Ahmadiyah adalah ajaran Islam yg Benar __ !!?

    Disamping itu Saya rasa Prof DR HM Amien Rais .. Tidak menghendaki antar Umat yg nyata2 Bersyahadat Kepada Allah SWT dan Rasulnya .. Saling menyakiti/Berperang !!?

  5. morino said,

    bapak Ahmad Sumargono….
    hmmmmm, ada apa denganmu? anda pernah sakit hati?

Tinggalkan komentar